Hari pameran semakin dekat, dan antusiasme Jisoo dan Taehyung semakin membara. Masing-masing dari mereka bekerja keras untuk menyiapkan karya mereka, berharap pameran ini akan menjadi momen bersejarah dalam karir seni mereka. Selama beberapa minggu terakhir, hubungan mereka pun semakin mendalam. Mereka mulai berbagi lebih banyak tentang diri masing-masing dan mendiskusikan mimpi serta harapan untuk masa depan.
Suatu sore, Jisoo dan Taehyung memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah seharian bekerja. Mereka pergi ke taman terdekat, menikmati udara segar dan berbagi tawa sambil makan es krim. Saat mereka duduk di bangku taman, suasana hangat dan cerah membuat Jisoo merasa tenang.
“Kamu ingat saat kita pertama kali ke taman ini?” Jisoo bertanya, mengingat kembali kenangan indah itu.
“Tentu saja. Itu adalah hari yang sangat ceria,” jawab Taehyung, tersenyum. “Kita bermain di ayunan dan kamu jatuh.”
Mereka berdua tertawa mengenang momen itu. Jisoo merasa hatinya hangat. Ada sesuatu yang berbeda di antara mereka sekarang; perasaan saling menghargai dan mengerti semakin kuat.
“Taehyung, aku merasa kita sudah berkembang banyak. Kita tidak hanya berbagi seni, tetapi juga hidup kita,” ujar Jisoo, menatap Taehyung dengan penuh harap. “Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu.”
“Ada banyak hal yang bisa aku ceritakan, Jisoo,” balas Taehyung. “Seperti bagaimana aku memulai fotografi dan apa yang memotivasi aku untuk terus berkarya.”
Mereka kemudian saling bertukar cerita. Taehyung bercerita tentang masa-masa sulitnya ketika dia memutuskan untuk menjadi fotografer, tantangan yang dia hadapi, dan betapa pentingnya dukungan dari teman-temannya. Jisoo pun bercerita tentang pengalaman hidupnya, bagaimana seni menjadi pelarian dan cara dia mengekspresikan perasaannya.
Namun, saat obrolan mereka semakin mendalam, tiba-tiba suasana berubah. Jisoo merasakan ketegangan di udara. Dia melihat Taehyung menatapnya dengan serius, dan jantungnya mulai berdebar.
“Jisoo, ada yang ingin aku bicarakan,” kata Taehyung, suara yang dalam dan penuh perhatian.
“Apa itu?” tanya Jisoo, berusaha menjaga ketenangan.
“Sejak kita kembali berhubungan, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Aku ingin kita memberi kesempatan pada diri kita untuk menjadi lebih dari sekadar teman,” Taehyung melanjutkan. “Aku tahu kita belum sepenuhnya mengatasi masa lalu kita, tetapi aku merasa kita bisa membuat sesuatu yang baru.”
Jisoo terkejut, terdiam sejenak. “Taehyung, ini… ini sangat mendalam. Aku juga merasakannya, tetapi kita perlu hati-hati.”
Taehyung mengangguk, mengerti. “Aku tahu. Aku tidak ingin terburu-buru, tetapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini lagi.”
Di saat itulah, sebuah angin berhembus, membawa suara tawa anak-anak yang bermain di dekatnya. Jisoo merasakan beban di hatinya, campur aduk antara rasa senang dan keraguan. Dia ingin mengizinkan dirinya merasakan cinta itu, tetapi pengalaman masa lalu membuatnya ragu.
“Mungkin kita bisa mulai dengan lebih sering bertemu dan menjelajahi perasaan ini,” Jisoo menyarankan, berusaha menemukan jalan tengah.
“Ya, aku setuju. Mari kita ambil langkah kecil, tidak perlu terburu-buru,” Taehyung menjawab dengan senyum yang menenangkan.
Setelah menghabiskan waktu di taman, mereka kembali ke studio. Malam itu, mereka bekerja dengan semangat baru. Setiap sentuhan kuas oleh Jisoo dan setiap jepretan oleh Taehyung dipenuhi dengan energi positif, seolah-olah mereka menciptakan seni dari harapan dan perasaan yang baru ditemukan.
Namun, di balik semua kebahagiaan itu, Jisoo masih merasakan ketakutan yang menyelip. Dia ingin melangkah maju, tetapi masa lalu dan ketidakpastian masa depan selalu menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL UNDERSTAND
Teen Fiction"Still Understand" adalah kisah romantis yang mengisahkan hubungan rumit antara dua sahabat, Kim Taehyung dan Kim Jisoo, yang terperangkap dalam perasaan yang tak terungkapkan. Sejak kecil, Taehyung dan Jisoo tumbuh bersama, berbagi segala suka dan...