belajar

1.2K 137 9
                                    



paul mengerjapkan matanya, samar-samar ia mendengar tangisan yang begitu lirih, ketika melihat sofa didepannya terlihat sosok wanita yang tertunduk dengan pundak yang bergetar.

sebenarnya kata-kata itu masih teringat jelas diotaknya, tapi rasa cintanya lebih besar dari rasa sakit yang semalam ia dengar secara langsung dari mulut istrinya. paul mencoba berfikir positif bahwa semalam nabila mengatakan itu dalam keadaan emosi dan lelah membuatnya tak bisa mengontrol ucapannya.

"nabila" lirih paul yang mampu didengar oleh nabila, nabila segera menghapus air mata dipipi nya dan mulai mendekati suaminya.

"sayang~" ucap nabila dengan nada gemetar, melihat istrinya yang sudah ancang-ancang akan menangis paul segera menarik tangan istrinya pelan, nabila mendekatkan dirinya dan langsung memeluk suaminya yang masih terbaring di brankar rumah sakit. tangis nabila kembali tumpah, ia terus berulang kali mengucapkan maaf atas perkataan yang tentu menyakiti hati suaminya.

"m-maafin a-ku hiks hiks" tangis nabila

"iya sayang aku udah maafin kamu, udah ya nangisnya" ucap paul mengusap punggung istrinya, nabila terus menangis seolah air yang mengalir itu tak bisa berhenti.

"a-ku ja-hat sama ka-mu hiks hiks" tangis nabila masih berkelanjutan.

lelah karena ucapannya tak diindahkan oleh nabila. paul menjauhkan pundak istrinya, membuat wajah mereka berhadapan kini paul menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya, paul mengusap air mata yang mengalir dipipi istrinya menggukan kedua ibu jarinya.

"mau aku maafin?" ucap paul dengan lembut, nabila mengangguk.

"stop minta maaf dan udahan nangisnya ya!" ucap paul lagi dengan nada lembut namun tegas, nabila kembali mengangguk tapi air matanya belum juga berhenti, paul masih menghapus air mata istrinya walau air tersebut terus mengalir.

"ta-pi a-ir nya keluar sendiri hiks hiks"

"ih kok ga-mau ber-henti sih hiks hiks" kesal nabila dengan tangis yang masih sama. kedua sudut bibir paul terangkat, gemas melihat tingkah lucu istrinya. paul mendekatkan wajahnya dan wajah nabila,

cup

setelah itu paul kembali menjauhkan pundak istrinya dan kini wajah nabila tertunduk malu, paul tersenyum.

"udah tenang?" ucap paul, nabila mengangguk dengan tangis yang sudah mulai mereda namun nafasnya belum teratur apalagi setelah mendapat serangan mendadak dari suaminya.

"mau aku cium lagi?" dengan polosnya nabila mengangguk. paul kembali mendekatkan wajahnya namun,

"eh-" nabila baru sadar dengan ucapan paul, ia mendorong bahu paul dan menatap suaminya yang sudah mencoba menahan tawanya.

"ih kamu mah!!" nabila menggeplak pundak paul dan menghentakkan kakinya kesal, paul menyemburkan tawanya.

"haha makanya jangan gemesin gitu" tawa paul, tapi nabila menanggapi dengan wajah kesalnya.

kini nabila telah selesai menyuapi suaminya makan dan membantunya meminum obat.

"sekarang tiduran ya biar cepet sembuh" ucap nabila mengelus rambut suaminya, ia tatap terus wajah suaminya, rasa bersalah itu masih ada ia merasa sangat durhaka kepada suaminya.

"sayang udah ya, kita lupain yang kemarin!" ucap paul yang ngeuh dengan raut istrinya yang sudah berubah menjadi sendu kembali.

"a-ku istri yang dur-"

"ssttt ga sayang, itu setan yang ngomong bukan kamu" ucap paul memotong perkataan istrinya, nabila tertunduk dengan isakannya.

"sayang dari sini kita belajar untuk saling mengingatkan, kemarin aku salah karena aku dengan cerobohnya ngasih es ke anak kita yang masih bayi, walaupun cara kamu salah dalam hal mengingatkan aku, tapi aku paham saat itu kamu khawatir sama anak kita" ucap paul mengambil kedua tangan istrinya untuk ia genggam.

"masih banyak hal didepan yang akan kita hadapi, kita hanya butuh tangan yang saling menggenggam. aku mohon jangan lepas genggaman kita sebesar apapun badai yang akan kita hadapi nanti" ucap paul mengeratkan genggaman tangan mereka. nabila memeluk suaminya yang duduk dibrankar,

"maafin kecerobohan aku ya, kita sama-sama belajar ya!" ucap paul yang diangguki nabila. paul membiarkan istrinya meluapkan segala hal yang berkecamuk didada dan fikirannya, hingga tangis itu kian pudar dan nabila melepaskan pelukannya.

"sekali lagi, aku minta maaf dengan perkataan aku yang tidak pantas kemarin. jujur saat itu aku emosi, khawatir, cape semuanya jadi satu. dan maaf kamu jadi sasaran dari emosi aku saat itu."

"terima kasih kamu sudah menjadi suami dan ayah yang baik untuk aku dan gyan, terimakasih juga udah selalu mengerti aku.
i love you sayang" ucap nabila kemudian mengecup kening suaminya lama menyalurkan rasa cintanya.

"i love you more" ucap paul menutup matanya menikmati kecupan dari istrinya.

malam telah tiba, kini keduanya sedang berada diranjang yang sama, untungnya ruang inap paul VIP jadi ranjangnya tak sekecil ruang inap biasa. meski brankar rumah sakit tak senyaman kasur dikamar mereka, tapi hal itu tak menghalangi kegiatan romantis mereka. seperti layaknya pengantin baru, keduanya menikmati momen berdua tanpa ada si kecil ditengahnya seperti malam biasanya.

nabila menjadikan lengan suaminya sebagai bantalan tidurnya, ia menyandarkan kepalanya didada suaminya. sedangkan paul terus menciumi pucuk kepala istrinya yang dilapisi hijab instan (karena ditakutkan ada dokter atau orang lain yang masuk ke unit paul).

"gyan ga rewel sayang?" tanya paul

"ngga katanya, mungkin karena banyak yang ajak main. jadi lupa sama aku" ucap nabila

"aku vc boleh?" ucap paul

"maaf ya, kata mama ga boleh soalnya takut gyan nangis pas liat kamu. kamu kan tau sendiri gyan kalo udaj liat kamu maunya digendong ga bisa jauhan" ucap nabila

"hehe iya juga sih" kekeh paul

"sayang" panggil paul

"hm" nabila mendongak menatap paul, sambil mengelus rahang suaminya.

"gyan kan udah gede sayang, buktinya kita tinggal aja dia ga rewel"

"gimana kalo kita memproses gyan berikutnya?" goda paul menaik turunkan alisnya, nabila menepuk pipi suaminya lembut.

"kalo berdua pembahasannya itu mulu, heran" kesal nabila memalingkan wajahnya.

"benerkan? buktinya gyan ga nyariin kita berarti dia udah siap jadi kakak"

"terus tunggu apa lagi?" bisik paul ditelinga istrinya.

"ets tunggu sejenak, ini belum saatnya!" nabila ikut berbisik ditelinga suaminya.
keduanya tertawa bersama menghilangkan kesedihan yang mereka rasakan.

*cerita ini mengandung promosi;)

*cerita ini mengandung promosi;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ganteng banget papa nya gyan🧡

aku kasih double buat nemenin kalian streaming lagu paul, aku aja bela-belain nulis malam ini juga loh sambil nunggu jam 00.00. janji harus streaming ya!
lagu nabila juga jangan lupa!

jangan lupa vote dan comment cerita ini ya!

                           see u next chap!

Warm homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang