geng durian runtuh

1K 114 14
                                    


  setelah kabar kehamilannya diketahui semua orang, membuat nabila kewalahan menanggapi kehebohan para sahabatnya yang tidak sabar menantikan hadirnya bayi disircle nya. seperti saat ini nabila didatangi oleh dua sahabatnya yaitu anggis dan edo.

"nab lu beneran hamil? yaampun akhirnya gue jadi kaka" edo heboh.

"beneran lah emang kamu ga liat perut aku udah buncit gini" nabila sambil mengelus perutnya

"gue kira lu gak langsung gaskeun, gue kira malu-malu gitu" ledek edo

"kamu tau sendiri paul kan orangnya pemaksa"
nabila

"kayanya buas banget ya tuh si bule, makanya langsung jadi" tambah edo membuat nabila tertawa geli.

"nabila aku ga sabar banget mauu gendong ponakan aku ih, eh nab nanti kalo anak kamu lahir aku mau dipanggil mami anggis jangan onty apalagi tante ya" anggis dengan berbagai harapannya.

"kalo aku mau dipanggil abang kan aku kaka nya" sela edo

"atur semau kalian aja lah" pasrah nabila

"eh kodok ngapain lu kesini" sahut paul menuruni tangga,

"edo kan mau kenalan sama adik edo pah" edo dengan wajah sok kyut nya.

"sumpah jijik banget do"

"siapa juga yang mau punya anak kaya lu"
sambung paul yang sudah mendudukkan dirinya disebelah istrinya.

"ih papa marahin abang bund" rengek edo pada nabila

"lama-lama gue kuncir mulut lu" kesal paul

"do udah do suami aku baru bangun tidur, jangan sampe kamu dipenggal sama dia" nabila menengahi

"mau makan hm?" tanya lembut nabila pada suaminya, paul hanya mengangguk.

"kalian juga makan yuk!" nabila berdiri menarik suaminya dan diikuti anggis edo dibelakangnya.

mereka sudah duduk dibangku ruang makan,

"mau sama apa sayang?" tanya nabila yang sedang menyiapkan makanan untuk suaminya.

"telur dadar sama ayam goreng aja"

"sayur sop juga ya?" tanya nabila

"ndak mau!" paul menggeleng

"kamu harus makan sayur sayang" bujuk nabila

"ga enak ah" rengek paul

"sumpah jijik bgt liat paul gini" sahut edo sambil bergidik geli

"diem atau keluar lo" ancam paul dengan tatapan tajamnya.

"udah ah, ayo cepet aa" nabila menyodorkan makanan kedepan mulut suaminya dengan tambahan sayur didalamnya.

"tapi sayur nya jangan banyak-banyak ya" tawar paul, nabila mengangguk lalu paul melahap makanannya.

"kamu disuapin bli? dih mau punya anak juga"
heran anggis

"ya gini lah tiap hari ka anggis, kalo ga disuapin gamau makan dia" papar nabila sambil sibuk dengan aktivitasnya.

"ga pantes banget jadi bapa" ledek edo yang mendapat tatapan tajam dari paul.

"ayo aa lagi" ucap nabila seperti sedang membujuk anak kecil untuk makan.

"aku gamau wortel" paul menjauhkan mulutnya dari sendok yang ada dihadapannya.

"dikit aja cepet ah" kesal nabila sedikit meninggikan suaranya, karena takut dengan istrinya paulpun membuka mulutnya.
sampai selesai makan paul tidak berkata apa-apa, setelah makanannya habis dia langsung pergi menuju kamar. nabila tau suaminya itu pasti marah karena kata-katanya tadi, semenjak ia hamil pakmil itu begitu sensitif.

"kenapa dia nab?" tanya anggis

"kayanya sih marah, sebenernya yang ngerasain mual, pusing ngidam segala macem tuh dia"

"HAH?!" kaget anggis dan edo bersamaan, pasalnya mereka baru mengetahui suami yang merasakan gejala orang hamil karena pada umumnya hal itu dirasakan oleh calon ibu.

"kok gue baru tau ya" edo

"jadi sekarang dia tuh jadi lebih sensitif, makanya aku harus jaga nada bicara aku jangan sampe salah, dan kayanya tadi dia marah karena tadi aku bentak" jelas nabila

"yaudah deh kalian lanjutin makannya, aku mau bujuk suami aku dulu" nabila pun segera beranjak menuju kamarnya.

nabila membuka pintu kamarnya terlihat paul sedang duduk disofa sambil bermain game dihandphonenya. nabila mendekat mencium pucuk kepala suaminya, lalu memeluk lehernya dari belakang.

"fokus banget si suami" goda nabila sambil mencium pipi kiri suaminya lalu tangan satunya sibuk menepuk pelan pipi kanan paul.
paul tetap diam tanpa melirik ke arah istrinya sama sekali.

"marah ya? maaf ya sayang tadi aku udah bentak kamu. soalnya kamu ga nurut padahal kan makan sayur tuh sehat tau" nabila, tapi paul tetap diam. nabila pun melepaskan pelukannya dan berdiri.

satu menit dua menit tiga menit, paul tidak menemukan pergerakan dari nabila, bahkan dia tak mendengar lagi ocehan istrinya. akhirnya paul pun menengok kebelakang, disana nabila sudah menahan suara tangisnya, bahunya naik turun dan tangannya sibuk menyeka air mata dipipinya. paul pun berdiri lalu membawa istrinya duduk dan memeluknya.

"maafin aku" ucap paul, mereka berpelukan sampai nabila tenang.

"aku kebawah gapapa?" tanya nabila

"iya gapapa" ucap paul sambil mengusap pipi nabila. nabila pun keluar untuk menemui teman-temannya dan paul kembali berkutat dengan handphonennya.

"udah baikan?" tanya anggis menyambut nabila datang diantara mereka.

"udah kok" jawab nabila tersenyum

"cape ga nab jadi bumil?" tanya edo

"ya gitu deh, kalo masalah mengandung aku sih masih biasa aja mungkin karena belum gede juga kan, tapi ya yang buat cape tuh ya ngadepin sikap paul. semenjak hamil dia manja bgt, sifatnya juga berubah ya kya tdi makan maunya disuapin aku ga boleh ngomong salah kadang kemauan dia yang aneh-aneh bikin tambah cape" jelas nabila

"mungkin bawaan bayi nab" tebak anggis

"kayanya sih iya nab" sambung edo

"tapi jadi paul cape juga sih harus kerja dalam kondisi lemes tuh ga enak banget, apalagi katanya dia mual-mual juga tapi hebatnya paul tetep ngelakuin kewajibannya" tutur edo

"iya sih aku juga sangat bersyukur banget apalagi dia ga pernah ngeluh segala macem, bahkan dia selalu ngomong sama anaknya 'kamu boleh ngerepotin papa tapi jangan ngerepotin mama ya! soalnya mama udah repot bawa-bawa kamu' dia selalu bilang gitu kalo aku ngerasa ada yang sakit diperut aku"

"paul tuh dari dulu sampe sekarang ga pernah berubah ya, keren banget loh jadi terharu" puji anggis

mereka pun mengobrol dan bercerita hingga sore tiba.



gimana udah bosen belum sama ceritaku?

jangan lupa vote dan comment ya!
hari ini aku bakal double up loh jadi tungguin ya!





                              see u next chap!

Warm homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang