emosi

991 138 13
                                    


paul memasuki kamar, terlihat nabila yang sedang membersihkan make up nya dan gyan yang masih tidur diranjangnya.

paul berlalu menuju walkcloset mengambil baju ganti untuk dirinya, hal yang biasanya nabila lakukan kini ia lakukan sendiri karena ia tau nabila masih marah dengannya.

setelah selesai mandi paul keluar dan nabila segera masuk bergantian dengan paul, mereka sempat berpapasan tapi mereka seperti orang yang tidak saling mengenal.

paul mendekati ranjang anaknya, menyentuh dahi gyan mengecek suhu badan anaknya untungnya suhu nya masih normal.

paul keluar menuju ruang kerjanya, ia mengecek beberapa pekerjaannya hingga tak terasa waktu sudah larut.

paul meregangkan otot-ototnya kemudian ia beranjak memasuki kamar, terdengar tangisan bayi disana, paul segera berlari menuju kamarnya.

"KAMU LIAT! DIA SAKIT DAN KAMU MALAH SIBUK SAMA KERJAAN KAMU!"

"KAMU AYAH MACAM APA! HAH?! KAMU GA MIKIR NGASIH APA KE ANAK KAMU! KALO KAMU BELUM SIAP JADI AYAH BILANG! LEBIH BAIK KAMU BELAJAR DULU JADI AYAH YANG BENAR!" teriak nabila saat melihat paul memasuki kamar,
paul melihat wajah istrinya yang terlihat lelah dan frustasi, ia memilih diam karena ia sadar bahwa ia yang salah. disatu sisi ia merasa sakit dengan perkataan istrinya tapi nasi sudah menjadi bubur jadi ia harus memakannya.
lagi-lagi ia harus mendengar kata-kata tak mengenakkan dari mulut istrinya. ia menarik nafas panjang mencoba menetralkan hatinya meski ia juga ingin membeludakkan amarah karena mendengar kata-kata dari istrinya tapi ia mencoba untuk menahannya.

"iya aku salah maafin aku, aku akan belajar jadi ayah yang benar" ucap paul tenang, ia mengambil alih gyan dari gendongan nabila. nabila terus menangis karena rasa lelah mengurusi gyan yang terus menangis dan ditambah ia sedang mengalami red day hari pertama.

paul keluar dari kamar dan memasuki kamar gyan yang berada disebelahnya, paul terus menimang anaknya.

"gyan maafin papa ya sayang"

"maaf kamu sakit gara-gara papa"

"maaf papa udah bikin kamu dan mama nangis"

"maaf papa belum bisa jadi papa yang baik buat kamu hiks hiks" pertahanan paul runtuh melihat wajah pucat anaknya, ia memeluk gyan dan terus menciumi anaknya.

paul menidurkan anaknya ke kasur, gyan sudah tertidur dan tak lagi menangis. paul mengompres anaknya dan sesekali ia mengganti air kompresan tersebut kebawah. ia terjaga untuk mengurus anaknya sampai tak terasa jam sudah menunjukkan jam 4 pagi.

dikamar sebelah, nabila sudah tertidur setelah mengeluarkan amarah dan mengeluarkan banyak air mata. nabila terbangun karena rasa melilit diperutnya, ia mendudukkan dirinya, memijit pelipisnya yang terasa pusing akibat lama menangis. ia terdiam mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, ia ingat dengan apa yang ia katakan pada suaminya ia merasa bersalah karena sudah keterlaluan terhadap suaminya. ketika ia melihat sisi kanan dan kirinya ia tak menemukan suami dan anaknya.

ia mendengar suara tangisan yang berasal dari kamar sebelahnya, ia pun segera beranjak memasuki kamar gyan, ia membuka pintu hati-hati paul tak menyadarinya karena suara tangis gyan yang kencang.


"suuttt syuutt gyan udah ya sayang capekkan nangis terus, nanti tambah pusing kepalanya"

"sekarang gyan bobo lagi ya sayang"

"ssttt cup cup sekali lagi maafin papa ya sayang, papa janji akan belajar jadi papa yang baik buat kamu " ucap paul lembut, lalu mencium kening anaknya.

Warm homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang