Rencana

91 15 1
                                    

Di sudut kamarnya, Vitrza menatap tajam ke arah Nauval yang terbaring tidak sadarkan diri di obati oleh pria bernama Crux.

Vitrza berkedip lalu kepalanya melayang termenung.

******

"Aku tidak akan berhenti meski kamu pingsan sekalipun!!" Bisik Vitrza geram menatap mata Nauval dari dekat.

Vitrza tersentak sampai genjotan nya terhenti. Dia melirik melihat tangan kecil Nauval membelai pipinya dan lagi-lagi dia menatap Vitrza dengan tatapan kasihan.

"Berhenti.. BERHENTI MENATAPKU DENGAN MATA ITU!!"

Vitrza menarik diri, mencengkram wajah Nauval lalu melemparnya ke arah lemari. Dengan nafas berat dan tatapan buas, Vitrza tersentak seakan baru tersadar dari pikiran gelapnya. Dia melihat Nauval terbaring di bawah tumpukan puing-puing lemari dengan kondisi tak sadarkan diri.

******

Vitrza menggertakkan giginya kesal, lalu dia melihat Crux menghela nafas.

"Saya sudah menutup lukanya. Sisanya tinggal memanggil dokter kesini untuk membalut lukanya," ucap Crux.

"Iya, kalau begitu tolong panggil dia kesini," ucap Vitrza bangkit berdiri.

Crux membungkuk sedikit lalu dia pun pergi keluar dari kamar.

Vitrza berjalan dan berdiri di sebelah Nauval, memperhatikan tubuhnya yang tak terbalut dengan pakaian sama sekali.

Vitrza mengambil mantel handuk yang biasa dia gunakan usai mandi, lalu membalut tubuh Nauval.

******

Di ruang rapat dengan meja panjang, semua tokoh penting di istana termasuk 3 komandan besar berkumpul disana.

"Kapten Kenbu, bagaimana laporan terbaru?" Tanya Hernes yang berdiri di sebelah kiri pangeran.

"Untuk saat ini sama seperti kemarin, Wilayah Timur sudah di kuasai oleh pasukan pemberontak. Namun semua penduduk di desa itu sudah di evakuasi dan dalam perjalanan kesini. Sementara raja Remjack yang menguasai kerajaan Bubun sudah bersiap menunggu kedatangan Pasukan Pemberontak bersama pasukan yang di utus komandan Galiun," jelasnya.

"Bagaimana dengan perbatasan lain?" Tanya Pangeran.

"Untuk saat ini masih seimbang karna yang ada disana hanya pasukan biasa. Tapi menurut rekan yang mundur dari perbatasan Timur, mereka kalah karna adanya salah satu petinggi pasukan pemberontak bernama Daniel. Dan informasi tambahan darinya, kemungkinan 2 hari ke depan petinggi lainnya juga akan menyusul ke perbatasan lain. Dan untuk saat ini raja Leo dan pasukannya sedang dalam perjalanan menuju kerajaan Bubun. Dan menurut informasi dari penyusup kita, sudah dapat di pastikan petinggi siapa yang akan pergi kemana,"

Kapten yang memberikan laporan pun memberitahu siapa yang akan pergi kemana, lalu dia memberikan secarik kertas ke pangeran berisi informasi selanjutnya yang lebih lengkap.

Semua orang mendengus lalu menoleh ke arah pangeran yang tampak tenang, menyandarkan kepalanya dengan tatapan kosong sekarang larut dalam pikirannya.

"Aku akan pergi ke Timur,"
"Saya akan pergi ke

Perhatian semua orang langsung tertuju ke arah Dolphus yang tubuhnya tertutup rapat oleh mantel tudung tiba-tiba berdiri dan juga Fuu yang terus menunduk.

"Kalian anak-anak jangan menyela! Di tambah Dolphus, lepas mantel mu dasar tidak tau sopan santun," kata Hernes geram.

Tapi Hernes langsung tenang saat pangeran mengangkat tangannya sedikit.

"Apa alasannya?" Tanya pangeran.

"Daniel yang membunuh kedua adikku," kata Dolphus pelan.

"Orang yang namanya Crux, yang bunuh Ta waktu itu," sambung Fuu.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang