Waktu terus berjalan. Setelah beberapa bulan berlalu sejak kepergian Taehyung, Jisoo mulai menemukan keseimbangan dalam hidupnya. Ia menyibukkan diri dengan hal-hal baru—kelas seni yang ia ikuti, pekerjaan yang semakin menuntut, dan pertemanan yang mulai ia bangun kembali. Kehidupan Jisoo perlahan menjadi lebih penuh, namun jauh di lubuk hatinya, bayangan Taehyung masih sering muncul.
Suatu hari, saat berjalan di taman dekat apartemennya, Jisoo menemukan tempat yang dulu sering ia kunjungi bersama Taehyung. Ia duduk di bangku yang sama, di mana mereka sering berbincang panjang tentang mimpi-mimpi mereka. Di sinilah ia mulai memikirkan kembali arti cinta yang sesungguhnya.
"Cinta itu bukan soal selalu berada di dekat orang yang kamu cintai," pikirnya. "Kadang cinta berarti memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh, untuk menemukan kebahagiaan mereka sendiri."
Jisoo tahu bahwa selama ini ia terlalu bergantung pada Taehyung. Ia menyadari bahwa ketergantungannya pada kehadiran Taehyung telah membatasi dirinya untuk berkembang, membatasi kemampuannya untuk mencintai dirinya sendiri. Saat ini, Jisoo mencoba menerima kenyataan bahwa cinta tidak selalu harus menjadi sesuatu yang sempurna atau romantis. Terkadang, cinta bisa berarti merelakan dan memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk tumbuh.
Di sisi lain, Taehyung, yang berada ribuan kilometer jauhnya, juga sedang berjuang. Meski ia mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, ada saat-saat di mana ia merindukan Jisoo—bukan hanya sebagai seseorang yang ia cintai, tetapi juga sebagai sahabat yang selalu ada untuknya. Setiap kali ia melihat sesuatu yang mengingatkannya pada Jisoo, hatinya terasa berat. Tapi seperti halnya Jisoo, Taehyung juga berusaha belajar melepaskan.
Pada suatu malam, Taehyung sedang berjalan di sekitar apartemennya ketika ia mendapat telepon dari Jisoo. Awalnya, ia ragu untuk menjawab. Sudah berbulan-bulan mereka tidak berbicara sejak dia pergi, dan Taehyung tidak yakin apakah ia siap untuk mendengar suara Jisoo lagi. Tapi rasa penasaran akhirnya menang.
"Taehyung?" suara Jisoo terdengar lembut di seberang sana.
"Jisoo?" jawab Taehyung, hatinya berdegup kencang. "Ada apa?"
Jisoo terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi. "Aku... hanya ingin tahu bagaimana kabarmu. Aku harap kamu baik-baik saja."
Taehyung tersenyum tipis. "Aku baik, Jisoo. Kehidupan di sini lumayan sibuk, tapi aku belajar banyak hal baru."
"Aku senang mendengarnya," kata Jisoo pelan. "Aku hanya ingin bilang bahwa aku sudah banyak berpikir akhir-akhir ini. Tentang kita... tentang semua yang telah terjadi."
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Taehyung, suaranya penuh rasa ingin tahu.
Jisoo menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku sadar bahwa selama ini aku terlalu takut untuk merasakan apa yang sebenarnya ada di hatiku. Aku takut kehilanganmu sebagai sahabat, jadi aku menolak perasaan yang mungkin ada di antara kita. Tapi sekarang, setelah kamu pergi, aku mulai mengerti bahwa cinta bukan tentang memiliki. Kadang, cinta adalah tentang merelakan dan membiarkan seseorang menemukan jalannya sendiri."
Taehyung terdiam, mencerna kata-kata Jisoo. Ada kehangatan dalam hatinya mendengar Jisoo berbicara seperti itu, meski ada juga sedikit kesedihan.
"Aku paham, Jisoo," jawab Taehyung akhirnya. "Dan aku juga merasa begitu. Mungkin sekarang, kita butuh waktu untuk menemukan diri kita sendiri, tanpa harus bergantung pada satu sama lain. Tapi itu tidak berarti aku tidak peduli padamu. Kamu selalu berarti untukku."
Jisoo tersenyum, meski air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku juga merasa begitu. Terima kasih, Taehyung. Untuk semuanya. Aku harap, suatu hari nanti, kita bisa bertemu lagi sebagai orang yang lebih baik—siapa tahu apa yang akan terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL UNDERSTAND
Teen Fiction"Still Understand" adalah kisah romantis yang mengisahkan hubungan rumit antara dua sahabat, Kim Taehyung dan Kim Jisoo, yang terperangkap dalam perasaan yang tak terungkapkan. Sejak kecil, Taehyung dan Jisoo tumbuh bersama, berbagi segala suka dan...