Raja Edgar

45 11 4
                                    

Pikirannya terasa kosong, pandangannya tampak kabur, dan tak bisa mendengar suara di sekitarnya. Saat mengetahui diagnosa yang Porka katakan, nafas pangeran terasa berat dan kepalanya terasa panas.

Dalam satu kedipan di saat semua orang sedang kesal, marah dan sedih, pangeran Edgar yang sangat murka mencengkram leher Vitrza menyeretnya di pasir lalu memukul wajahnya dengan sangat keras sampai ada darah muncrat dan tulang hidungnya patah.

"Oh tidak," ucap Serbia panik.

Pangeran terpental karna efek kutukannya membuat wajahnya juga merasakan efek pukulannya sendiri.

Vitrza yang berbaring, meludah ke samping sambil perlahan bangkit dan melihat pangeran Edgar tampak seperti orang yang berbeda.

"Aku tidak perduli sama sekali meski kau itu saudara kembar ku. Tapi karna ulah mu.. aku akan kehilangan adikku lagi,"

Vitrza yang baru saja bangkit, tersentak karna pangeran sudah ada di hadapannya, memegang dadanya lalu memukulnya sekuat tenaga dengan cepat sebanyak 3x. Vitrza terpental berguling ke belakang lalu dia memuntahkan darah yang banyak.

Vitrza meringis kesal lalu mengangkat wajahnya dan melihat pangeran Edgar yang juga terhempas.

"T-Tunggu Yang Mulia, sudah hentikan," ucap Hernes mencoba menahan pangeran yang hendak mendekati Vitrza lagi.

Pangeran mengangkat tubuh Hernes lalu menggesernya dengan lembut. Pangeran Edgar mengambil posisi rendah, lalu menerjang ke arah Vitrza dan memukul wajahnya dengan sikut nya. Saat tubuhnya terdorong ke belakang, pangeran mencengkram tangan Vitrza lalu membantingnya ke pasir sampai menyingkirkan pasir di bawahnya.

"I-ini gawat, kalau begini terus mereka berdua bisa mati," kata Fuu panik melihat pangeran juga merasakan dampaknya.

"Tapi siapa yang dapat memisahkan mereka? Yang Mulia sudah gelap mata. Vitrza saja terlihat tidak menyangka dengan serangan yang dia terima," ucap Dolphus.

"Aku pernah menangani nya saat kehilangan Raka, tapi tidak separah ini," ucap raja Leo.

Semua orang tersentak saat melihat pangeran menendang perut Vitrza sampai mematahkan tulang rusuknya. Keduanya terpental, tapi mereka masih bisa bertahan dan berdiri dengan nafas berat.

"Kita harus lakukan sesuatu. Porka, tidak bisakah kau membangunkan tuan Nauval?" Tanya Hernes mulai membuka bukunya dan mengucapkan mantra.

"Tidak bisa, dia tidak sadarkan diri, bukan tidur," kata Porka yang juga tampak cemas.

Hernes berjongkok dan meletakkan kedua telapak tangannya ke pasir, lalu muncul 6 rantai yang mengekang pangeran di sekitarnya.

Kedua alis Hernes menekuk kesal karna pangeran Edgar masih bisa bergerak dan perlahan melangkah maju.

"HEI!! KENAPA DIAM SAJA!! BANTU AKU!!" Teriak Hernes.

Fuu, Dolphus, raja Leo, raja Aashiq dan raja Barhud langsung mendekati pangeran dan mencoba menahannya.

Fuu dan Dolphus yang mendorong pangeran dari depan, tiba-tiba merinding karna mendengar suara nafas berat di telinga mereka.

"Minggir," bisik pangeran.

Pangeran meremas tangan kanannya dan menarik rantai Hernes serta raja Aashiq yang menahan tangannya. Rantai sihir Hernes hancur lalu dia mencengkram wajah raja Aashiq dan memindahkannya sedikit menjauh darinya. Bukan hanya dia, mereka semua terheran karna pangeran menyingkirkan mereka dengan lembut dan melepaskan diri dari kekangan Hernes.

Vitrza yang pandangannya berbayang, melihat pangeran melangkah mendekatinya perlahan.

"Huaaaa.."

Langkah kaki pangeran terhenti, lalu dia berbalik dan melihat Nauval menangis keras. Seakan baru sadar dari alam bawah sadarnya, pangeran terdiam memperhatikan Nauval dengan mata berkaca-kaca.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang