I'M NOT STUPID ; 19

3.1K 205 13
                                    

BUGH

BUGH

BUGH

Hendra dan Marcell meringis melihat betapa liarnya Mahesa memukuli samsak berwarna merah yang menggantung di depan cowok itu. Saking liarnya, dua orang yang kompak mengenakan kaos hitam itu sampai merasa merinding.

"Mau sampai kapan lo mukulin tuh samsak?!" Tanya Hendra seraya menyenderkan tubuhnya pada dinding pembatas balkon kamar Mahesa. Dia dan juga Marcell sudah menunggu Mahesa selama tiga puluh menit dan Mahesa masih belum berhenti dari aktivitasnya.

Marcell berdecak lalu meninju pelan bahu Mahesa, entah apa gerangan yang membuat temannya itu jadi tak terkendali seperti ini. "Berhenti anjir! Noh lihat tangan lo udah lecet-lecet gitu!"

Mahesa mengurangi kecepatan memukulnya hingga berangsur-angsur berhenti. Napas cowok itu tersengal serta wajah dan punggungnya dipenuhi keringat. Ditatapnya Marcell dan Hendra bergantian kemudian ia menghela napas panjang.

"Napa lo?" Tanya Hendra setelah memberikan jeda waktu pada Mahesa untuk bernapas lebih.

Cowok tanpa baju atasan itu mengusap keringat di dahinya. "Nggak papa, gue cuma pengen olahraga malam aja."

Marcell mendengus, ia sudah berteman lama dengan Mahesa dan dirinya tahu jika cowok itu sedang tidak baik-baik saja terbukti dari ekspresinya yang sepertinya sedang menahan emosi. "Olahraga malam kok napsu banget sampai segitunya."

Mahesa terkekeh lalu mengambil botol air minum yang tadi di bawanya. "Lo berdua kayak nggak ngerti aja."

Mahendra menghela napas, kadang dalam diri seorang laki-laki itu ada perasaan bergejolak yang ingin dilampiaskan, termasuk temannya itu. Tapi malam ini terasa beda, Mahesa tampak tak terkendali. "Pasti ada yang mengusik lo kan brey?"

Mahesa terdiam cukup lama lalu berujar setelah meletakan botol minumannya itu di nakas. "Setelah sekian lama dia menghubungi gue lagi."

Satu kalimat yang diucapkan Mahesa mampu membuat Marcell dan Hendra menoleh cepat kepada cowok itu. Mereka tahu sekali siapa orang yang Mahesa sebut 'dia'.

"Weh serius lo?!" Tanya Marcell dengan wajah terkejut, sekarang dirinya tahu apa yang membuat Mahesa seperti tadi.

"Dia bilang apa?" Tanya Mahendra kemudian.

Mahesa berjalan memasuki kamarnya, "ngasih tahu kalau bentar lagi dia balik kesini."

"Shittt," umpat Mahendra seraya mengikuti temannya itu dan langsung duduk di sofa yang ada dikamar Mahesa.

Marcell menatap Mahesa dan Hendra bergantian. Perasaannya menjadi tidak enak sekarang. "Gue harap lo berdua udah benar-benar selesai sama dia walaupun kenyataannya nggak pernah ada yang diselesaikan."

Mahesa mengangguk meresponnya lalu bergerak mengambil handuknya. "Ngomong-ngomong tawaran si kampret itu masih berlaku nggak?"

Mahendra menegakan tubuhnya dan menatap Mahesa dengan semangat. "Lo mau ambil tawaran Nathan buat masuk Panthero?"

"Ck bukan yang itu bangke," ujar Mahesa seraya menghadap Hendra. "Tawaran balapan kemarin itu," tambahnya lagi.

"Oh gue kira lo mau masuk Panthero," balas Hendra seraya berjalan ke arah meja belajar Mahesa ketika dirinya melihat sesuatu yang membuatnya penasaran.

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang