Tenggelam Di Matanya

98 12 1
                                    

"Pangeran!! Pangeran!!"

Pangeran Edgar yang sedang berjalan menuju ruang makan bersama Nauval untuk sarapan, melihat ada seorang penjaga gerbang yang berlari terbirit-birit ke arah mereka.

"Ada apa?" Tanya pangeran.

"Itu.. ada.. ada orang di depan gerbang sedang mengamuk," katanya.

"Kenapa dia mengamuk?" Tanya pangeran heran.

Penjaga yang terengah-engah melirik ke arah Nauval.

"Katanya.. mereka orang tua tuan Nauval,"

Pangeran langsung melirik, dan melihat Nauval tampak begitu terkejut.

******

Berdiri di sebelah pangeran, Henes terlihat sangat kesal melihat sepasang suami-istri dan seorang anak laki-laki yang sedang makan dengan rakusnya.

Suara mereka mengunyah, makan yang berantakan, Nauval sampai terus menunduk duduk di sebelah pangeran karna merasa tidak enak.

"Oh maaf pangeran.. ini enak sekali, kami belum pernah makan makanan seenak ini," ucap sang suami dengan mulut penuh.

"Tidak masalah, makan lah sepuasnya," kata pangeran.

"Pangeran!!" Bisik Henes geram. Tapi dia langsung bungkam saat pangeran mengangkat satu jarinya sedikit.

Pangeran melirik ke arah Nauval yang menunduk diam, tapi dia mulai mengangkat kepalanya dan wajahnya tetap ceria seperti biasa.

"Aah.. enak sekali.. tidak sia-sia kesini 3 hari. Iya kan Bu?" Tanya si ayah pada istrinya.

"Hehe iya Ayah. Nauval tidak makan? Ko dari tadi diam saja," tanya ibunya tersenyum padanya melihat potongan ayam di atas piring Nauval masih utuh.

"Aku-"
"Kalau tidak mau buat aku saja," potong anak yang sedikit lebih tua dari Nauval, turun dari kursinya dan pergi mengambil makanan Nauval.

Fuu, Ta, Henes, dan para 3 komandan kerajaan tersentak dan raut wajah mereka terlihat sangat marah. Bahkan Galiun sudah menarik setengah pedangnya keluar dari sarungnya.

"Nauval, kenapa kamu tidak memperkenalkan mereka?" Tanya pangeran.

"A- iya.. ini ibu, ini ayah. Lalu ini saudara.. ini Ren," kata Nauval memperkenalkan mereka.

"Aduh.. maaf yah pangeran, pasti repot mengurus Nauval. Dari kecil di rumah dia sulit sekali di atur," ucap ibunya tersenyum.

"Iya, makan selalu pilih-pilih, tidak mau berbagi dengan saudaranya juga. Anda pasti kerepotan karna harus mengurus anak yang tidak tau sopan santun ini," ucap ayahnya menggeleng lemas.

"Tapi Nauval anak yang baik ko pangeran," tambah ibunya.

Pangeran mengangguk pelan, lalu dia bangkit berdiri.

"Beristirahatlah, anggap saja ini rumah kalian. Aku ada urusan," kata pangeran.

"Wah.. kakaknya Nauval memang pengertian.. jangan malu, panggil saja saya ibu," kata ibunya Nauval.

"Hahaha iya iya, panggil aku juga ayah yah,"

Pangeran hanya mendengus kecil lalu dia berbalik.

"Henes,"

"Iya Yang Mulia," dengan sigap Henes berdiri tegak.

"Tolong siapkan kamar dan antar keluarga Nauval. Siapkan juga pakaian untuk mereka, sepertinya mereka tidak membawa pakaian," kata pangeran.

"Anak tertua kita memang pengertian yah Ayah,"

"Iya Bu.."

Alis Henes berkedut kesal mendengarnya.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang