47

444 38 20
                                    

Sore itu setelah setelah Xiaozhan kembali ke rumahnya. Berkumpul bersama keluarga menikmati secangkir cokelat hangat diiringi obrolan ringan.
Yibo tidak ada di sana membuat Xiaozhan sesekali memikirkan pemuda itu. Tadi pagi saja dia buru-buru mengantarkannya dan itupun tidak benar-benar sampai masuk. Jauh dari gerbang rumahnya.

"Kau tahan dingin sekali," kata Ryan yang menyusulnya kemudian memakaikan Zhan jaket tebal. Xiaozhan tadi memisahkan diri ke halaman belakang. Sambil duduk memperhatikan beberapa anak kecil bermain.

"Kau kenapa, kenapa melamun?"

Meremas lembut tangannya.
"Kamu baik-baik saja?" Tanyanya lagi

Xiaozhan mengangguk, meskipun senyumnya tidak sepenuhnya naik.

Ryan menatapnya sejenak. "Kau pasti memikirkan bocah sialan itu, tidak usah dipikirkan terlalu keras."

"Kau akan bercerai kan? Aku harap itu kamu lakukan, sebenarnya aku tidak suka kau menikah dengannya."

Xiaozhan memijit pangkal hidungnya.
Meski Ryan tidak pernah menyukai Yibo sejak awal, Xiaozhan selalu mencoba menjauhkan pembicaraan tentang ini. Pikirannya kusut. Pria itu bisa sangat blak-blakan, dan meskipun Xiaozhan tahu sepupunya hanya ingin yang terbaik untuknya, mendengar kata-kata itu membuat pikirannya semakin berat.

"Aku belum tahu.
Hubungan ku dengan Yibo sudah lumayan membaik lagi, tapi orangtua ku belum tau tentang hal ini. Aku tidak tau hubungan kami akan sampai mana, aku khawatir jika mereka tau mereka tak akan setuju.

"Memang seharusnya begitu. Kau tinggalkan saja dia."

Xiaozhan diam, menundukkan pandangannya. Di kejauhan, tawa anak-anak yang bermain masih terdengar, membawa sedikit kontras dengan perasaan berat yang kini menggelayuti pikirannya.

"Aku tidak ingin membicarakan ini lagi."
"Aku hanya ingin menikmati waktuku kali ini dengan tenang, terlalu banyak masalah yamg menghampiriku. Kau bisa mengerti itu?"

Ryan mengangguk, dia tidak bisa tega melihat raut sedih Xiaozhan.

Duduk dalam keheningan untuk beberapa saat, menikmati dinginnya udara sore Xiaozhan merasakan angin musim dingin menyentuh wajahnya.

Ketika langit semakin gelap, Xiaozhan bangun dari duduknya. "Ayo masuk, aku kedinginan." Ryan mengikuti Xiaozhan kembali ke dalam rumah, di mana keluarga mereka masih berkumpul dan mengobrol.

Malamnya seperti apa yang ia janjikan kemarin, ia akan kembali ke apartemen. Dan sekarang ia sudah bersiap untuk pergi lagi.
Yang lain sudah pergi istirahat karena lelah akibat perjalanan jauh. Sedangkan kedua sepupunya sudah kembali setelah makan malam tadi.

Ketika sampai ruang tamu, Xiaozhan melihat kedua orangtua nya masih duduk berdua sambil menonton tv dan mengobrol ringan juga.
Xiaozhan yang tadinya buru-buru, jadi melambatkan langkahnya. Ia menoel puncak hidungnya dengan canggung.

"Mau ke mana lagi? Ini sudah malam." Tanya Ibunya

"Aku mau kembali ke apartemen."

"Tidak bisa besok? Di luar juga saljunya masih lebat, jalanan licin takut terjadi apa-apa di jalan. Mau apa juga di sana."

"Aku perlu mengurus sesuatu, kemarin-kemarin aku terlalu banyak menunda."

"Tapi.... ah Xiaozhan, lihat wajahmu pucat begitu. Pasti kau masih sakit."

"Lagipula tidak jauh, dan aku tidak sakit."

"Kau ini keras kepala." Kesal ibunya

Ayahnya yang memperhatikan hanya mengehela napasnya, memijat pelipisnya, "Sudahlah...  biarkan dia pergi. Dia mungkin tidak betah lagi berada di sini."

My Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang