I'M NOT STUPID ; 09

2.6K 214 4
                                    

Dikejar dan bukan mengejar, adalah prinsip Kania sebelum ia jatuh cinta kepada Mahesa. Dua tahun lalu Kania masih menjadi seorang playgirl yang sering  gonta-ganti cowok, dan merekalah yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan Kania.

Namun semua berubah sejak Kania menyukai cowok kaku dan pendiam itu. Prinsip yang ia pegang dari dulu hilang begitu saja semenjak Mahesa tidak merespon rasa suka dan perhatian yang Kania berikan pada cowok itu. Dan sejak itu pula Kania berubah menjadi gadis bar-bar yang memperjuangkan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Sebenarnya tidak ada yang spesial kenapa seorang Kania menyukai Mahesa. Percaya atau tidak jika perasaan Kania berubah pada Mahesa saat dirinya dan kedua temannya itu sering mengamati dan membicarakan dia yang terlihat misterius dan jarang sekali senyum. Juga dia yang lebih sering menghabiskan waktu di kelas dan diruang cinematografi, atau saat Mahesa yang datang ke kantin hanya untuk membeli sari roti habis itu balik lagi. Setidaknya sejauh pengamatannya, Mahesa itu tipikal anak baik-baik yang tidak pernah membuat keributan.

Tapi anehnya hal-hal tersebutlah yang justru membuat mumculnya rasa suka. Entah ya, Kania cuma ngerasa betah saja memandangi wajah Mahesa dan ia juga selalu merasa nyaman ketika berada didekat cowok itu. Gadis itu seperti menemukan seorang yang selama ini ia cari, dan Kania tidak pernah mendapatkan kenyamanan seperti itu di mantan-mantannya yang dulu. Padahal faktanya Mahesa itu tidak pernah bersikap baik dengan Kania.

Dulu Kania pikir mendapatkan Mahesa itu mudah namun ternyata susah sekali. Bahkan dia adalah cowok pertama yang membuatnya menangis dan patah hati.

"Woi ngalamun mulu!" Tiba-tiba Febby datang membuka pintu lalu masuk begitu saja kedalam ruang lukis Kania, diikuti oleh Bella yang berjalan dibelakangnya.

Kania yang semula sedang melihat lembar demi lembar sketchbooknya itu mengerjabkan mata terkejut lalu dengan cepat menutup sketchbooknya tak lupa ia memasukan benda tersebut ke dalam laci agar tidak ada yang membuka dan membacanya.

"Anjir tambah banyak aja lukisan lo, pesenan orang semua ini?" Tanya Bella seraya menaruh bungkus berisi risol mayo dan martabak manis ke meja kecil yang ada di ruangan itu.

Kania menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Bella barusan. "Tumben lo berdua kesini nggak bilang dulu!"

Febby mencomot risol tadi lalu melangkah mendekati salah satu lukisan Kania yang menarik perhatiannya. "Ya elah biasanya juga langsung datang gitu aja. Anjir ini lukisan beneran lo yang bikin bitch?! Cakep amat gilak!" Febby geleng-geleng kepala kagum.

"Pantesan yang beli pada mau bayar mahal," sambung Bella, memuji kejeniusan Kania dalam melukis. Sahabatnya itu memang bodoh dalam pelajaran namun urusan menggambar dan mendesain, Kania  jago banget. Bahkan ruangan berukuran 5x5 meter ini benar-benar khusus untuk menampung lukisan temannya itu.

Kania memang sering mendapat pesanan dari orang-orang yang menyukai lukisannya, termasuk rekan bisnis papanya. Alhasil dari awal SMA gadis itu sudah mampu membayar sekolahnya dan sudah tidak minta uang lagi pada papanya, ya walaupun setiap saat Kania masih tetap ditransfer juga namun itu atas kemauan papanya sendiri.

"Lo berdua ngapain dah kesini malam-malam gini? Ganggu gue aja!"

Febby dan Bella melotot mendengar itu, "ye si anjing, gue sama Bella nih dichat Om Sando buat kesini," timpal Febby.

"Yoi, kata Bi Siti lo dari pulang sekolah wajahnya murung terus disuruh makan nggak mau, dan cuma berdiam diri di ruang lukis doang nggak keluar sama sekali. Makanya Om Sando khawatir dan chat kita. Hahahha pasti ini gara-gara Mahesa kalau lo badmood gini," kata Bella. Papa Kania itu walaupun sibuk kerja keluar kota tapi tetap perhatian sama anaknya. Terbukti dari laki-laki itu yang selalu memantau anaknya melalui asisten rumah tangganya.

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang