I'M NOT STUPID ; 64

1.2K 109 12
                                    

Kania menatap senja di depan matanya tanpa minat. Pikirannya masih tertuju pada kejadian tadi yang membuatnya begitu terkejut. Gadis dengan kecantikan sempurna itu kemudian memejamkan mata sekilas ketika Mahesa mengusap rambutnya dengan sayang.

"Mau pulang kapan?" Tanya Mahesa. Sudah hampir lima belas menit dua insan itu berada di rooftop sekolah setelah bel pulang berbunyi. Mereka menikmati hamparan senja dan semilir angin yang menenangkan.

"Bentar lagi," timpal gadis itu. "Tahu nggak sih Sa, saat lihat Shella tadi aku jadi keingat dulu waktu di hujat sama teman-teman seangkatan. Pasti Shella sakit hati banget. Apalagi sahabatnya sendiri yang bongkar rahasia besar dia." Ucap Kania sembari menoleh pada Mahesa. "Dia pasti hancur banget," titah Kania lagi. Ia sempat berpikir ini adalah ulah papanya namun tadi ketika Kania menghubungi Sando dan Randy untuk menanyakan hal itu ternyata penangkapan Shella ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Awalnya papanya dan juga Randy memang akan membongkarnya namun twman dekat Shella sendiri yang justru membongkar kasus itu.

Mahesa balas menatap Kania yang terlihat sedih lalu menghela napas. "Shella sendiri yang bikin dirinya hancur."

"Tapi tadi dia nyebut nama Vernando. Apa dia dijebak sama Vernando ya?" Tanya Kania. "Kalau beneran iya ngeri banget sih."

"Bisa jadi," sahut Mahesa. "Sekarang kamu ngerti sendiri kan gimana ngerinya Vernando? Korbannya bahkan ada di sekitar kita."

Kania mengangguk lemah lalu mengambil tangan Mahesa dan menggenggamnya. "Makasih ya udah selalu ngelindungin aku dari dia."

Mendengar itu Mahesa tersenyum menganggukan kepala. Ia juga balas menggenggam tangan Kania. Namun genggaman tangan tersebut hanya berlangsung sebentar karena Kania melepasnya dan gadis itu yang langsung membuka ranselnya. "Aku punya sesuatu buat kamu," guman Kania seraya mengambil sketchbook dari ranselnya dan menyerahkannya pada Mahesa.

"Sketchbook?" Tanya Mahesa yang langsung diangguki Kania. "Di dalam sketchbook yang tebal itu ada gambar kamu didalamnya. Aku gambar pas dulu ngejar-ngejar kamu," kata Kania dengan senyum sumringah.

Detik selanjutnya Kania melebarkan matanya saat Mahesa hendak membuka sketchbook bertulisan Introvert Boy itu. "Eh eh jangan dibuka sekarang! Kamu boleh buka sketchbook itu setelah kita prom night nanti."

Mahesa menganga. Tidak percaya dengan apa yang diucapkan pacarnya itu. "Lah lama banget sayang," titahnya nggak terima. "Keburu penasaran aku!"

Kania bersidekap menatap cowoknya itu dengan yakin. "Pokoknya kamu boleh buka sketchbooknya habis kita kelar prom night! Lagian prom night juga sebentar lagi."

Tak mau berdebat akhirnya Mahesa pun mengangguk setuju. Padahal ia begitu penasaran dengan isi sketchbook tersebut. "Ya udah iya!"

"Janji ya? Pokoknya jangan di buka dulu sebelum kita prom night." Tanya Kania seraya mengacungkan jari kelingkingnya yang langsung disambut oleh Mahesa. "Iya janji."

Kania tersenyum menatap laki-laki tampan tersebut. "Ya udah yok pulang. Kamu mau ngegym sama Hendra dan Marcell kan? Aku juga mau les privat."

~INS~

"Gue bener-bener nggak nyangka cewek yang kelihatannya kalem dan pinter kayak Shella ternyata aslinya bejat banget." Hendra berujar sembari memasukan botol air mineralnya ketempat sampah yang ada di ruang gym.

Marcell mengusap keringat yang ada diwajahnya lalu menghadap teman-temannya seraya menyenderkan tubuhnya di dinding. "Gue udah curiga sih sebenarnya. Waktu ke club gue tuh pernah beberapa kali  lihat Shella di grepe-grepe sama cowok yang berbeda. Tapi gue masih samar itu Shella apa bukan eh ternyata emang beneran dia."

"Mangsanya Vernando juga ternyata dia," balas Marcell.

"Terus gimana tuh cewek sekarang? di penjara?" Tanya Hendra penasaran. Sejak tadi ia belum mendapat kabar terbaru tentang kasus temannya itu.

"Kabarnya sih rehab doang, bokapnya ngamuk ke sekolah dong tadi. Padahal dia kan lagi pemeriksaan ya? Kok bisa gitu ke sekolah?!" Timpal Marcell lagi.

Cowok jangkung itu kemudian menoleh kearah Mahesa yang sibuk mengipasi lehernya dengan kaos tanpa lengan yang cowok itu kenakan seraya menyimak obrolan teman-temannya. Mahesa tampak berkeringat, cowok beralis tebal itu pun seperti tidak memperdulikan obrolan mengenai Shella.

"Udah jelas anaknya yang salah pakai nyalahin sekolah."

"Beruntung banget Sa lo nggak milih dia jadi cewek lo." Ucap Marcell lagi.

Mahesa menghela napas lalu mengemasi barang-barangnya. "Gue nggak pernah suka sama dia. Dan lagi, nggak usah ngomongin keburukan orang cukup jadikan pelajaran buat kita aja biar nggak kejebak dalam hal yang sama."

Mendengar itu Marcell mengangguk-anggukan kepala. "Kek cewek lo ye! Yang awalnya dianggap berandalan dan dulu sering di bilang pelacur justru malah lebih baik dari cewek yang selama ini kita kenal baik."

"Karna apa yang kelihatannya baik belum tentu beneran baik Cel," timpal Hendra. "Bisa aja yang orang yang kita anggap buruk malah menyimpan banyak kebaikan yang disembunyikan."

Ruangan gym perlahan mulai ditinggalkan oleh orang-orang karena hari sudah mulai malam. Kini hanya tersisa tiga cowok itu dan juga beberapa pelatih membuat Hendra dan Marcell juga mulai berkemas-kemas. "Berarti Kania udah nggak perlu mikirin perjanjiannya sama Shella dong ini? Kan dia udah di keluarin dari sekolah."

Marcell menoleh cepat pada Hendra lalu tersenyum. "Oh iya bener juga ya. Orang rivalnya udah kalah sebelum tanggal perang."

Mahesa hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Meskipun Shella sudah dikeluarkan dan perjanjian itu batal namun gadisnya itu masih ambis sekali belajarnya.

Mahesa dan dua sahabatnya berjalan meninggalkan ruangan gym diikuti Hendra dan Marcell di sampingnya.

"Nggak di sekolah nggak di mall nggak di tempat gym dan nggak dimana pun cewek-cewek pada ngelihatin lo mulu Sa. Nih ya kalau Kania ada disini udah mencak-mencak tuh cewek ngelihat lo ditatap kayak gitu sama cewek lain." Titah Hendra.

Marcell terkekeh. "Bener tuh langsung diajak baku hantam kalau berani lihatin Mahesa terang-terangan." Timpal Marcell.

"Dasar cewek gesrek," ungkap Hendra dengan tawa. Selanjutnya cowok keturunan cina itu merintih saat Mahesa menonjok lengannya. "Elo tuh yang gesrek."

"Sialam lo! Gue cuma bilang gesrek doang anjir! nggak terima banget ceweknya dikatain gresek," sahut Hendra yang tidak direspon Mahesa karena cowok itu langsung mengambil ponsel dari saku celananya begitu mendengar nada notifikasi.

Sesaat kemudian Mahesa menghentikan jalannya. Dan raut wajahnya berubah panik begitu membuka pesan di WhatsApp.

Pengganggu
Aku mimisan wkwkkw katanya kecapaian

PenggangguAku mimisan wkwkkw katanya kecapaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Pose Kania kayak gini. Anggap aja Kania tapi ini bukan cast Kania yak)

"Kenapa lo?" Tanya Marcell.

"Kania mimisan," sahut cowok itu lalu dengan cepat menghubungi Kania. Beberapa panggilan tidak terjawab membuat Mahesa mempercepat jalannya menuju mobil miliknya dan langsung bergegas menjalankan mobilnya menuju rumah Kania saking khawatirnya cowok itu.

Part terpendek ins deh ini wkwkk! Vote & comment yaw!

TBC
HaiTaa

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang