Threads of Destiny (3/5)

0 0 0
                                    

Kolaborasi yang Terjalin

Kantor studio Zhang Wei di distrik mode Shanghai adalah ruang yang penuh kreativitas. Dinding-dindingnya dilapisi kain-kain indah dari berbagai penjuru dunia, mulai dari sutra halus hingga katun organik dengan corak khas Tiongkok. Meja besar di tengah ruangan dipenuhi sketsa, gulungan kain, dan berbagai alat desain. Di sisi lain, beberapa koleksi karya terbaru terpajang rapi di manekin, siap untuk pameran berikutnya.

Xinyi, yang baru saja tiba di studio, merasa sedikit gugup. Ia tidak pernah membayangkan akan bekerja sama dengan Zhang Wei, sosok yang selama ini ia idolakan. Xiao Mei, asisten setia Zhang Wei, telah menyerahkan salah satu hasil karyanya—sebuah desain gaun yang ia buat untuk tugas akhir—dan sekarang Zhang Wei ingin membahasnya lebih lanjut.

Xinyi menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu studio. Pintu terbuka, dan Zhang Wei berdiri di sana dengan senyum ramah, mengenakan kemeja putih sederhana yang dilapisi apron penuh cat warna-warni.

“Xinyi, masuklah,” sapanya.

Xinyi melangkah masuk, matanya segera tertuju pada meja tempat gaunnya dipajang. Kain katun putih yang ia gunakan dengan aksen bordir sederhana namun penuh makna menghiasi gaun itu. Desainnya memang masih sederhana dibandingkan dengan karya-karya Zhang Wei, tapi Xinyi tahu bahwa setiap detailnya memiliki cerita.

“Aku sudah melihat karyamu,” kata Zhang Wei setelah Xinyi duduk di sofa kecil yang menghadap meja. “Menarik sekali, terutama detail bordir yang kau tambahkan.”

Xinyi tersenyum kecil, merasa sedikit lega. “Terima kasih. Itu sebenarnya adalah pola tradisional dari kampung halaman saya. Saya mencoba memadukannya dengan desain modern.”

Zhang Wei mengangguk, matanya kembali memerhatikan desain itu dengan teliti. “Aku bisa melihat niatmu di sini, Xinyi. Kombinasi antara tradisi dan modernitas itu memang sulit. Tapi aku suka bagaimana kau membuatnya tetap sederhana tanpa kehilangan esensi dari akar budaya. Namun, ada beberapa hal yang mungkin bisa kita kembangkan lebih jauh.”

Xinyi mendengarkan dengan penuh perhatian saat Zhang Wei menjelaskan. Setiap saran yang diberikan terasa seperti pelajaran berharga. Ia merasa tersanjung karena Zhang Wei benar-benar memperhatikan detail karyanya, bukan sekadar mengomentari dari permukaan.

“Kau bisa mencoba bereksperimen lebih dengan warna,” kata Zhang Wei sambil menunjuk ke pola bordir. “Warna-warna di sini terlalu aman. Tradisi bordir seperti ini biasanya memiliki makna tertentu, bukan? Cobalah untuk menonjolkan makna itu dengan palet warna yang lebih kuat.”

Xinyi mengangguk, menyerap setiap kata dengan antusias. “Saya setuju. Saya pikir saya terlalu takut mengambil risiko dengan warna, jadi akhirnya saya memilih warna yang netral.”

Zhang Wei tersenyum tipis. “Mode adalah tentang risiko. Jika kau hanya bermain aman, kau tidak akan pernah benar-benar melangkah maju. Jangan takut untuk bereksperimen.”

Xinyi merasa bimbingan itu membuka pandangannya. Di dunia mode yang kompetitif, mengambil risiko adalah hal yang perlu untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar memukau. Zhang Wei lalu bangkit dari tempat duduknya dan mengambil beberapa contoh kain dari rak di dinding. Ia membentangkannya di meja, menunjukkan berbagai tekstur dan corak.

“Lihat ini,” katanya sambil menyerahkan kain sutra dengan warna merah tua yang menyala. “Coba bayangkan bagaimana warna seperti ini bisa menambah kekuatan pada desainmu. Tradisi bordir sering kali menggunakan warna-warna yang melambangkan keberuntungan, kekayaan, atau keberanian.”

Xinyi mengelus kain itu dengan jemarinya, merasakan kelembutannya dan membayangkan bagaimana kain itu bisa berubah menjadi sebuah gaun yang penuh karakter. Ia merasa terinspirasi dengan cara Zhang Wei melihat setiap kain sebagai kanvas yang hidup.

“Saya akan mencobanya,” jawab Xinyi dengan penuh semangat. “Saya ingin mendesain sesuatu yang berani, tapi tetap menghormati akar budaya dari desain itu sendiri.”

Zhang Wei tersenyum puas. “Itu pemikiran yang bagus. Berani, namun tetap terikat pada cerita di balik desain. Itu yang membuat karya kita tidak hanya indah, tapi juga bermakna.”

Setelah beberapa saat, mereka mulai mendiskusikan kolaborasi lebih lanjut. Zhang Wei merasa Xinyi memiliki potensi yang besar dan menawarkan untuk bekerja sama dalam proyek fashion yang sedang ia kembangkan. Xinyi tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya, namun ia tetap berusaha tenang di depan Zhang Wei.

“Jadi,” kata Zhang Wei sambil melirik meja sketsanya, “bagaimana kalau kita mulai dengan proyek kecil terlebih dahulu? Aku sedang merancang koleksi yang terinspirasi dari elemen-elemen tradisional, tapi dengan pendekatan modern. Kau bisa membantu dalam hal tekstur dan warna, terutama dengan detail bordir yang kau kuasai.”

Xinyi terkejut. “Tentu saja! Saya akan sangat senang bisa bekerja sama dengan Anda, Wei. Ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi saya.”

Zhang Wei tertawa kecil. “Tidak perlu formal, kita akan bekerja bersama sebagai rekan. Kolaborasi ini bukan hanya untuk mengembangkan karyaku, tapi juga karyamu. Kita saling belajar.”

Xinyi mengangguk. Rasanya takdir benar-benar telah membawanya ke sini, ke hadapan sosok yang selama ini hanya ia kagumi dari jauh. Kini, ia akan bekerja bersama Zhang Wei, bukan hanya sebagai pengagum, tapi sebagai mitra dalam menciptakan karya seni di dunia mode.

Seiring sore menjelang, sinar matahari yang masuk melalui jendela besar studio mulai redup, menggantikan cahayanya dengan lampu gantung di langit-langit. Di ruangan yang dipenuhi ide dan kreativitas itu, Zhang Wei dan Xinyi terus berbincang tentang proyek-proyek mendatang, saling menginspirasi satu sama lain.

“Kapan kita bisa mulai?” tanya Xinyi dengan antusias, suaranya tak dapat menyembunyikan rasa semangat.

“Secepatnya,” jawab Zhang Wei dengan senyum di wajahnya. “Aku akan menyiapkan beberapa bahan, dan kita bisa mulai bereksperimen dengan ide-ide yang baru saja kita diskusikan.”

Xinyi mengangguk, merasa tidak sabar untuk memulai perjalanan barunya. Kini, kolaborasi mereka akan menjadi jembatan bagi Xinyi untuk mengeksplorasi dunia mode lebih dalam, sementara Zhang Wei menemukan semangat baru dalam bekerja sama dengan seseorang yang segar dan penuh antusiasme.

---

Bersambung

Because Of You (Short Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang