Dosa Terpendam

54 11 4
                                    

Dengan wajah yang terlihat tenang namun memendam emosi kuat, pangeran dan Vitrza terus melancarkan serangan mematikan yang tiap benturan pedang mereka menimbulkan suara dan gelombang angin yang kuat.

Orang-orang di sekitarnya hanya terdiam mematung dan terpukau melihat mereka berdua. Mau di pikirkan bagaimanapun, jika mereka mencoba membantu pangeran, justru mereka hanya akan menjadi penghambat.

Luka sayatan dan pukulan mendarat di sekujur tubuh mereka. Tapi semua rasa sakit dan luka itu tak membuat mereka menahan diri sedikitpun.

Di tengah benturan serangan beruntun itu, pangeran menemukan celah dengan menepis pedang Vitrza dan membuat senjata nya terlepas dari tangannya. Tapi Vitrza justru menyeringai dan menerjang cepat ke depan wajah pangeran.

Dengan bela diri tangan kosongnya Vitrza mengunci dan memukul cepat tangan pangeran, lalu menendang pedang besarnya dan membuangnya jauh.

Saat Vitrza berbalik, pangeran memegang tangan Vitrza sebagai tumpuan lalu menendang wajahnya dengan lututnya.

Di tengah tubuhnya yang melayang di udara, pangeran tersentak saat Vitrza mencengkram tangannya lagi hingga jari manisnya patah lalu membantingnya sekuat tenaga. Sesaat setelah punggung pangeran menyentuh pasir, dengan sekuat tenaga pangeran menendang perut Vitrza dan melemparnya jauh sambil kembali bangkit berdiri.

Vitrza yang bertahan agar tidak terjatuh, perlahan bangkit berdiri lagi dan menyeringai melihat pangeran.

"B-Bentar. Serius pangeran sekuat itu?" Tanya Dolphus terperangah.

"Aku juga tidak pernah melihatnya mengeluarkan kekuatan penuh. Selama ini dia hanya bermain-main saat melawan aku, Alex dan Porka," kata Galiun yang berbaring dan di obati oleh Porka.

"Meski keduanya terlihat biasa saja, tapi aku yakin kalau pangeran dan Vitrza sudah mendapatkan banyak luka. Entah tulang mereka patah atau sayatan," ucap Porka.

"Kulihat kamu tidak terkejut melihatku datang kesini," kata pangeran.

"Iya, aku tau kamu akan berfikir kalau aku akan kesini. Karna itulah aku tidak membawanya kesini," ucap Vitrza.

"Apa maksudmu!! Bukankah Nauval hanya umpan agar aku keluar?" Kata pangeran geram.

"Rencana awalnya begitu. Tapi aku mulai menyukai anak itu, dia.. unik," ucap Vitrza pelan dengan mata berkaca-kaca melihat ke bawah. Vitrza kembali mengangkat kepalanya melihat pangeran Edgar yang terlihat sangat marah sambil melepas jubahnya dan membuangnya.

"Apa yang sudah kau lakukan padanya brengsek!!!"

Saat pangeran berjalan mendekat, semua orang termasuk pangeran sendiri dan juga Vitrza, terkejut karna wajah pangeran tiba-tiba mendapat sebuah luka berat di pipi dan hidungnya hingga membuatnya mimisan.

Alis Vitrza berkedut, lalu dia melihat jari manis di tangan kirinya patah.

"Kapan dia menyerang ku? Aku tidak sadar," pikir Vitrza mengerutkan keningnya heran.

Vitrza menarik nafas panjang lalu dia melepas jubahnya juga.

Keduanya terdiam, hening, membuat semua yang menonton mereka merasakan ketegangan hebat.

Keduanya menerjang cepat ke depan lalu mereka saling melancarkan pukulan keras.

Saat pukulan mereka hendak berbenturan, pangeran dan Vitrza terperanjat karna tiba-tiba ada Nauval muncul melompat dari kudanya ke tengah-tengah pukulan mereka dan merentangkan kedua tangannya.

"Nauval!!" Pikir pangeran.

"Kenapa dia ada disini!!" Pikir Vitrza terperanjat.

Tapi dari itu semua, ada satu hal yang baru mereka sadari.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang