Di kamar, Nauval dan Edgar duduk berhadapan, saling menatap diam lalu mereka menghela nafas.
"Jadi.. karna pangeran udah jadi raja, aku harus panggil apa?" Tanya Nauval mencairkan suasana yang canggung ini.
"Kamu boleh memanggilku apapun. Tapi aku lebih senang kalau kamu memanggil namaku saja," ucap Edgar bersandar dan melipat kedua tangannya di atas perutnya.
"Tidak tidak tidak.." kata Nauval menyeringai menggeleng.
"Meski aku adik pangeran, tapi langsung memanggil nama itu tidak sopan. Putri Silvi juga memanggil adiknya dengan sebutan Pangeran Zain kan?" Tanya Nauval.
"Benar juga. Bagaimana-"
"Yang Mulia.."Edgar tersentak saat Nauval memanggilnya sambil tersenyum.
"Aku rasa itu terasa nyaman di lidah ku hihihi.."
Kedua alis Nauval terangkat saat pangeran menarik dan mengangkatnya, menatap matanya dari bawah lalu menempelkan hidung mereka.
"Aku juga menyukainya. Tapi kalau pakai itu, semua orang termasuk Hernes bagaimana? Nanti aku bisa salah paham dan mengira kalau yang memanggilku adalah kamu," kata Edgar.
"Tapi lucu kan?" Tanya Nauval tersenyum berseri.
"Bukan. Tapi terdengar jadi lebih spesial," sahut Edgar tersenyum.
Nauval terkekeh lalu memeluk wajah Edgar.
"Bagaimana kalau begini saja,"
Nauval melepaskan pelukannya dan kembali melihat pangeran.
"Di luar, kamu memanggilku Yang Mulia, tapi di kamar atau saat kita berdua saja, panggil saja namaku," kata Edgar.
Nauval terdiam berkedip, lalu dia mendongak dan membayangkan dirinya sedang di genjot lalu meneriakkan nama Edgar.
*Ugh..
Nauval yang tersipu langsung menutup mulutnya.
"Ada apa?" Tanya Edgar heran.
Edgar melihat ke bawah, kontol Nauval berdiri di balik celananya.
"Jangan lihat titit aku, malu.." kata Nauval menutupi selangkangannya.
"Hmm.. kamu sedang membayangkan apa?" Tanya Edgar menyeringai.
"Aku tidak membayangkan apapun," kata Nauval membuat wajahnya. Nauval kembali tertawa saat pangeran mengusapkan wajahnya ke perut Nauval.
Edgar meletakkan Nauval lagi lalu dia bangkit berdiri dan melepaskan perban di tubuhnya.
Nauval menelan ludah melihat pangeran yang hanya memakai celana kain panjang, memamerkan tubuhnya yang besar dan berotot.
"Luka.. Yang Mulia sudah sembuh?" Tanya Nauval sedikit bingung karna belum terbiasa.
"Aku dapat pulih dengan cepat. Tapi Porka bilang, aku harus beristirahat lebih karna tulang rusuk ku patah," jelas Edgar sambil memakai baju tidurnya.
Edgar kembali naik ke kasur dan duduk bersandar seperti sebelumnya.
Nauval yang duduk tegak di tengah-tengah kasur, melihat wajah Edgar tiba-tiba tampak gelisah.
"Kamu tidak takut besok?" Tanya Edgar.
"Oh, yah.. bohong kalau aku bilang tidak takut. Apalagi Paman Porka bilang kalau aku akan dalam kondisi bangun dan ini adalah bedah otak pertamanya. Jadi iya, aku takut sekali. Aku sudah membayangkan isi kepalaku di otak-atik.."
Edgar dan Nauval mendongak membayangkan Porka mengacak-acak otak Nauval sambil tertawa jahat.
*Pfft..
*Pfft..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran dan Pelayan
Teen FictionPerhatian!! Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya. Seorang pelayan muda yang hidupnya berubah setelah bertemu dengan pangeran kerajaan.