48

347 32 16
                                    

Mereka menyeret Yibo yang masih setengah sadar dengan kasar. Yibo berusaha melawan, tapi tenaganya sudah terkuras habis. Semua ototnya terasa lemah, sementara pandangannya semakin kabur.

Di dalam mobil, salah satu pria berbadan besar melempar tubuh Yibo masuk ke mobil, tangannya mulai diikat dengan kasar. Mobil mulai melaju, meninggalkan jalanan malam sepi.

Waktu tempuh saat itu sangat lama, perjalanan mereka melewati hutan. Berhenti di depan sebuah bangunan besar dan suram, gerbangnya menjulang tinggi. Ini jelas markas Matteo-tempat yang pernah beberapa kali Yibo datangi dulu.

Yibo ditarik keluar tanpa belas kasihan, menyeretnya ke dalam.
Setelah melewati beberapa lorong gelap, mereka membawanya ke ruangan bawah tanah besar. Yibo yang masih terikat itu langsung jatuh tersungkur ketika di lempar.

"Selamat datang kembali, Yibo," senyuman sinisnya kembali muncul. "Kau tahu kenapa kau ada di sini?"

Yibo hanya bisa tersengal, menahan sakit yang menyiksa di setiap inci tubuhnya. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Matteo berjalan mendekat menatap Yibo yang terkapar di lantai dengan sorot kebencian. "Memberi mu pelajaran tentu saja."

Yibo menggertakkan giginya, sorot matanya tak kalah tajam menatapnya balik.

"Kau akan membayar dengan cara yang paling menyakitkan."

"Kau tahu, Yibo, aku selalu menghargai kesetiaan. Dan kau telah melanggar aturan itu. Sekarang, waktunya kau merasakan akibatnya."

Tak memberikan Yibo kesempatan untuk menjawab, Matteo menganggukkan kepalanya pada dua pria besar yang berdiri di belakangnya. Mereka langsung melanjutkan penyiksaan mereka.

Tendangan kaki menghantam perutnya dengan keras, membuat napasnya terhenti sejenak. Tubuhnya secara naluriah bereaksi terhadap rasa sakit. Setiap kali ia menarik napas, rasanya seperti ada sesuatu yang menusuk dadanya.
Mereka juga mulai mencambuk nya. Suara sabetan yang mengenai kulitnya terdengar jelas, menggema dalam ruangan kosong berbau amis. Tubuhnya menggeliat, melengkung karena sakit yang tak tertahankan. Cambuk itu lama-lama mengoyak pakaiannya, meninggalkan garis-garis merah berdarah di punggungnya.

"Arghh!!"

Sekali lagi menghantam punggungnya, lebih keras dari sebelumnya. Darah mulai merembes dari luka-luka yang semakin dalam, membasahi kain yang masih tersisa. Rasa sakit nya begitu hebat, membuatnya tak sanggup berpikir jernih. Penglihatannya semakin kabur, dan tubuhnya makin kehilangan tenaga.

"Lanjutkan"

Mereka mematuhi tanpa ragu, mulai menghajar Yibo dengan pukulan keras di perut dan tubuhnya yang lain. Darah mengalir dari hidung dan sudut mulutnya, menetes ke lantai dingin di bawahnya. Napasnya tersengal, tubuhnya bergetar tak bisa menahan sakit yang seolah tak ada akhirnya.

Setiap detik penuh penderitaan. Cambukan dan pukulan datang silih berganti tanpa henti. Suaranya semakin serak hampir tak lagi mampu mengeluarkan suara.

"Cukup. Kumohon cukuph-" Pintanya ampun, mulutnya sudah tebatuk-batuk mengeluarkan darah. Mata yang sudah tak sanggup terbuka menatap Pria yang jauh berdiri di depan nya.

Baju yang dikenakan Yibo sekarang tidak lebih dari kain sobek-sobek, basah oleh darahnya sendiri.

Matteo dengan seringaian puasnya, menghentikan anak buahnya. "Aku rasa kau sudah mendapatkan cukup pelajaran untuk malam ini," katanya dingin, lalu berjalan mendekat menatap Yibo dengan tajam. "Ingatlah rasa sakit ini, aku masih belum selesai denganmu."

Yibo yang nyaris tidak sadarkan diri, hanya bisa mendengar suara yang perlahan memudar. Air matanya mengalir bebas, pikirannya jauh pada Xiaozhan. Dia merindukan istrinya. Membayangkan entah dia akan hidup atau tidak setelah ini.

My Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang