Merelakan

74 12 2
                                    

Di lorong menuju ruang tahta, Nauval termenung memperhatikan foto raja dan ratu sebelumnya.

"Mau di lihat berapa kali pun, tetap saja ada yang aneh," pikir Nauval.

Nauval menoleh ke arah pintu ruang tahta yang tidak jauh darinya.

"Kalau di pikir-pikir, aku sama sekali tidak mengetahui apapun tentang pangeran. Meski aku tau tentang adik pangeran yang bernama Raka, tapi pangeran tidak pernah menceritakan ibu dan ayahnya yang merupakan raja dan ratu terdahulu. Apa pangeran memang tidak ingin menceritakannya karna tidak menarik, atau dia sengaja menutupi sesuatu dari aku?" Pikir Nauval dengan mata berkaca-kaca.

******

"Raja dan ratu terdahulu?" Tanya Dolphus yang berbaring di sebelah Nauval.

"Iya. Kamu lebih tua dari Fuu dan Ta. Apa kamu tau sesuatu?" Tanya Nauval.

"Hmm.. saat aku tiba disini, raja dan ratu sebelumnya sudah tidak ada. Pangeran Edgar sudah menggantikan nya," kata Dolphus berfikir.

Dolphus memejamkan matanya, lalu dia bangkit duduk.

"Sepertinya aku tau anda bisa bertanya pada siapa," ucap Dolphus.

Nauval berlari dan akhirnya menemukan orang yang dia cari.

"Paman Galiun!!"

Pria kekar pendek dengan wajah di penuhi dengan janggut itu berbalik melihat Nauval berlari ke arahnya.

"Iya tuan Nauval, ada apa mencari saya?" Tanya Galiun meletakkan tangannya di dadanya.

"Anu- paman mau kemana?" Tanya Nauval heran karna melihat Galiun membawa sebuah gumpalan kantung kain yang menggantung di tangannya.

"Saya berniat berkunjung ke tempat adik saya yang ada di kota," ucap nya.

"Oh.. namanya Daya kan?" Tanya Nauval tersenyum.

"Benar. Tapi jika anda membutuhkan bantuan, saya bisa menunda kepergian saya," kata Galiun.

"Boleh aku ikut? Aku penasaran dengan adik paman," kata Nauval menyeringai lebar.

"Tentu saja, tidak masalah. Tapi anda harus meminta ijin pada Yang Mulia dulu," kata Galiun.

"Oke.. tunggu aku di gerbang depan," kata Nauval pergi berlari menemui pangeran.

******

Fuu, Ta dan Dolphus sebenarnya ingin ikut karna mereka harus selalu menemani Nauval, tapi Nauval menolaknya karna tidak mau merepotkan mereka. Pangeran juga memperbolehkannya karna Nauval pergi bersama komandan terkuatnya.

"Kita mau ke bar kan paman?" Tanya Nauval mendongak tersenyum berjalan di sebelah Galiun.

"Benar. Apa anda tertarik belajar sihir dengannya?" Tanya Galiun.

"Mungkin. Tapi kenapa paman Daya tidak tinggal di istana juga?" Tanya Nauval penasaran.

"Sejak kecil Daya sangat pandai, tapi kami sangat miskin. Terlebih suku Dwarf mendapatkan diskriminasi karna leluhur kami dulunya berprofesi sebagai pencuri, jadi saat itu untuk bertahan hidup pun sulit. Membuka sebuah bar memang keinginan terbesar Daya sejak kecil. Karna itulah aku mencari uang untuk memberikan modal untuknya. Aku juga senang karna bar miliknya selalu ramai di datangi pengunjung,"

"Pangeran yang menghapus diskriminasi itu?" Tanya Nauval lagi.

Galiun melirik ke arah Nauval yang memperhatikannya dengan kepala miring lalu Galiun tersenyum.

"Benar," ucap Galiun.

******

"Pete, Galiun, Bough. Itu dia nama-nama yang gagal,"

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang