Chapter 1: Awal yang Penuh Harapan

175 13 0
                                    

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, ada sepasang sahabat, Kim Taehyung dan Kim Jisoo, yang menjalin persahabatan sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, berbagi tawa dan tangis, tetapi ada satu hal yang selalu menyelimuti hubungan mereka, cinta yang tak terungkapkan. Taehyung menyimpan rasa cinta yang dalam untuk Jisoo, tetapi ia takut jika perasaannya itu akan menghancurkan persahabatan mereka yang sudah terjalin lama.

Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, Taehyung mengajak Jisoo ke taman yang biasa mereka kunjungi. Dengan cahaya jingga yang lembut menyinari wajah Jisoo, Taehyung merasa hatinya berdebar. "Jisoo," ia memulai, "apa yang kamu harapkan dalam cinta?"

Jisoo tersenyum, matanya berbinar. "Aku ingin cinta yang tulus. Cinta yang menerima semua kekurangan kita. Tapi, aku juga tahu bahwa kadang kita harus memberikan tanpa berharap kembali."

Taehyung menelan ludah, kalimat Jisoo menancap dalam benaknya. Ia merasa seolah-olah Jisoo sedang berbicara langsung tentang dirinya. Ia sudah memberikan segalanya untuk Jisoo dukungan, perhatian, bahkan pengorbanan yang terkadang mengorbankan perasaannya sendiri.

Ketika senja mulai mereda, Jisoo melanjutkan, "Cinta bukan hanya soal memiliki. Terkadang, mencintai berarti merelakan. Kita bisa memberi tanpa harus menerima."

Andra mengangguk, hatinya teriris. Ia merasa seolah Dita tidak hanya berbicara tentang cinta romantis, tetapi juga tentang ikatan mereka yang telah terjalin. Dalam benaknya, Taehyung mempertanyakan apakah cinta yang tulus ini harus terputus di antara mereka, atau jika ia berani mengambil langkah berani untuk mengungkapkan perasaannya.

Jisoo lalu bercerita tentang seseorang yang dia kagumi, seorang teman di kampus yang selalu ada untuknya. Taehyung merasa cemburu, tetapi ia berusaha menutupi perasaannya. "Dia pasti orang yang baik," jawabnya dengan suara datar, meski hatinya berontak.

Saat mereka berpisah di depan rumah Jisoo, Taehyung berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan berusaha untuk memberi tanpa berharap, menerima meskipun hatinya hancur. Namun, di dalam hatinya, ia juga berdoa agar ada satu hari di mana Jisoo bisa merasakan cinta yang sama.

Ketika Taehyung melangkah pulang, pikirannya dipenuhi dengan keraguan dan harapan. Cinta mereka mungkin memang jauh dari arti yang sebenarnya, tetapi ia bertekad untuk tetap ada untuk Jisoo, tak peduli seberapa sakitnya. Cinta yang tulus sering kali datang dengan pengorbanan, dan Taehyung siap untuk menghadapi kenyataan itu, meskipun ia harus belajar untuk menerima cinta yang tidak terbalas.

Malam semakin larut, dan Taehyung masih terjaga di kamarnya. Dengan cahaya lampu yang temaram, ia menulis di jurnalnya, mengekspresikan semua perasaannya yang tak terucapkan. Setiap kata yang ditulisnya seakan menjadi pengakuan yang berat, tetapi juga menenangkan. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Jisoo adalah bagian terpenting dalam hidupnya, meskipun harus disimpan dalam diam.

Beberapa hari berlalu, dan Jisoo semakin dekat dengan temannya di kampus. Taehyung mencoba untuk bahagia untuk Jisoo, meskipun hatinya dipenuhi rasa sakit. Suatu hari, ketika Jisoo mengundang Taehyung untuk menghadiri sebuah acara di kampus, ia merasa ini adalah kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan Jisoo dan mungkin, mengungkapkan perasaannya.

Di acara tersebut, suasana penuh warna dan keceriaan. Jisoo bersinar dalam balutan gaun sederhana, tampak cantik dan ceria. Taehyung memperhatikan Jisoo dari kejauhan, berbincang-bincang dengan teman-teman barunya. Ia merasa bangga sekaligus cemburu, merasakan betapa Jisoo layak mendapatkan semua kebahagiaan itu.

Saat acara berlangsung, Taehyung memutuskan untuk mendekati Jisoo. "Hey, Jisoo! Senang melihat kamu di sini," sapanya dengan senyum lebar, meskipun hatinya berdebar.

Jisoo menoleh dan tersenyum. "Taehyung! Aku senang kamu datang. Ayo, kita lihat pertunjukan seni di sana!"

Mereka berdua bergerak menuju panggung, bercanda dan tertawa seperti biasanya. Namun, saat melihat Jisoo tertawa lepas, Taehyung merasa hatinya semakin berat. Ia tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaannya, tetapi ia juga tidak bisa menahan perasaannya.

Setelah pertunjukan selesai, Taehyung menemukan momen yang tepat. "Jisoo, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," katanya, suara bergetar.

Jisoo melihat Taehyung dengan mata penasaran. "Apa itu?"

Taehyung menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. "Aku... aku hanya ingin bilang bahwa aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi. Baik dalam suka maupun duka."

Jisoo tersenyum lembut, tetapi Taehyung merasa ada sesuatu yang hilang. "Aku tahu, Taehyung. Itu berarti banyak bagiku."

Mendengar kata-kata Jisoo, Taehyung merasa harapannya semakin pudar. Ia merasakan ketidakpastian di dalam diri Jisoo, seolah ada jarak yang tak bisa dilintasi. Di satu sisi, ia bahagia bisa mengungkapkan perasaannya, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa cinta yang tulus ini mungkin hanya akan membuatnya semakin terluka.

Ketika malam semakin larut dan mereka beranjak pulang, Taehyung merasa ada yang berbeda. Jisoo terlihat lebih ceria, tetapi Andra merasa sebaliknya. Ia memutuskan untuk bersikap tegar dan menjaga persahabatan ini, meskipun hatinya terjaga dalam kesedihan.

Di perjalanan pulang, Taehyung bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia mampu bertahan dengan perasaan ini, ataukah ia harus mulai melepaskan Jisoo, meskipun itu sangat menyakitkan. Dengan air mata yang tertahan, ia menyadari bahwa cinta yang tulus kadang harus dikhususkan untuk memberi, meskipun tanpa balasan.

Dan di sinilah titik baliknya. Dalam kesunyian malam, Taehyung bertekad untuk memahami arti cinta yang sebenarnya memberi, menerima, dan merelakan. Ia siap melangkah ke dalam ketidakpastian, meskipun jalannya berliku dan penuh rasa sakit.

To Be Continued...

STILL UNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang