Beneath the Moonlight (4/5)

1 0 0
                                    

Malam itu, suasana di Seoul dipenuhi dengan bintang-bintang yang bersinar cerah. Ye-eun dan Kangha berjalan perlahan di sepanjang jalan setapak di Taman Hangang, yang diterangi oleh lampu-lampu taman yang hangat. Angin malam yang sejuk membuat mereka merasa nyaman, tetapi ada ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.

Kangha mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya. Dia telah berjuang dengan perasaannya sejak pertemuan mereka sebelumnya. Ketika mereka berhenti di tepi danau, melihat cahaya bulan yang memantul di permukaan air, Kangha merasa bahwa inilah saatnya untuk jujur kepada Ye-eun.

“Ye-eun,” mulai Kangha, suaranya bergetar sedikit. “Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”

Ye-eun menoleh, menatap Kangha dengan penuh perhatian. “Apa itu? Kamu tampak serius,” katanya, merasa sedikit cemas.

Kangha mengalihkan pandangannya ke danau. “Aku… aku bukan hanya penulis. Aku juga punya bagian dalam diriku yang sulit aku ungkapkan.” Dia meraih tangan Ye-eun, menggenggamnya lembut. “Aku adalah seorang penyuka sesama jenis.”

Kata-kata itu terucap, dan dalam sekejap, suasana berubah. Ye-eun terdiam, terkejut dengan pengakuan itu. Dia mengamati wajah Kangha, melihat keraguan dan ketakutan yang terpancar dari matanya. “Kangha, aku…”

“Aku tahu ini mungkin mengejutkan. Tapi aku merasa kita telah menjalin hubungan yang mendalam, dan aku tidak ingin menyembunyikan siapa aku sebenarnya,” kata Kangha, suaranya penuh kejujuran. “Aku juga pernah menjalin hubungan dengan seorang pria bernama Jiho, dan itu membuatku memahami diri sendiri lebih baik.”

Ye-eun mengangguk, berusaha mencerna semua informasi ini. Dia bisa merasakan ketulusan Kangha, dan meskipun terkejut, dia tahu dia harus jujur juga. “Kangha, aku menghargai kejujuranmu. Itu penting. Dan… itu tidak mengubah bagaimana aku merasa tentangmu.”

Kangha terdiam, matanya membesar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Jadi… kamu tidak keberatan?”

“Tentu saja tidak. Aku melihat kamu sebagai orang yang luar biasa, terlepas dari siapa yang kamu cintai. Yang penting bagiku adalah bagaimana kamu memperlakukan orang lain dan perasaan kita satu sama lain,” jawab Ye-eun, perasaannya semakin dalam.

Kangha tersenyum, merasakan beban yang terangkat dari bahunya. “Kamu adalah orang yang luar biasa, Ye-eun. Aku merasa beruntung bisa mengenalmu.”

Ye-eun merasa hangat mendengar kata-kata Kangha. “Aku juga merasa sama, Kangha. Setiap kali kita berbicara, aku merasa lebih hidup dan terinspirasi.”

Kangha menarik napas dalam-dalam, menatap mata Ye-eun dengan intens. “Jadi… apa kamu mau memberi kesempatan untuk kita, meskipun aku tidak sempurna?”

Ye-eun mengangguk, matanya berbinar. “Tentu saja. Aku ingin kita saling mengenal lebih jauh.”

Kangha mendekat, merasakan ketegangan yang meningkat di antara mereka. Dia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. “Kalau begitu, izinkan aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya.”

Ye-eun merasakan jantungnya berdegup kencang. “Aku juga merasakannya, Kangha.”

Mereka saling menatap, dan dalam sekejap, Kangha membungkuk dan mengecup lembut bibir Ye-eun. Ciuman itu lembut namun penuh rasa, seolah mereka sedang membagi seluruh dunia mereka dalam satu momen. Ye-eun membalas ciumannya, merasakan jari-jarinya meraih leher Kangha, menariknya lebih dekat.

Ciuman itu berlangsung lebih dalam, seolah mengekspresikan semua perasaan yang telah terpendam. Ketika mereka terpisah, keduanya terengah-engah, saling menatap dengan perasaan baru yang mengalir di antara mereka.

“Kangha…” Ye-eun menggumam, sedikit terkejut dengan kedalaman perasaannya.

“Ye-eun, aku tahu kita baru memulai ini, tetapi aku sudah merindukanmu sebelum kita bertemu lagi. Kamu membuatku merasa hidup dan berarti,” Kangha mengatakan, nada suaranya penuh harapan.

“Aku merasakannya juga. Kita bisa melakukannya bersama,” jawab Ye-eun, percaya diri dengan keputusan yang baru saja mereka buat.

Malam itu, di bawah sinar bulan yang cerah, mereka berdiri saling berpelukan erat, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. Semua ketakutan dan keraguan mulai menghilang, digantikan dengan cinta dan harapan baru. Mereka tahu bahwa jalan di depan mungkin tidak selalu mudah, tetapi mereka siap untuk menjalaninya bersama, saling mendukung dan menginspirasi.

Kangha menatap bulan, mengingatkan dia akan semua mimpi yang belum tertulis. “Siapa tahu, mungkin kita bisa menulis kisah kita sendiri,” katanya, tersenyum lebar.

“Ya, kisah kita yang indah,” Ye-eun menjawab, merasa yakin akan masa depan yang akan mereka hadapi bersama.

---

Bersambung

Because Of You (Short Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang