Pengampunan

44 8 1
                                    

Tepat jam 3 pagi, Fuu dan Dolphus terkejut karna mereka berpapasan saat ingin pergi ke tempat Garika.

"Oh, kalian mau ke tempat Garika kan?"

Fuu dan Dolphus berbalik melihat Porka yang terbalut perban di dadanya dan hanya memakai celana pendek, muncul sambil membawa banyak makanan.

"Iya komandan," sahut Fuu tidak enak.

"Kenapa malah diam? Ayo," ajak Porka tersenyum.

"Dia hanya memakai celana pendek memangnya tidak kedinginan?" Bisik Dolphus yang berjalan di belakang bersama Fuu.

"Bodoh, dia bisa dengar.." balas Fuu malu dan kesal.

Porka terkekeh sedikit karna Fuu dan Dolphus tampaknya sudah tenang dari kejadian yang lalu.

"Oh iya, ngomong-ngomong senjata Fuu sebenarnya sudah jadi. Tapi sedang di perlakukan.. spesial oleh kakak ipar ku," kata Porka.

Fuu dan Dolphus terheran mendengarnya.

Semakin dekat dengan tempat penempa, suara benturan besi semakin terdengar.

Saat mereka tiba, Garika tampak sedang membuat sebuah pedang panjang dan juga ada Daya yang terlihat aneh.

Pria besar tinggi berjanggut itu duduk di lantai dengan kedua kaki menekuk, di tengah lingkaran sihir dan ada sebuah belati ganda yang melayang di hadapannya.

"Jangan bersuara, mereka sedang sangat fokus. Mereka sudah melakukan ini selama hampir 36 jam," kata Porka menata makanan yang dia bawa di atas meja.

"36-"
"Sssst.." potong Porka saat Fuu dan Dolphus terkejut.

Dolphus terperanjat saat Garika mengangkat tinggi pedang panjang miliknya. Garika pergi membawa pedang itu ke lantai di dekat Daya.

Fuu dan Dolphus sampai berdiri karna penasaran dengan apa yang sedang di lakukan Garika.

Garika meletakkan pedang panjang itu di tengah-tengah ukiran lingkaran corak yang di pahat di lantai. Garika menuangkan darah Dolphus sampai memenuhi ukiran lingkaran sihir itu.

Garika duduk di lantai sambil membacakan sesuatu, lalu Fuu dan Dolphus merinding karna darah yang tadi di tuangkan perlahan terhisap masuk ke dalam pedangnya.

*Woshh..

Fuu dan Dolphus terkejut hebat karna tiba-tiba ada kabut hitam keluar dari tubuh Daya. Kabut yang menutupi tempat itu pun terhisap masuk ke dalam belati Fuu.

"Huhhh.."

Daya menghela nafas panjang lalu menoleh melihat Dolphus dan Fuu yang tampan takut melihatnya.

"Oh kalian yah? Ini milik siapa? Sudah selesai," kata Daya tersenyum.

Dengan kaki gemetar Daya perlahan bangkit sekuat tenaga.

"Ini,"

Daya melihat Porka datang memberikan minuman untuk nya.

Fuu mendekat dan memungut belati gandanya yang tergeletak di bawah.

"Ini juga sudah selesai," kata Garika sambil meregangkan tubuhnya.

Dolphus mendekat lalu mengambil pedangnya.

"Kalau pedangnya hanya satu, berarti aku harus mengubah gaya bertarung ku," kata Dolphus.

"Senjata kalian sebenarnya tidak terlalu spesial. Aku membuat ini karna akan di gunakan melawan orang yang ingin kalian kalahkan. Kalian ingin berangkat jam 5 kan?" Tanya Garika yang berbaring di tanah dengan nafas berat.

"Sebisa mungkin secepatnya," kata Fuu.

"Kalau begitu berlatih lah selama satu jam untuk beradaptasi dengan senjata baru kalian. Jam 4 baru kalian berangkat," kata Garika yang perlahan bangkit duduk lalu makan di suapi Porka.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang