Ikatan yang Tak Terduga
Matahari mulai tenggelam di balik gedung-gedung tinggi Tokyo, memancarkan cahaya keemasan yang merayap perlahan di sepanjang jalan. Setelah pertemuan pertama mereka di galeri, Hiroko dan Kaoru sering kali bertemu di tempat-tempat tak terduga, seolah-olah takdir sedang mempermainkan mereka. Hari ini, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, di taman terkenal Shinjuku Gyoen, tempat di mana ribuan pohon sakura berbaris, menciptakan pemandangan yang menenangkan.
Suara dedaunan yang bergesekan lembut dihembus angin, sementara kelopak sakura yang jatuh perlahan menghiasi tanah di bawahnya seperti karpet bunga. Mereka duduk di sebuah bangku kayu yang menghadap ke danau kecil, memandang ke arah air yang tenang. Hiroko membawa sketsa kecil yang ia gambar di kampus, dan Kaoru, seperti biasa, memperhatikan dengan seksama, mencoba menangkap esensi dari setiap goresan.
"Apa yang kamu gambar kali ini?" tanya Kaoru sambil mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, matanya fokus pada sketsa di tangan Hiroko.
Hiroko tersenyum, menatap kertas di pangkuannya. "Hanya pemandangan yang aku lihat di sini. Bagiku, taman ini sangat indah. Setiap kali aku datang, aku selalu menemukan sesuatu yang baru."
Kaoru mengangguk setuju. "Benar. Ada keindahan dalam kesederhanaan dan ketenangan di sini. Tidak heran ini adalah tempat favorit banyak orang, termasuk aku."
Hiroko terdiam sejenak, merasa nyaman berada di dekat Kaoru. Sejak mereka pertama kali bertemu, hubungan mereka terasa mudah, tanpa tekanan. Meskipun Kaoru adalah seorang desainer ternama, ia tidak pernah membuat Hiroko merasa rendah diri. Sebaliknya, dia memberikan ruang bagi Hiroko untuk menjadi dirinya sendiri.
"Kamu sering datang ke sini?" tanya Hiroko, memecah keheningan yang menyelimuti mereka.
"Setiap kali aku punya waktu luang," jawab Kaoru sambil tersenyum kecil. "Tempat ini memberikan semacam kedamaian yang sulit aku temukan di tempat lain. Di dunia mode, semuanya bergerak begitu cepat. Terkadang aku butuh tempat seperti ini untuk menarik napas."
Hiroko mengangguk mengerti. "Aku bisa bayangkan. Dunia seni juga bisa melelahkan, meski dalam bentuk yang berbeda."
Mereka duduk dalam keheningan selama beberapa saat lagi, menikmati suasana sekitar. Angin musim semi berhembus lembut, membuat kelopak-kelopak sakura beterbangan di udara, menciptakan pemandangan yang hampir magis. Tiba-tiba, Hiroko menoleh ke arah Kaoru.
"Kaoru-san, aku selalu penasaran... bagaimana kamu bisa memutuskan untuk menjadi seorang desainer?" tanya Hiroko dengan nada ingin tahu. "Aku sendiri belum yakin dengan jalan hidupku, meskipun aku sangat mencintai seni."
Kaoru terdiam sejenak, menatap ke arah air danau yang tenang. "Awalnya, aku tidak pernah berpikir untuk menjadi desainer. Itu datang secara alami, seiring waktu. Aku tumbuh di lingkungan yang menghargai seni dan kreativitas, tetapi mode—itu seperti panggilan yang tak terduga. Aku merasa bisa menyampaikan perasaan dan cerita melalui desain. Setiap potongan kain, setiap lipatan, semuanya bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan emosi."
Hiroko mendengarkan dengan seksama, terpesona oleh cara Kaoru berbicara tentang karyanya. Ada kedalaman dan ketulusan yang jarang ia temukan pada orang lain. Baginya, Kaoru bukan hanya seorang desainer. Dia adalah seorang seniman yang menggunakan mode sebagai kanvas untuk mengekspresikan jiwanya.
"Kamu sangat berbakat," Hiroko berkomentar dengan nada kagum. "Aku harap suatu hari aku bisa menemukan arah hidupku dengan cara yang sama."
Kaoru tersenyum lembut. "Kamu masih muda, Hiroko. Perjalananmu baru saja dimulai. Jangan terburu-buru mencari jawabannya. Nikmati prosesnya, seperti yang kamu lakukan saat menggambar."
Hiroko menatap Kaoru dan merasa bahwa di balik ketenangannya, pria itu memiliki kehidupan yang penuh dengan beban. Meskipun mereka belum lama saling mengenal, Hiroko bisa merasakan bahwa ada lebih banyak hal di balik sosok desainer terkenal ini.
"Terima kasih, Kaoru-san. Kata-katamu selalu memberi semangat," kata Hiroko tulus.
Kaoru menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil. "Aku hanya berbicara dari pengalamanku sendiri. Setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda."
Saat matahari semakin rendah di cakrawala, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional. Mereka berbicara tentang seni, tentang hidup, dan tentang impian mereka. Meskipun perbedaan usia dan pengalaman, ada sesuatu yang membuat mereka merasa nyaman satu sama lain—sebuah ikatan yang mulai terjalin tanpa mereka sadari.
Tiba-tiba, ponsel Kaoru berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku, melihat nama di layar, dan menghela napas pelan. "Jun," katanya sambil tersenyum pada Hiroko. "Manajerku. Pasti dia sedang mencariku."
"Jawab saja," ujar Hiroko, tertawa kecil. "Aku tidak keberatan menunggu."
Kaoru mengangguk dan mengangkat teleponnya. "Hai, Jun," ucapnya singkat. Dari nada suaranya, Hiroko bisa menebak bahwa Jun adalah orang yang tegas dan sangat memperhatikan jadwal Kaoru.
"Ya, aku di taman. Aku akan segera kembali," kata Kaoru lagi sebelum menutup teleponnya. "Sepertinya aku harus pergi. Ada beberapa hal yang harus aku urus."
Hiroko tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu hari ini."
"Aku juga," jawab Kaoru sambil menatap Hiroko. "Kita harus melakukannya lagi lain kali."
"Setuju," Hiroko mengangguk. "Kapan pun kamu punya waktu."
Mereka berjalan bersama menuju pintu keluar taman, di mana jalanan Tokyo mulai dipenuhi oleh keramaian orang-orang yang pulang kerja. Sebelum mereka berpisah, Kaoru berhenti sejenak dan memandang Hiroko.
"Hiroko," katanya lembut. "Jangan berhenti mencari inspirasi. Dunia ini penuh dengan keajaiban yang menunggu untuk ditemukan."
Hiroko tersenyum lebar. "Aku tidak akan berhenti, Kaoru-san."
Setelah mereka berpisah, Hiroko berjalan pulang dengan perasaan ringan. Meskipun pertemuan mereka terkesan sederhana, dia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih mendalam dalam hubungan mereka. Mungkin ini awal dari ikatan yang unik, sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Di balik setiap kata dan senyum Kaoru, Hiroko merasakan ada cerita yang menunggu untuk diungkapkan.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (Short Story) [END]
Short StoryGenre: romance, drama, slice of life, short story, nobl