Pertemuan Tak Terduga
Langit di atas Tokyo berwarna biru pucat, sementara kelopak-kelopak sakura terus berjatuhan, menghiasi jalan-jalan kota dengan warna merah muda. Di dalam gedung galeri seni kecil di Harajuku, Hiroko berjalan dengan penuh semangat, senyumnya mengembang saat ia memandangi pameran yang sedang berlangsung. Ini bukan pertama kalinya Hiroko mengunjungi galeri itu, tetapi kali ini ada satu karya yang benar-benar menarik perhatiannya.
Di salah satu sudut ruangan, sebuah gaun berwarna putih gading dengan desain yang begitu sederhana namun elegan tergantung di tengah ruangan, dikelilingi oleh lampu sorot lembut. Gaun itu tampak seperti ditenun dari angin, dengan garis-garis halus yang membentuk siluet sempurna. Desainnya modern tetapi memiliki sentuhan klasik, mencerminkan perpaduan antara tradisi dan inovasi.
Hiroko berdiri terpaku di depan karya itu. Sebagai mahasiswa seni yang sedang mengeksplorasi berbagai bentuk ekspresi, ia tidak bisa tidak merasa kagum pada setiap detail gaun itu. Dia tahu nama perancangnya, Kaoru Nakamura. Desainnya sering muncul di berbagai majalah mode terkenal. Namun, melihat karyanya secara langsung memberikan kesan yang jauh lebih mendalam.
"Indah sekali..." Hiroko bergumam pada dirinya sendiri, tanpa sadar tersenyum lebar.
"Senang mendengarnya," sebuah suara rendah terdengar di belakangnya.
Hiroko tersentak kaget dan berbalik dengan cepat. Di hadapannya, berdiri seorang pria tinggi dengan rambut hitam tertata rapi, mengenakan jaket kulit hitam. Wajahnya tampak akrab, tetapi Hiroko tak segera mengenalinya. Mata cokelat gelap pria itu menatapnya dengan tenang, seolah ingin mengamati reaksinya lebih dalam.
Pria itu adalah Kaoru Nakamura.
"Ka-kamu Kaoru Nakamura?" Hiroko berusaha menahan rasa gugupnya. Bagaimana mungkin ia bertemu langsung dengan desainer terkenal yang selama ini ia kagumi?
Kaoru tersenyum tipis dan mengangguk. "Ya, benar. Kaoru Nakamura. Dan kamu siapa?"
"Hiroko... Tanaka. Aku mahasiswa seni di Tokyo University of the Arts," jawab Hiroko cepat, masih merasa canggung. Tangannya sedikit gemetar karena antusiasme yang bercampur dengan rasa gugup.
Kaoru menatapnya sesaat, lalu pandangannya kembali ke arah gaun yang ia buat. "Apa pendapatmu tentang karya ini?" tanyanya dengan nada datar namun penuh minat.
Hiroko menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Aku... aku pikir gaun ini luar biasa. Sederhana, tapi ada sesuatu yang sangat kuat dan emosional di dalamnya. Ini seolah-olah gaun ini berbicara tanpa perlu kata-kata. Seperti angin yang membelai daun sakura... halus tapi punya kekuatan tersendiri."
Kaoru menatap Hiroko dengan tatapan yang sedikit berubah. Ada sesuatu dalam penjelasan gadis muda ini yang menarik perhatiannya. "Angin yang membelai daun sakura, ya?" gumamnya pelan. "Aku suka cara kamu menggambarkannya."
Hiroko tersenyum kecil, merasa sedikit lebih santai. "Aku selalu merasa bahwa seni, apa pun bentuknya, harus bisa menyampaikan perasaan. Dan gaun ini berhasil melakukannya. Ini indah dan penuh emosi."
Kaoru mendekat ke gaun tersebut, memperhatikan detailnya dengan saksama. "Itu adalah tujuan utamaku ketika mendesainnya. Aku ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya terlihat indah, tetapi juga bisa menyentuh hati orang yang melihatnya."
Suasana di dalam galeri itu terasa hening, hanya suara langkah kaki pengunjung lain yang samar-samar terdengar. Lampu-lampu galeri yang hangat memberikan kesan intim, seolah-olah hanya mereka berdua yang ada di sana, terhubung melalui seni.
"Sepertinya kamu sangat mengerti seni," komentar Kaoru sambil menoleh kembali ke arah Hiroko.
"Aku masih belajar," jawab Hiroko dengan rendah hati. "Tapi ya, aku selalu tertarik dengan bagaimana sebuah karya seni, baik itu lukisan, patung, atau bahkan desain fashion, bisa menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar tampilan luar."
Kaoru mengangguk, terkesan dengan cara pikir gadis muda di hadapannya. Biasanya, ia bertemu dengan banyak orang yang mengagumi karyanya hanya dari segi visual, tanpa benar-benar memahami makna di baliknya. Tapi Hiroko berbeda. Dia mengerti lebih dalam.
"Seni itu memang seperti itu. Setiap detail memiliki ceritanya sendiri," ujar Kaoru sambil melihat kembali ke gaunnya. "Dan, terkadang, ceritanya lebih kompleks dari yang kita bayangkan."
Hiroko memandang Kaoru dengan rasa ingin tahu. Ada kesan bahwa di balik tatapan datarnya, Kaoru menyimpan banyak hal yang tidak ia tunjukkan kepada dunia. Tetapi Hiroko tidak ingin terlalu mendalami, apalagi baru saja bertemu dengannya.
"Kamu pasti sangat sibuk dengan dunia fashion," Hiroko mencoba mengalihkan topik sambil tersenyum. "Bagaimana kamu bisa tetap menemukan waktu untuk datang ke pameran ini?"
Kaoru tersenyum kecil, sedikit dingin namun ramah. "Tentu saja sibuk. Tapi ini adalah salah satu bagian dari pekerjaanku yang paling kusukai—bertemu orang-orang yang benar-benar menghargai apa yang aku buat. Selain itu, manajerku, Jun, sering mengingatkan untuk tetap hadir di acara-acara seperti ini."
"Jun, ya? Dia pasti manajer yang hebat," kata Hiroko sambil tertawa kecil, membuat suasana sedikit lebih santai.
"Dia memang tahu caranya bekerja," Kaoru menanggapi dengan nada bercanda yang jarang ia keluarkan. "Dia yang memastikan aku tidak sepenuhnya terjebak dalam dunia kerja."
Percakapan mereka berlanjut dengan santai. Hiroko mulai merasa lebih nyaman, dan Kaoru, meski biasanya pendiam, merasa ada sesuatu yang menyegarkan dalam cara Hiroko berbicara. Gadis itu penuh semangat, polos, dan memiliki pandangan yang jernih tentang seni. Seolah-olah, kehadiran Hiroko membawa sedikit angin segar dalam hidup Kaoru yang selama ini penuh tekanan dan beban kerja.
Setelah beberapa saat, Hiroko menyadari waktu sudah mulai sore. "Sepertinya aku harus pergi. Tapi senang sekali bisa bertemu dan berbicara denganmu, Nakamura-san."
"Kaoru saja," ujar Kaoru dengan senyum kecil.
"Baiklah, Kaoru," Hiroko tersenyum lebar. "Aku berharap bisa melihat lebih banyak karyamu di masa depan."
"Dan aku berharap bisa melihat perkembangan karyamu juga, Hiroko."
Mereka saling menatap sejenak sebelum Hiroko melangkah pergi, meninggalkan Kaoru yang kini berdiri sendirian di galeri itu. Namun, entah mengapa, perasaan kosong yang biasanya Kaoru rasakan setelah pertemuan bisnis atau pameran tidak begitu terasa kali ini.
Saat Hiroko berjalan keluar dari galeri, angin lembut membawa beberapa kelopak sakura dari pohon-pohon di luar, mengingatkannya pada deskripsi Hiroko tadi—angin yang membelai daun sakura. Mungkin, pertemuan ini akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (Short Story) [END]
Short StoryGenre: romance, drama, slice of life, short story, nobl