I'M NOT STUPID ; 14

2.6K 192 4
                                    

"Mbak Kania bangun! Sudah siang ini mbak."

Kania mengeliat ketika bahunya diguncang pelan. Rasa pusing menjadi hal pertama yang ia rasakan ketika sadar dari tidurnya.

Gadis cantik itu mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerpa matanya lalu perlahan mengamati tubuhnya yang kini mengenakan piyama tidur, padahal seingatnya tadi malam ia masih mengenakan dress saat tertidur. Kania yakin Bi Siti lah yang menggantikan pakaiannya tadi malam. "Jam berapa sekarang bi?"

"Sudah jam sepuluh lebih mbak. Hari ini ada acara kan? Makanya bibi bangunin sekarang."

Kania melebarkan matanya mendengar itu lalu menoleh menatap jam yang ada di kamarnya, sialan beneran sudah siang ternyata. "Arggghhh," rintih Kania ketika kepalanya terasa pusing sekali.

"Kepalanya pusing lagi mbak?" Tanya Bi Siti panik lalu perlahan tangannya memijit pelan kepala Kania.

Kania mengangguk lalu merubah posisinya menjadi duduk. "Udah nggak papa kok bi, nggak usah dipijit. Bikinin minuman yang kayak biasa aja ya?"

Wanita berusia lima puluhan itu menyudahi kegiatan memijit kepala Kania lalu menganggukan kepala. "Iya bibi buatkan habis itu baru Bi Siti siapin air hangat buat mandi."

"Makasih banyak bi. Oh iya, Pak Adi udah nyiapin pesanan ku kemarin kan?" Kania bertanya membuat wanita yang hendak berjalan pergi itu mengurungkan niatnya lalu menatap Kania kembali. "Sudah beres semuanya, mbak Kania tinggal berangkat saja."

Kania tersenyum lalu mengacungkan jempolnya seraya mengucapkan terima kasih. Hari ini ia dan kedua sahabatnya hendak pergi ke suatu tempat dimana di tempat itu ketiganya bisa menjadi diri sendiri dan tidak perlu berpura-pura lagi.

"Bibi buatan minumannya dulu ya mbak," setelah mengatakan itu Bi Siti berjalan keluar kamar, asisten rumah tangga itu tahu jika Kania di skors begitu pun dengan Sando yang sudah Kania beritahu tentang skorsingnya.

Sembari menunggu Bi Siti menyiapkan semuanya, Kania memilih untuk mengecek ponselnya lalu geleng-geleng kepala saat melihat banyaknya notif chat dari grub dan juga nomor tidak dikenal.

Tak mau ambil pusing dengan deretan nomor tak dikenal itu, akhirnya Kania memutuskan untuk menghubungi papanya, ia dengan cepat menekan tombol vidio, tak butuh waktu lama untuk Sando mengangkat vidio call itu dan akhirnya ayah dan anak itu saling tersambung.

"Papaaaa!!!!" Sapa Kania dengan senyum lebar, senang melihat wajah papanya yang sangat dirindukan itu.

"Baru bangun? Jelek banget," ejek Sando saat melihat rambut anaknya yang masih acak-acakan khas orang bangun tidur, kemudian laki-laki itu tersenyum melihat wajah cemberut anaknya.

"Iyaa baru bangun soalnya tadi malam aku begadang lagi."

Terlihat disebrang sana Sando menghela napas. "Enak ya di skors? Bisa bangun jam segini. Tunggu saja papa pulang, nanti kamu nggak bakal bisa nakal dan macam-macam lagi kayak sekarang."

Kania mendesah malas, "Ih Papa, udah dibilang ini tuh bukan salah ku sepenuhnya."

Kania dapat melihat Sando bangkit dari duduknya, hingga Kania tahu ayahnya itu masih ada di kamar hotel. Kania mengamati layar ponselnya yang menunjukan bahwa Sando tengah berjalan menuju, jendela?

"Iya Papa percaya, tapi kamu tetap harus berubah sayang. Ini demi kebaikan kamu."

Kania tersenyum sendu lalu menganggukkan kepala. "Iya aku bakal berubah meskipun banyak yang nggak percaya kalau aku bisa berubah."

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang