Kesempatan Kedua

90 11 3
                                    

"MINGGIR ERFI!! AKU AKAN PERGI MENGEJAR MEREKA!!" Teriak Dolphus murka mencoba mendorong Erfi dari pintu kamarnya.

"Duh, ayolah Dolphus tenang dulu. Aku paham saat ini kamu marah. Tapi senjata saja kamu tidak ada, kalaupun kamu tau dimana markas mereka, kamu mau apa kesana? Kalau kamu terbunuh, Nauval hanya akan bertambah sedih," ucap buaya itu menghalangi jalan keluar Dolphus.

Dolphus terdiam berdiri dengan kepala menunduk.

"Aku tidak bisa melakukan apapun disana. Orang yang memberiku kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi, pergi tanpa aku dapat berbuat sesuatu. Aku begitu menjijikkan.."

Tubuh Dolphus gemetar lalu dia melangkah mundur dan duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya.

Erfi mendengus melihat Dolphus menangis hebat. Dia mendekat lalu duduk di sebelahnya.

"kenapa masih ada disini? Pergilah, aku tidak akan kabur," bisik Dolphus menunduk menyembunyikan wajahnya yang bercucuran air mata.

"Aku mencoba terlihat keren di depan calon istriku," kata Erfi.

"Ini bukan waktunya untuk bercanda brengsek!!" Gumam Dolphus geram.

"Aku tidak bercanda,"

Dolphus tersentak lalu dia mengangkat kepalanya dan melihat Erfi memegang tangannya. Dolphus menoleh ke arah Erfi yang tampak malu-malu membuang wajahnya ke arah lain.

"Aku paham kesedihanmu. Tapi mengertilah Dolphus, marah-marah tidak jelas tidak akan membantu apapun," kata Erfi.

"Berbicara saja seenakmu," gumam Dolphus kembali menunduk.

"Dolphus yang aku tau tidak akan pasrah seperti ini, dan aku tau dia tidak akan membiarkan keputusasaan menguasainya,"

Tangisan Dolphus mulai mereda.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, dan aku menyukai keputusan tuan Nauval," ucap Erfi pelan.

"Keputusan bodoh untuk menyelamatkan pelayan dan pengawalnya,"

"Kesempatan kedua,"

Dolphus membelai kepala Dolphus lalu menarik kepalanya agar bersandar di bahunya.

"Keputusan tuan Nauval bukan hanya untuk menyelamatkan kalian, tapi juga memberikan kesempatan kedua. Tuan Nauval itu anak yang cerdas, dan semua orang juga tau kalian semua akan terbunuh jika di lanjutkan. Maka dari itu dia memberikan kesempatan kedua untuk kalian semua. Apa kamu akan membiarkan kesempatan kedua yang tuan Nauval berikan begitu saja?"

Dolphus menelan ludah lalu menggeleng. Erfi mendengus lalu tersenyum dan membantu Dolphus berbaring dan meletakkan kepalanya di pahanya.

"Sekarang tidurlah," bisik Erfi.

Bibir Erfi menekuk karna Dolphus menggenggam tangannya.

"Bisa temani aku disini sampai aku bangun?" Tanya Dolphus berbisik.

"Iya,"

"Janji?" Tanya Dolphus lagi.

"Iya aku janji akan ada disini sampai kamu bangun," ucap Erfi tersenyum menggenggam tangan Dolphus.

Kedua alis Erfi terangkat karna Dolphus langsung tertidur.

"Haha yah, dia pasti sangat kelelahan," gumam Erfi.

Di depan kamar Dolphus, raja Leo yang bersandar di dinding mendengar semuanya. Matanya berkaca-kaca karna membayangkan sosok anak kecil yang dulu dia temui menangis seperti ini.

******

Di ruang singgasana, semua orang entah penjaga ruangan maupun rombongan Nauval yang kembali dan berlutut menunduk di hadapannya, gemetar ketakutan karna pangeran memancarkan aura yang mengerikan.

Pangeran dan PelayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang