Beneath the Moonlight (5/5)

1 0 0
                                    

Festival buku tahunan di Seoul kali ini meriah seperti biasanya, menarik banyak penulis, penerbit, dan pembaca dari berbagai penjuru. Taman Hangang, yang biasanya tenang dan damai, kini dipenuhi dengan tenda-tenda berwarna cerah, tumpukan buku, dan keramaian pengunjung yang saling berbincang tentang buku favorit mereka. Di antara kerumunan itu, Kangha dan Ye-eun berjalan berdampingan, mengagumi karya-karya yang dipamerkan.

Ye-eun mengenakan gaun simpel berwarna putih yang mengingatkan Kangha akan kebahagiaan di dalam hatinya. Hari itu, Kangha tidak hanya ingin merayakan festival buku; dia juga memiliki rencana besar yang telah ia siapkan selama beberapa minggu terakhir.

“Lihat! Ada stan penulis yang baru saja menerbitkan novel terbaru mereka,” seru Ye-eun sambil menunjuk ke arah salah satu tenda. Dia bersemangat untuk berinteraksi dengan para penulis dan mendengar cerita di balik karya-karya mereka.

Kangha tersenyum melihat kegembiraan Ye-eun. “Aku tahu kamu pasti akan menyukainya. Tapi, aku punya sesuatu yang lebih penting untuk kita lakukan di sini.”

“Apa itu?” tanya Ye-eun dengan penasaran.

“Bersiaplah, ya. Kita akan ke taman bagian belakang,” jawab Kangha sambil menggenggam tangan Ye-eun dan membawanya menjauh dari kerumunan.

Mereka berjalan menuju bagian taman yang lebih sepi, dikelilingi oleh pepohonan hijau yang rimbun. Suara gelak tawa dan keramaian festival mulai samar saat mereka menjauh. Di sana, Kangha berhenti dan menatap Ye-eun dengan serius, matanya berkilau penuh perasaan.

“Ye-eun, hari ini adalah hari yang spesial, bukan hanya untuk festival buku ini, tetapi juga untuk kita,” Kangha memulai, suaranya sedikit bergetar.

Ye-eun melihat Kangha dengan tatapan penuh harapan. “Ada apa, Kangha?”

Kangha meraih kotak kecil dari saku jasnya dan berlutut di depan Ye-eun, membuat jantungnya berdegup kencang. “Dari saat pertama kita bertemu, kamu telah membawa warna baru ke dalam hidupku. Aku tidak pernah merasa seutuh ini sebelumnya. Aku ingin kita menjalani sisa hidup bersama.”

Dengan suara yang lebih lembut, Kangha melanjutkan, “Apakah kamu mau menikah denganku?”

Ye-eun terkejut, air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. “Kangha… aku tidak tahu harus berkata apa. Ini… ini luar biasa!”

Kangha membuka kotak kecil itu, menunjukkan cincin sederhana namun elegan. “Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Cinta kita sudah lebih dari cukup. Tapi aku berharap kamu bersedia untuk berbagi hidup bersamaku.”

Ye-eun terisak, kemudian mengangguk dengan antusias. “Ya! Tentu saja, ya! Aku mau!” Dia langsung menarik Kangha ke dalam pelukan erat, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang meluap-luap.

Kangha tersenyum lebar saat dia memasangkan cincin itu di jari manis Ye-eun. “Terima kasih sudah menerima cintaku,” katanya dengan lembut.

Mereka berpelukan lebih erat, dan saat itu, di bawah pepohonan yang melambai, mereka berbagi ciuman yang lebih dalam, seolah merayakan cinta yang baru saja terjalin. Aroma bunga di sekitar dan suara alam membuat momen itu semakin sempurna.

---

Setelah pernikahan yang sederhana namun penuh makna, Kangha dan Ye-eun memulai hidup baru bersama di apartemen Kangha di Seoul. Kehidupan mereka berjalan bahagia, dengan banyak momen berbagi cerita, membaca buku, dan bercanda bersama. Setiap malam, mereka berbagi impian dan harapan, saling mendukung satu sama lain dalam perjalanan karir masing-masing.

Beberapa tahun kemudian, kebahagiaan mereka bertambah saat Ye-eun melahirkan seorang putri cantik bernama Ha-eun. Dia memiliki mata besar yang penuh rasa ingin tahu dan senyum manis yang selalu membuat Kangha dan Ye-eun tersenyum.

Suatu sore yang indah, mereka menghabiskan waktu di Taman Hangang bersama Ha-eun. Kangha dan Ye-eun duduk di atas selimut piknik sambil memperhatikan Ha-eun yang bermain di sekitar, tertawa ceria saat dia berlari ke sana kemari.

“Kangha, lihat betapa bahagianya dia,” kata Ye-eun, menatap putri mereka dengan penuh cinta. “Aku tidak bisa mempercayai betapa cepatnya waktu berlalu.”

“Ya, dia tumbuh begitu cepat. Kadang aku merasa tidak cukup waktu untuk memberinya semua cinta dan perhatian yang dia butuhkan,” jawab Kangha sambil memeluk Ye-eun erat. “Tapi aku tahu kita akan melakukan yang terbaik.”

Ye-eun mengangguk, “Kita akan melakukannya bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan.”

Kangha mencium dahi Ye-eun, merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam. “Kamu adalah bintang dalam hidupku. Aku bersyukur kita memiliki satu sama lain dan Ha-eun.”

“Dan aku bersyukur bisa berbagi kehidupan ini denganmu,” balas Ye-eun, mengaitkan tangannya dengan Kangha.

Malam pun tiba, dan mereka berbaring di atas selimut, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Ha-eun yang sudah mengantuk tertidur di pelukan ibunya.

“Cinta kita akan terus bertumbuh, bukan?” Kangha berbisik.

“Selamanya,” jawab Ye-eun, menatap Kangha dengan cinta yang mendalam.

Malam itu, di bawah cahaya bintang yang bersinar, mereka tahu bahwa cinta mereka telah membawa mereka ke tempat yang penuh keajaiban. Dengan Ha-eun di samping mereka, mereka siap untuk menghadapi masa depan, bersama-sama sebagai keluarga.

---

Cerita 9 Selesai

Because Of You (Short Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang