Pertemuan Pertama
Suasana di galeri mode mewah yang berada di pusat distrik mode Shanghai malam itu terasa semarak. Dinding-dinding kaca memantulkan cahaya lampu gantung kristal, dan para undangan mengenakan pakaian terbaik mereka, berbaur sambil mengagumi koleksi yang dipajang. Di tengah hiruk-pikuk suara obrolan, Xinyi berjalan perlahan, menatap kagum setiap karya yang dipamerkan.
“Begitu indah...,” gumamnya tanpa sadar, matanya tertuju pada salah satu koleksi gaun yang terbuat dari kain sutra halus dengan motif yang sangat rumit dan elegan. Gaun itu tampak hidup di bawah pencahayaan yang tepat, warna-warninya berpadu sempurna.
Ia tahu, karya ini adalah milik Zhang Wei, desainer tekstil terkenal yang karyanya selalu berhasil memikat hati siapa pun yang melihatnya. Xinyi sudah mendengar banyak tentangnya, namun tak pernah membayangkan akan bisa melihat karyanya dari dekat.
Malam itu, Xinyi hadir di acara pameran mode sebagai bagian dari tugas kuliahnya. Dosen di universitas memintanya dan beberapa mahasiswa lainnya untuk mempelajari karya-karya desainer terkenal secara langsung. Meskipun ia hanya seorang mahasiswa, Xinyi berambisi untuk menjadi seperti desainer-desainer yang karyanya dipamerkan malam ini. Mimpi itu tampak semakin jelas setiap kali ia menatap gaun-gaun indah di depannya.
“Liu Xinyi, fokus,” bisiknya pada diri sendiri, mencoba untuk tidak terlalu terbawa suasana. Namun, langkah kakinya tetap membawa dirinya ke koleksi karya Zhang Wei.
Saat berdiri di depan salah satu gaun rancangan Zhang Wei, tiba-tiba sebuah suara yang hangat dan dalam terdengar dari belakangnya.
“Kau menyukainya?”
Xinyi menoleh dengan cepat, sedikit terkejut. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi dengan jas hitam yang pas di tubuhnya. Wajahnya tampan, dengan rahang tegas dan sorot mata tajam yang memancarkan wibawa. Dia tersenyum tipis, memperhatikan bagaimana Xinyi menatap karya di depannya.
"Oh, ya... sangat," jawab Xinyi, sedikit gugup. Dia tidak tahu siapa pria ini, namun caranya berbicara seolah mengerti detail dari setiap helai kain gaun tersebut membuatnya merasa sedang berbicara dengan seseorang yang sangat berpengalaman di dunia mode.
Zhang Wei mengamati Xinyi beberapa detik sebelum kembali menatap karyanya sendiri. “Kain ini dibuat dari sutra yang diwarnai dengan teknik khusus. Prosesnya memakan waktu berminggu-minggu, tapi hasil akhirnya selalu sepadan,” jelasnya.
Mendengar penjelasan itu, Xinyi merasa kagum. “Sungguh indah,” katanya sambil melangkah lebih dekat, mengamati pola detail yang tidak ia sadari sebelumnya. “Saya selalu tertarik pada teknik pewarnaan kain seperti ini, tapi saya belum punya kesempatan untuk mencobanya sendiri.”
Zhang Wei menoleh, tertarik dengan antusiasme yang terpancar dari kata-kata Xinyi. “Kau mahasiswa mode?”
Xinyi mengangguk cepat. “Ya, saya sedang belajar di universitas setempat. Hari ini saya datang untuk melihat langsung karya-karya para desainer hebat. Dan... karya ini benar-benar menginspirasi saya.”
Senyum kecil terbit di wajah Zhang Wei, merasa puas dengan tanggapan gadis itu. “Kau tampaknya punya pandangan yang tajam untuk seorang mahasiswa.”
Xinyi tersenyum malu, lalu buru-buru menambahkan, “Saya belum tahu banyak. Tapi saya ingin belajar lebih banyak lagi.”
Sejenak, keduanya terdiam, menikmati suasana galeri yang terus dipenuhi suara obrolan dari para tamu. Zhang Wei merasa ada sesuatu yang menarik dari Xinyi—semangat dan ketulusan yang jarang ia temui di dunia mode yang penuh kompetisi ini.
“Aku Zhang Wei,” katanya, mengulurkan tangan.
Xinyi terdiam sesaat, matanya membelalak saat mendengar nama itu. Zhang Wei? Desainer yang selama ini hanya ia dengar namanya dari para dosen dan teman-temannya di kampus?
“Oh, Tuhan... Maafkan saya!” Xinyi buru-buru merespons sambil menyambut uluran tangan itu dengan gugup. “Saya Liu Xinyi. Saya benar-benar terhormat bisa bertemu dengan Anda!”
Zhang Wei tertawa pelan melihat reaksi Xinyi. “Tidak perlu terlalu formal, Xinyi. Aku senang bertemu dengan seseorang yang punya minat besar pada dunia tekstil. Apa yang sedang kau pelajari sekarang di universitas?”
Mendengar nada ramah dari Zhang Wei, Xinyi merasa sedikit lebih tenang. “Saya sedang fokus pada desain mode, tapi saya sangat tertarik pada kain dan tekstil. Saya suka bereksperimen dengan pola dan warna, walaupun... saya masih dalam tahap belajar,” jawabnya dengan nada antusias.
Zhang Wei mengangguk, memperhatikan bagaimana Xinyi berbicara dengan semangat yang tulus. “Itu adalah awal yang baik. Dunia mode memerlukan orang-orang yang bisa melihat potensi dari bahan mentah dan mengubahnya menjadi sesuatu yang luar biasa. Kau sudah berada di jalur yang benar.”
Xinyi merasa seperti mendapatkan validasi dari seorang legenda. “Terima kasih banyak, Tuan Zhang. Kata-kata Anda sangat berarti bagi saya.”
“Panggil saja Wei,” katanya santai. “Mungkin suatu hari nanti, aku akan melihat karya-karyamu di tempat seperti ini.”
Xinyi terdiam sesaat, merasakan harapan dan mimpi-mimpinya tumbuh lebih besar dari sebelumnya. “Saya akan bekerja keras untuk itu,” jawabnya mantap.
Galeri mulai semakin ramai, dan para tamu mulai bergerak ke bagian pameran lainnya. Zhang Wei melirik sekeliling, lalu berkata, “Aku harus berkeliling sebentar, tapi aku senang berbicara denganmu, Xinyi. Teruslah berkarya. Siapa tahu, kita mungkin akan bekerja sama di masa depan.”
Xinyi tersenyum lebar, hatinya penuh harapan. “Saya akan mengingat itu, Wei.”
Setelah Zhang Wei pergi, Xinyi tetap berdiri di tempat, menghirup napas dalam-dalam. Ia tidak percaya bahwa ia baru saja berbicara langsung dengan Zhang Wei, desainer yang selama ini ia kagumi. Pertemuan ini memberinya semangat baru untuk terus berusaha meraih impiannya.
Malam itu, Xinyi tidak hanya terinspirasi oleh karya yang ia lihat, tapi juga oleh percakapan singkatnya dengan sang desainer. Kecil kemungkinan takdir akan mempertemukan mereka di dunia yang penuh persaingan ini, namun sekarang, Xinyi tahu bahwa benang-benang takdir mulai terjalin di antara mereka.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (Short Story) [END]
Short StoryGenre: romance, drama, slice of life, short story, nobl