Trauma

96 13 0
                                    

Raut wajah pangeran berubah marah sekaligus heran karna untuk pertama kalinya dia melihat Nauval menangis.

"Aku takut sekali sama ayah.."

"Takut? Takut kenap-"

Kalimat pangeran seketika terhenti.

"Ada luka di situ, biar aku saja yang bersihkan sendiri,"
"Penjaga itu mengingatkan aku pada ayah,"

"Apa ayah kamu yang menyakitimu?" Bisik pangeran.

"Hmm-emm.." sahut Nauval terisak mengangguk.

"Apa.. apa dia.. memasukkan.. tititnya ke dalam pantat kamu?" Tanya pangeran lagi.

Tangisan Nauval malah terdengar semakin keras.

"Saat.. sebulan sebelum pengumuman ada pembelian budak di desa. Ayah memaksaku, dan aku tidak boleh melawan. Katanya kalau aku menolak apalagi melawan, artinya aku tidak sayang sama ayah.." kata Nauval dengan suara serak.

"T-Tapi kan pasti sakit,"

"Sakit sekali.. rasanya seperti ingin terbelah, rasanya seperti di cabik-cabik. Setiap ayah ingin melakukannya, dia selalu membawaku ke hutan, atau di rumah kalau tidak ada orang. Sampai sekarang rasa sakitnya masih ada kalau di sentuh. Bahkan beberapa kali aku juga tidak bisa berjalan karna kaki ku tidak mau berhenti gemetar. Aku takut pangeran.."

Mata Pangeran terbuka lebar dan matanya terlihat memancarkan hawa membunuh yang kuat.

"Iya iya, tidak apa-apa, ada aku disini. Maaf karna aku tidak tau dan malah meninggalkan mu sendirian tadi siang. Aku sungguh minta maaf," bisik pangeran Edgar dan memeluk erat Nauval.

******

"Nah ini baru enak. Pangeran tau tidak? Saat makan siang kemarin, para koki masa hanya menghidangkan roti saja untuk Nauval," kata ayahnya Nauval mulai memprovokasi saat mereka sedang sarapan.

"Iya benar tuh, mana ada gizinya jika hanya makan dengan roti. Harus ada daging dan sayur juga," sahut ibunya.

"Nauval juga kemana, bukannya ikut sarapan. Anak itu tidak ada sopan santunnya sama sekali," kata Ren.

"Iya, berbeda dengan Ren yah. Coba saja kalau pangeran lebih memilih mengadopsi Ren dari pada Nauval, pasti hidup pangeran jadi lebih baik,"

Semua orang tersentak karna pangeran tiba-tiba bangkit berdiri.

"Mohon maaf untuk keluarga Nauval. Setelah makan siang nanti harap datang ke ruang tahta,"

Suasana menjadi hening, hanya ada suara langkah kaki pangeran yang keluar di ruangan itu.

Di ruang tahta, Ren dan kedua orang tuanya berdiri di tengah-tengah ruangan dan melihat Nauval duduk di atas paha pangeran sambil memendam kan wajahnya ke tubuh pangeran.

"Sejak awal aku sudah tau masa lalu Nauval. Tapi tadi malam ada satu cerita yang benar-benar tidak bisa aku maafkan, bahkan jika Nauval sendiri yang meminta ku untuk tidak marah," katanya geram.

Melihat rajanya marah, Henes hanya bisa diam menunduk berdiri di sebelahnya.

"A-anu pangeran mohon maaf. Saya tidak tau Nauval bercerita apa, tapi dia memang suka berimajinasi," kata ayahnya Nauval mulai panik.

"SUDAH CUKUP!!!!"

Ren dan kedua orang tuanya terperanjat ketakutan melihat pangeran berteriak keras dan terlihat sangat marah.

"Aku benar-benar ingin mengeksekusi kalian dengan tangan ku sendiri, terutama kau!! Bajingan!!" Kata pangeran menunjuk ke arah ayahnya Nauval.

Pria itu terkejut gemetar.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang