Janji di Panggung Fashion
Sebuah acara fashion bergengsi diadakan di Shanghai, dan studio Zhang Wei telah bertransformasi menjadi pusat perhatian. Dengan dekorasi yang glamor, lampu-lampu berkilauan, dan karpet merah yang membentang, atmosfer malam itu dipenuhi oleh para desainer, model, dan penggemar mode yang berbicara penuh semangat. Karya-karya terbaru Zhang Wei, termasuk kolaborasi bersama Xinyi, dipamerkan dengan megah.
Xinyi merasa berdebar saat melihat desain-desain mereka terpajang dengan indah. Gaun gaun yang mereka buat bersama berkilau dalam sorotan lampu, menunjukkan perpaduan antara tradisi dan modernitas yang selama ini mereka impikan. Xinyi mengenakan salah satu gaun hasil kolaborasi mereka—gaun berwarna merah cerah dengan aksen bordir yang mencolok, membuatnya terlihat anggun dan memukau.
Saat malam semakin larut, Zhang Wei merasakan kehadiran Xinyi di sampingnya, membuat jantungnya berdegup kencang. Dia tahu, malam ini adalah malam yang spesial, bukan hanya untuk pekerjaan mereka, tetapi untuk hubungan mereka. Setelah beberapa bulan berpacaran, saatnya untuk mengambil langkah selanjutnya.
Ketika acara puncak tiba, Zhang Wei berdiri di panggung, microphone di tangan, dikelilingi oleh para tamu yang antusias. Dia menyapa hadirin dengan senyum lebar. “Selamat malam, semuanya! Terima kasih telah hadir di acara ini. Saya sangat senang untuk berbagi karya terbaru saya dan Xinyi dengan kalian semua.”
Sorakan dan tepuk tangan membahana, namun Zhang Wei merasakan ketegangan di perutnya. Dia melanjutkan, “Karya kami bukan hanya tentang mode, tetapi juga tentang cinta dan kepercayaan yang tumbuh di antara kami. Dan di malam yang istimewa ini, saya ingin berbagi sesuatu yang lebih pribadi.”
Xinyi menatapnya dari samping panggung, jantungnya berdegup kencang. Zhang Wei melangkah maju, menatap Xinyi dengan penuh ketulusan. “Xinyi, selama kita bekerja bersama, kau telah mengubah hidupku dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan. Kau memberiku cinta, semangat, dan inspirasi. Jadi, aku ingin bertanya….”
Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya, membukanya perlahan, memperlihatkan cincin indah yang berkilauan di bawah cahaya panggung. “Maukah kau menikah denganku?”
Keheningan meliputi ruangan sejenak sebelum sorakan menggelegar memenuhi udara. Xinyi terkejut, air mata bahagia mulai mengalir di pipinya. “Ya! Tentu saja, Wei!” serunya, langkahnya menuju panggung diambil dengan penuh semangat.
Zhang Wei tersenyum lebar, meraih Xinyi dan menariknya dekat. Mereka berpelukan erat di tengah sorakan para tamu. Dengan penuh kasih, Zhang Wei memasangkan cincin di jari manis Xinyi, sementara hadirin meneriakkan nama mereka dengan penuh semangat.
Setelah malam yang penuh emosi dan kebahagiaan, beberapa bulan berlalu dengan cepat. Persiapan pernikahan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi mereka berdua. Xinyi dan Zhang Wei saling mendukung, berbagi impian tentang masa depan yang mereka impikan bersama. Akhirnya, hari bahagia itu pun tiba.
Pernikahan mereka berlangsung di sebuah taman yang indah di pinggiran kota Shanghai, dikelilingi oleh pohon-pohon cherry blossom yang sedang mekar. Suasana romantis dengan lilin-lilin berkilau dan bunga-bunga segar menciptakan latar belakang yang sempurna untuk janji suci mereka.
Zhang Wei mengenakan setelan jas hitam yang elegan, sementara Xinyi terlihat cantik dalam gaun pengantin putih yang dipadukan dengan aksen merah yang melambangkan cinta mereka. Saat mereka bertukar janji, seluruh tamu merasa terharu.
“Aku berjanji akan mencintaimu hari ini, besok, dan selamanya,” kata Zhang Wei dengan suara penuh emosi, matanya berkaca-kaca saat menatap Xinyi.
“Aku juga berjanji akan mencintaimu, mendukungmu, dan selalu bersamamu dalam setiap langkah yang kita ambil,” jawab Xinyi, air mata bahagia menetes dari matanya.
Setelah mereka resmi menjadi suami istri, mereka berbagi ciuman pertama mereka di hadapan semua tamu, diiringi dengan tepuk tangan meriah. Momen itu terasa magis, seperti impian yang menjadi kenyataan.
Beberapa bulan setelah pernikahan, Xinyi dan Zhang Wei menemukan kebahagiaan baru ketika mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka memberi nama Jian, yang berarti ‘kekuatan’ dalam bahasa Mandarin, berharap anak mereka akan tumbuh menjadi sosok yang kuat dan penuh cinta.
Di rumah kecil mereka yang hangat, suasana dipenuhi tawa dan kebahagiaan. Zhang Wei sering kali terlihat menggendong Jian, menggoda Xinyi dengan senyum manis di wajahnya. “Kau lihat? Dia memiliki bakat di bidang fashion!” candanya, sambil memperlihatkan baju yang mereka buat untuk Jian.
Xinyi tertawa, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap di hatinya. “Aku tidak sabar untuk melihatnya tumbuh besar. Kita akan mengajarinya semua yang kita tahu tentang fashion!”
Zhang Wei menatap Xinyi dengan penuh cinta. “Aku bersyukur atas semua ini. Tidak hanya kau adalah istriku, tetapi juga sahabat dan partner terbaikku.”
Xinyi melangkah mendekat, memeluk Zhang Wei erat. “Dan aku bersyukur telah menemukan cinta sejati di dirimu. Bersamamu, aku merasa hidupku sempurna.”
Mereka berdua berciuman lembut, mengingatkan satu sama lain tentang cinta yang mengikat mereka. Dalam pelukan itu, mereka merasa seperti bisa menghadapi apa pun bersama, menatap masa depan yang penuh harapan dan kebahagiaan.
---
Cerita 10 Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (Short Story) [END]
Short StoryGenre: romance, drama, slice of life, short story, nobl