Para seluruh pasukan entah pasukan kerajaan maupun Pasukan Pemberontak, seketika terdiam hening mendengar teriakan Nauval.
Dengan nafas berat, Nauval melihat ke arah pangeran Edgar dan Vitrza secara bergantian.
"Bagaimana kau bisa ada disini? Kenapa Serbia membiarkan mu lolos?" Tanya Vitrza mengerutkan keningnya.
"Serbia? Mantan dokter kerajaan sebelum komandan Porka?" Tanya Fuu heran.
Dengan wajah gelisah, Nauval menelan ludah.
"Dengar. Aku akan bicara sesingkat mungkin, aku ingin perang ini di akhiri karna mau bagaimanapun caranya, tidak akan ada akhir bahagia di kedua belah pihak," jelas Nauval.
"Nauval,"
Nauval menoleh ke arah pangeran Edgar yang tampak berantakan berdiri tegak.
"Aku tau kamu baik. Tapi ini bukan saatnya berkata bijak," ucap pangeran.
"Kalau begitu aku bertanya sekali lagi. Apa yang ingin pangeran capai saat menjadi raja nanti,"
Alis pangeran Edgar berkedut mendengarnya.
"Perdamaian tanpa ada diskriminasi dan perang kan? Lalu ini apa?" Tanya Nauval.
"Paman Vitrza,"
Kedua alis Vitrza menekuk melihat Nauval menatapnya.
"Paman berniat menjadi penyelamat bagi orang-orang yang memiliki dendam di masalalu kan. Sekarang aku tanya, apa kalian Pasukan Pemberontak yang ada disini, secara langsung mengalami penderitaan yang di lakukan kerajaan?" Tanya Nauval melangkah maju ke depan melihat semua orang melihatnya.
Nauval menoleh melihat satu orang mengangkat tangannya.
"Ibu ku di buang dari kerajaan karna mengandungku,"
"Bagaimana dengan ayah mu?" Tanya Nauval.
Pria itu terdiam dan terlihat kesal.
"Hubungan gelap kan?" Tebak Nauval.
Pria itu menelan ludah lalu menunduk.
"Aku paham kalian punya dendam yang di wariskan. Tapi apa kalian pribadi mendapatkan kerugian? Apa sekali saja kalian berpikir justru yang kalian lakukan ini adalah hal yang kalian pikir kerajaan lakukan pada kalian? Bukan, kalian lah penyebabnya. JADI JANGAN PERNAH BERFIKIR YANG KALIAN LAKUKAN INI ADALAH KEADILAN BRENGSEK!!!"
Fuu, Dolphus, sampai pangeran terperanjat melihat Nauval berteriak meluapkan emosinya.
"Aku tau bagaimana rasanya sakit hati, aku tau bagaimana rasanya kehilangan. Tapi balas dendam, bukanlah jalan yang benar. Jika api di balas dengan api, hanya akan menimbulkan malapetaka," gumam Nauval menunduk sambil melepas perban di dahinya.
"Pangeran dan paman Vitrza itu sebenarnya.. saudara kembar,"
Suasana seketika menjadi hening. Mulut Dolphus langsung jatuh terbuka lebar dan mematung disana untuk beberapa saat.
Hernes yang panik langsung membuat dinding sihir yang kedap suara agar obrolan mereka tidak terdengar oleh yang lain.
"Hei bocah,"
Nauval berbalik dan melihat Vitrza berjalan menghampirinya lalu berjongkok di depannya.
"Aduh.."
Nauval tersentak karna Vitrza menyentil dahinya.
"Aku tau kamu ingin perang ini berhenti. Tapi membuat pernyataan bodoh kalau aku saudara kembarnya adalah hal paling konyol yang pernah aku dengar,"
"Untuk kali ini aku setuju dengannya," kata pangeran Edgar ikut mendekat lalu menarik Nauval menjauh dari Vitrza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran dan Pelayan
Teen FictionPerhatian!! Cerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya. Seorang pelayan muda yang hidupnya berubah setelah bertemu dengan pangeran kerajaan.