Chapter 4: Jalan yang Berbeda

33 7 0
                                    

Hari-hari berlalu sejak Jisoo mengakhiri hubungannya dengan Minhyuk, namun perasaannya masih campur aduk. Di satu sisi, dia merasa lebih ringan karena tidak lagi terjebak dalam hubungan yang membuatnya tertekan. Di sisi lain, ada kekosongan yang sulit dijelaskan—perasaan bahwa dia baru saja kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupnya.

Sementara itu, Taehyung tetap ada di sisinya. Namun, hubungan mereka tak lagi sama. Meskipun Jisoo tahu bahwa Taehyung mencintainya, dia belum siap untuk melangkah lebih jauh. Setiap kali dia bertemu dengan Taehyung, ada ketegangan yang menggantung di udara, seolah-olah mereka berdua saling menunggu sesuatu yang tak kunjung terjadi.

Suatu malam, Jisoo menerima telepon dari Taehyung. "Jisoo, kamu bisa ketemu sekarang? Ada sesuatu yang pengin aku bicarakan."

Jisoo ragu sejenak, tapi kemudian mengangguk. "Baiklah. Kita ketemu di tempat biasa?"

Mereka akhirnya bertemu di taman yang sering mereka kunjungi sejak lama. Saat Taehyung tiba, ia tampak lebih serius dari biasanya, dan Jisoo merasakan ada sesuatu yang berbeda malam itu.

"Ada apa, Taehyung?" tanya Jisoo, mencoba meredakan kegelisahannya.

Taehyung menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara. "Jisoo, aku tahu kamu masih butuh waktu, dan aku enggak mau memaksamu untuk apa pun. Tapi... aku juga harus jujur dengan diriku sendiri. Aku enggak bisa terus-terusan berharap pada sesuatu yang mungkin enggak akan terjadi."

Jisoo menunduk, sudah bisa menebak arah pembicaraan ini. "Taehyung, aku..."

"Enggak, biarkan aku menyelesaikan dulu," potong Taehyung dengan lembut. "Aku sayang sama kamu, Jisoo. Lebih dari yang pernah aku tunjukkan. Tapi aku juga sadar, mungkin perasaan ini cuma datang dari satu sisi. Dan itu enggak masalah. Aku terima itu. Tapi aku harus mulai berjalan ke arah lain, untuk diriku sendiri."

Jisoo merasa dadanya sesak mendengar kata-kata Taehyung. Ia tahu Taehyung berusaha kuat, namun ia juga tahu bahwa keputusan ini bukan hal yang mudah bagi sahabatnya itu.

"Aku enggak ingin kamu merasa terbebani karena aku," lanjut Taehyung. "Kalau kita terus seperti ini, aku takut malah merusak persahabatan kita. Dan aku enggak ingin kehilangan kamu sebagai sahabat. Jadi... aku akan mencoba menjauh untuk sementara, biar aku bisa fokus pada hal-hal lain."

Jisoo terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Taehyung. Hatinya dipenuhi rasa bersalah, namun dia juga tahu bahwa Taehyung pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari sekadar cinta yang tak terbalas.

"Aku paham, Taehyung," jawab Jisoo pelan. "Kamu enggak pernah salah. Mungkin aku yang enggak tahu apa yang sebenarnya aku mau. Tapi aku enggak pernah ingin menyakiti kamu."

Taehyung tersenyum tipis. "Aku tahu, Jisoo. Kamu selalu baik padaku. Dan itulah kenapa aku harus mengambil langkah ini. Biar kita berdua bisa menemukan kebahagiaan masing-masing."

Malam itu, mereka berdua duduk bersama dalam keheningan, merasakan akhir dari sesuatu yang selama ini mereka pegang erat. Taehyung tahu bahwa cinta sejatinya pada Jisoo mungkin tidak akan pernah terwujud. Namun, dia juga memahami bahwa melepaskan adalah bagian dari proses mencintai—bahkan jika itu berarti memberi ruang bagi diri sendiri untuk sembuh.

Keesokan harinya, Taehyung mulai mengalihkan perhatiannya ke hal-hal lain. Ia sibuk dengan pekerjaan, mencoba membangun kehidupan yang lebih baik tanpa harus bergantung pada perasaannya terhadap Jisoo. Meski hatinya masih terluka, Taehyung tahu bahwa ini adalah pilihan yang terbaik.

Di sisi lain, Jisoo mulai merasakan kehilangan yang mendalam. Tanpa Taehyung di sisinya, hidupnya terasa berbeda—lebih sepi dan tak menentu. Ia mulai merindukan kehadiran Taehyung, meskipun ia belum siap mengakui bahwa mungkin, ada perasaan lain yang mulai tumbuh di dalam dirinya.

STILL UNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang