Pagi itu, Jisoo terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Kesuksesan pameran mereka malam sebelumnya masih membekas, tapi ada sesuatu yang terus berputar dalam pikirannya. Hubungannya dengan Taehyung sudah memasuki fase yang lebih baik, namun ia tahu ini bukan akhir dari perjalanan mereka. Ini hanyalah permulaan yang baru, di mana keduanya berusaha menavigasi cinta yang telah berubah.
Jisoo melangkah keluar dari kamar, melihat Taehyung yang sudah siap dengan secangkir kopi di tangan, menatap pemandangan kota Seoul dari jendela apartemen mereka. Matahari pagi memancarkan cahaya hangat yang menyinari wajahnya. Taehyung menoleh ketika mendengar langkah Jisoo mendekat.
"Pagi," kata Taehyung sambil tersenyum.
"Pagi," jawab Jisoo, meski suaranya terdengar pelan. Ia masih mencoba memahami apa yang terjadi di dalam dirinya.
Mereka duduk di meja makan, berbagi keheningan yang damai. Namun, Jisoo merasa ada hal yang perlu ia sampaikan. Sesuatu yang sudah lama ia pendam, tapi kini mulai mendesak untuk diungkapkan.
"Taehyung, kita harus bicara," kata Jisoo akhirnya, memecah keheningan.
Taehyung mengerutkan kening sedikit, tapi ia tetap tenang. "Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku tahu kita sudah melewati banyak hal bersama, dan aku benar-benar bersyukur untuk semua yang kita miliki sekarang. Tapi aku merasa... ada bagian dari diriku yang masih belum siap untuk sepenuhnya terikat lagi. Setidaknya, belum sekarang."
Taehyung terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja Jisoo katakan. Ia tidak langsung bereaksi, dan itu membuat Jisoo sedikit cemas. Namun, saat Taehyung akhirnya menatapnya, ada pengertian di matanya.
"Aku mengerti, Jisoo," jawab Taehyung dengan suara lembut. "Aku tahu proses ini membutuhkan waktu, dan aku tidak ingin kamu merasa terburu-buru untuk kembali seperti dulu. Kita punya waktu. Aku tidak akan memaksamu."
Mata Jisoo mulai berkaca-kaca. Ia merasa bersalah karena belum sepenuhnya bisa menyerahkan dirinya pada hubungan ini lagi, tetapi respons Taehyung membuatnya lega. "Terima kasih," gumamnya. "Aku hanya butuh sedikit ruang untuk menemukan diriku lagi. Aku tidak ingin terburu-buru hanya karena kita merasa harus melanjutkan dari tempat kita berhenti dulu."
Taehyung mengangguk. "Aku juga butuh waktu, Jisoo. Meski aku ingin kita kembali seperti dulu, aku tahu bahwa kita telah berubah. Hubungan ini berbeda sekarang, dan itu tidak masalah. Kita akan menemukan jalan kita sendiri."
Hari itu, mereka berdua sepakat untuk mengambil langkah mundur dari intensitas hubungan mereka. Bukan berarti mereka berpisah, tetapi mereka akan memberi ruang untuk diri masing-masing, menemukan keseimbangan baru. Jisoo butuh waktu untuk fokus pada dirinya dan karir seninya, sementara Taehyung juga perlu memulihkan dirinya dari luka-luka lama yang masih ada.
---
Beberapa minggu kemudian, Jisoo mulai sibuk dengan proyek baru. Ia menerima tawaran dari galeri internasional untuk memamerkan karyanya di luar negeri. Tawaran ini datang di saat yang tepat, memberinya kesempatan untuk mengeksplorasi dirinya lebih jauh tanpa beban dari masa lalu. Di sisi lain, Taehyung juga fokus pada pekerjaannya sebagai fotografer. Mereka tetap berkomunikasi, tetapi dengan dinamika yang berbeda. Tidak ada lagi ketergantungan emosional yang menekan. Hubungan mereka terasa lebih sehat.
Suatu malam, Jisoo duduk di studio, menatap lukisan yang baru saja selesai ia buat. Lukisan itu menggambarkan sosok perempuan yang berdiri di tepi jurang, menatap ke arah langit yang dipenuhi bintang. Ada ketenangan dalam ekspresi sosok itu, seolah siap melangkah ke depan, tanpa rasa takut.
Taehyung mengunjungi Jisoo di studionya malam itu. Ia melihat lukisan itu dan tertegun. "Ini luar biasa," kata Taehyung pelan. "Ini tentang kamu, kan?"
Jisoo tersenyum, menatap lukisan itu. "Ya, mungkin ini tentang diriku yang baru. Diriku yang sudah siap untuk melangkah, tanpa terlalu banyak memikirkan masa lalu."
Taehyung mengangguk, tersenyum lembut. **"Aku senang melihatmu menemukan dirimu lagi, Jisoo. Kamu selalu punya kekuatan untuk itu
Setelah malam di studio itu, Jisoo dan Taehyung memutuskan untuk benar-benar memberi ruang bagi diri mereka masing-masing. Tidak ada perpisahan yang dramatis, tidak ada janji yang harus diikat erat—hanya rasa saling percaya bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan tetap mendukung satu sama lain.
Waktu berlalu, dan Jisoo semakin tenggelam dalam kesibukannya. Proyek galeri internasionalnya membawa Jisoo ke Paris, kota impiannya sejak kecil. Meski keberangkatannya terasa mendadak, Jisoo melihat kesempatan ini sebagai awal baru, tidak hanya dalam karier seninya tetapi juga dalam perjalanan emosionalnya. Taehyung, meski sedih melihat Jisoo pergi, memahami pentingnya perjalanan ini bagi Jisoo.
Setiap hari di Paris adalah sebuah petualangan baru bagi Jisoo. Kota seni ini memberinya inspirasi yang meluap-luap. Dari jalanan Montmartre hingga keindahan Museum Louvre, semuanya memberi pengaruh kuat pada karya-karya terbarunya. Jisoo merasa lebih bebas dari sebelumnya. Meskipun jauh dari Taehyung, ia menemukan kenyamanan dalam jarak itu perasaan lega bahwa hubungan mereka tidak dibebani oleh ekspektasi yang terlalu berat.
Namun, setiap malam di Paris, ketika Jisoo duduk di apartemen kecilnya di tepi Sungai Seine, pikirannya sering berkelana kembali ke Seoul, ke Taehyung. Ada sesuatu tentangnya yang tak bisa dilepaskan begitu saja bukan tentang cinta yang belum terselesaikan, tetapi tentang hubungan yang masih begitu erat meskipun mereka memutuskan untuk mengambil jarak.
Di sisi lain, Taehyung juga semakin sibuk dengan pekerjaannya. Ia terlibat dalam beberapa proyek fotografi besar dan mulai mengeksplorasi lebih dalam konsep-konsep yang selama ini ingin ia wujudkan. Tapi meskipun terlihat baik-baik saja di luar, ada momen-momen ketika ia merasa kehilangan Jisoo. Bukan karena tidak bisa berkomunikasi, tetapi karena kedekatan emosional mereka yang perlahan terasa lebih longgar.
Suatu hari, saat sedang mengedit foto-foto hasil pemotretan terbarunya, Taehyung menerima sebuah pesan dari Jisoo. Hanya sebuah foto menara Eiffel yang dibalut oleh cahaya senja, dengan pesan singkat di bawahnya: "Aku rindu."
Taehyung menatap layar ponselnya lama, mengingat setiap momen yang pernah mereka lewati bersama. "Aku juga," balasnya, lalu meletakkan ponselnya kembali ke meja. Sederhana, tetapi penuh makna.
Beberapa bulan berlalu, dan Jisoo semakin dikenal di kalangan seni internasional. Pameran karyanya di Paris sukses besar, mengukuhkan namanya sebagai salah satu seniman muda yang patut diperhitungkan. Namun, setelah kesuksesan itu, Jisoo mulai merasa bahwa waktunya di Paris sudah cukup. Ia rindu akan sesuatu yang lebih dari sekadar kesibukan—ia rindu rumah, rindu akan kehadiran Taehyung di dekatnya.
Suatu pagi, Jisoo mengambil keputusan besar. Ia membeli tiket pulang ke Seoul. Kali ini bukan untuk melarikan diri dari apapun, tetapi untuk menghadapi perasaannya dengan lebih jujur. Paris memberinya kesempatan untuk berkembang dan menemukan dirinya, tetapi Seoul adalah tempat di mana hatinya masih tertambat.
Ketika pesawatnya mendarat di Seoul, Jisoo merasa dadanya penuh dengan campuran antara kegembiraan dan ketakutan. Ia tak tahu bagaimana keadaannya dengan Taehyung sekarang, setelah berbulan-bulan mereka hidup di dunia masing-masing. Namun, satu hal yang ia yakini—ia sudah siap menghadapi apa pun yang menantinya.
Jisoo berjalan keluar dari bandara, mata mencari-cari wajah yang begitu ia kenal. Dan di sana, di antara kerumunan orang yang menjemput, berdiri Taehyung. Matanya langsung bertemu dengan mata Jisoo, dan untuk beberapa detik, dunia terasa berhenti.
Taehyung tersenyum tipis, berjalan mendekat. "Selamat datang kembali," katanya pelan.
"Aku pulang," jawab Jisoo, suaranya bergetar sedikit.
Tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka berpelukan erat. Di dalam pelukan itu, mereka menemukan sesuatu yang selama ini hilang—bukan hanya cinta, tetapi juga rasa saling pengertian yang tak pernah pudar. Mereka tahu bahwa jalan ke depan masih panjang, dan tidak akan selalu mudah. Namun, mereka juga tahu bahwa kali ini, mereka tidak lagi berjuang sendirian.
Jisoo dan Taehyung berjalan berdampingan keluar dari bandara, siap untuk memulai kembali, dengan cinta yang lebih dewasa dan pengertian yang lebih dalam.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL UNDERSTAND
Teen Fiction"Still Understand" adalah kisah romantis yang mengisahkan hubungan rumit antara dua sahabat, Kim Taehyung dan Kim Jisoo, yang terperangkap dalam perasaan yang tak terungkapkan. Sejak kecil, Taehyung dan Jisoo tumbuh bersama, berbagi segala suka dan...