Chapter 8: Bayangan Masa Lalu

22 3 0
                                    

Bulan demi bulan berlalu, dan baik Taehyung maupun Jisoo semakin menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Meskipun sudah sama-sama ikhlas dan damai dengan keadaan, ada saat-saat di mana bayangan masa lalu masih muncul di pikiran mereka mengingatkan mereka pada cinta yang pernah ada.

Suatu hari, Taehyung sedang dalam perjalanan menuju proyek fotografi berikutnya di sebuah desa pesisir yang terkenal dengan keindahan pantainya. Saat duduk di kursi kereta yang bergerak pelan di sepanjang pantai, pikirannya melayang kembali ke pertemuan terakhir dengan Jisoo di galeri seni. Wajah Jisoo yang tenang dan senyumnya yang hangat masih jelas dalam ingatannya. Taehyung bertanya-tanya apakah Jisoo bahagia dengan hidupnya di Busan.

Saat kereta berhenti di sebuah stasiun kecil, Taehyung turun dan berjalan di sepanjang dermaga yang sepi. Di sana, ia mengambil beberapa gambar nelayan yang sedang mempersiapkan perahu mereka untuk melaut. Saat sedang sibuk dengan kameranya, suara seorang wanita terdengar dari belakang.

“Taehyung?”

Ia berbalik, dan di sana berdiri Jisoo, tampak terkejut tapi tersenyum. Ia mengenakan jaket tebal untuk melawan angin laut yang dingin, dengan rambutnya yang tergerai terkena angin. Taehyung tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya.

“Jisoo? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya, masih belum percaya melihatnya.

Jisoo tersenyum. “Aku datang ke sini untuk mencari inspirasi untuk lukisan baruku. Ternyata kita punya alasan yang sama, ya?”

Taehyung tersenyum kecil, merasa bahwa takdir memang aneh. Di tengah ribuan tempat yang bisa mereka datangi, mereka justru bertemu di sudut dunia yang terpencil ini.

“Aku di sini untuk memotret pemandangan pantai untuk proyekku,” kata Taehyung sambil menunjukkan kameranya. “Kita benar-benar tidak bisa jauh-jauh dari seni, ya?”

Mereka tertawa pelan. Suasana di antara mereka terasa ringan, jauh dari rasa canggung yang dulu mungkin ada. Mereka kemudian berjalan di sepanjang pantai, berbicara tentang hidup mereka saat ini. Jisoo bercerita tentang betapa sibuknya ia dengan pameran barunya di Busan, dan Taehyung bercerita tentang proyek-proyek fotografi yang membawanya ke berbagai tempat di Korea.

Setelah beberapa saat, Jisoo tiba-tiba berhenti berjalan dan menatap laut.

“Kamu pernah berpikir, Taehyung… bagaimana kalau kita mengambil keputusan yang berbeda di masa lalu?” tanyanya pelan, suaranya hampir tertelan oleh angin laut.

Taehyung terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. Ia tahu apa yang dimaksud Jisoo. Ada momen-momen di masa lalu mereka di mana mereka bisa saja membuat pilihan berbeda, yang mungkin akan membawa mereka ke arah yang lain.

“Aku pernah memikirkannya,” jawab Taehyung jujur. “Tapi aku rasa, kita mengambil jalan yang tepat. Meskipun tidak bersama, kita berdua sudah menemukan cara kita masing-masing untuk bahagia.”

Jisoo tersenyum tipis, meski matanya sedikit sendu. “Iya, mungkin kamu benar. Tapi terkadang aku merindukan saat-saat itu, meskipun aku tahu kita sudah jauh lebih baik sekarang.”

Taehyung mengangguk. “Aku juga begitu. Tapi sekarang, aku lebih menghargai kenangan-kenangan itu sebagai bagian dari perjalanan kita.”

Mereka berdiri di sana selama beberapa saat, menikmati ketenangan pantai yang luas di depan mereka. Di tengah sunyi itu, ada pemahaman yang mendalam di antara mereka bahwa mereka tidak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu, tetapi telah menjadikannya sebagai bagian dari diri mereka yang lebih kuat dan lebih dewasa.

Akhirnya, Jisoo memecah keheningan. “Aku harus kembali ke galeri. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Taehyung. Sepertinya kita memang sering bertemu di tempat-tempat yang tidak terduga.”

STILL UNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang