Chapter 3: Di Antara Keputusan

29 6 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Taehyung terus berusaha menjalani rutinitasnya tanpa terlalu memikirkan Jisoo. Namun, kenyataannya, setiap sudut kota ini mengingatkannya pada Jisoo kafe tempat mereka dulu sering bertemu, taman di mana mereka biasa berjalan-jalan, dan bahkan lagu-lagu yang dulu mereka dengarkan bersama.

Sementara itu, Jisoo mulai merasakan bahwa hubungannya dengan Minhyuk tidak berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun Minhyuk tampak perhatian di awal, kini hubungannya terasa semakin renggang. Minhyuk terus memaksakan Jisoo untuk menjauh dari Taehyung, dan Jisoo mulai merasa tertekan. Ia tahu Taehyung adalah sahabat yang paling bisa diandalkan, tetapi ia juga takut kehilangan Minhyuk.

Suatu hari, ketika Taehyung sedang duduk di perpustakaan, tenggelam dalam pikirannya, Jisoo datang menemuinya. Wajahnya terlihat letih, dan matanya sedikit sembab seperti habis menangis. Taehyung, yang jarang melihat Jisoo seperti ini, langsung merasa cemas.

"Jisoo, kamu baik-baik aja?" tanyanya dengan suara lembut.

Jisoo duduk di sampingnya, menatap kosong ke depan. "Aku rasa... aku enggak tahu harus gimana lagi."

Taehyung menatapnya, menunggu Jisoo untuk melanjutkan.

"Aku dan Minhyuk... kami bertengkar lagi. Dia marah karena aku masih sering mikirin kamu. Aku enggak tahu kenapa, tapi aku selalu merasa enggak nyaman ketika dia bilang aku harus menjauh dari kamu. Taehyung, kamu sahabat terbaikku. Aku enggak bisa kehilangan kamu begitu aja," kata Jisoo sambil menggigit bibirnya.

Taehyung merasakan hatinya semakin teriris mendengar kata-kata itu. Ia ingin mengatakan bahwa ia juga selalu memikirkan Jisoo, bahwa ia mencintainya lebih dari apa pun. Tapi, di saat yang sama, Taehyung sadar bahwa itu hanya akan membuat situasi semakin rumit.

"Jisoo, aku tahu kamu dalam posisi sulit," Taehyung menjawab perlahan. "Tapi mungkin kamu perlu jujur pada dirimu sendiri. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apa kamu bahagia dengan Minhyuk?"

Jisoo terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan itu. Air mata mulai menggenang di matanya. "Aku pikir aku bahagia di awal, tapi sekarang... aku mulai ragu. Aku selalu merasa ada yang salah. Minhyuk terus meminta aku berubah, tapi aku enggak tahu apakah aku bisa jadi orang yang dia mau."

Taehyung menatapnya dengan penuh simpati. "Kalau kamu harus berubah hanya untuk membuat seseorang bahagia, mungkin itu bukan hubungan yang sehat. Kamu layak bahagia tanpa harus mengubah siapa dirimu."

Jisoo menundukkan kepalanya, meneteskan air mata yang telah ditahannya. Taehyung, tanpa berpikir panjang, meraih tangan Jisoo dan menggenggamnya lembut. "Aku selalu ada di sini, Jisoo. Meski kita enggak bisa sering ketemu, aku enggak akan pergi ke mana-mana."

Jisoo menatap Taehyung dengan mata yang penuh rasa terima kasih, tapi di balik matanya juga ada kebingungan. "Taehyung... kenapa kamu selalu ada untuk aku? Kenapa kamu enggak pernah marah atau kecewa, meski aku sering melibatkan kamu dalam masalahku?"

Taehyung merasakan hatinya berdebar. Inilah saatnya, pikirnya. Mungkin ini saatnya ia harus jujur dengan perasaannya, apa pun risikonya.

"Karena aku peduli sama kamu, Jisoo. Aku peduli lebih dari yang kamu tahu," jawab Taehyung dengan suara bergetar.

Jisoo menatapnya dalam-dalam, seperti mencari makna dari kata-kata Taehyung. "Apa maksudmu?"

Taehyung menghela napas panjang, memutuskan untuk mengungkapkan apa yang telah lama dipendamnya. "Aku sudah lama menyimpan perasaan ini, tapi aku enggak pernah bisa mengatakannya. Aku mencintai kamu, Jisoo. Aku selalu mencintai kamu, sejak lama. Tapi aku tahu, mungkin kamu enggak merasakan hal yang sama, jadi aku memilih untuk diam."

Kata-kata itu akhirnya keluar, seperti beban berat yang terlepas dari dada Taehyung. Namun, setelah mengatakannya, ia merasakan campuran antara kelegaan dan ketakutan. Ia tak tahu bagaimana Jisoo akan merespons.

STILL UNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang