Beneath the Stars (3/5)

1 0 0
                                    

Festival Seni di Roma

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Festival Seni Roma telah berlangsung selama beberapa hari, menarik perhatian para seniman, penulis, dan penggemar seni dari berbagai penjuru kota. Jalan-jalan dipenuhi dengan kios-kios yang menampilkan berbagai karya seni, mulai dari lukisan hingga patung, dan penampilan langsung dari musisi jalanan menambah semarak suasana. Warna-warni lampu hias dan spanduk menggantung di atas jalan, menciptakan atmosfer magis di malam hari.

Marco Lombardi, dengan kameranya tergantung di lehernya, merasakan getaran semangat dari kerumunan yang bersemangat. Dia tidak hanya datang untuk memotret, tetapi juga untuk mencari inspirasi baru di tengah karya seni yang berlimpah. Namun, yang paling ditunggu adalah pertemuannya dengan Fiorella Ricci, yang berjanji untuk datang ke festival setelah menyelesaikan tulisannya.

Sambil mengamati suasana festival, Marco melihat berbagai seniman memamerkan karya mereka di sepanjang jalan. Di satu sisi, seorang pelukis melukis pemandangan indah Piazza Navona, sementara di sisi lain, seorang seniman grafiti mengubah dinding kosong menjadi kanvas warna-warni. Suara musik jazzy menyenangkan menghiasi udara, memberikan nuansa riang.

Tak lama setelah itu, Marco melihat sosok Fiorella dari kejauhan. Dia mengenakan gaun biru navy yang sederhana, rambutnya tergerai anggun di bahu. Wajahnya bersinar dengan antusiasme ketika dia melangkah ke arah Marco.

“Marco!” teriaknya, melambai-lambaikan tangannya dengan ceria.

“Fiorella! Kamu datang!” balas Marco, senyumnya lebar saat melihatnya.

“Tempat ini luar biasa! Aku sudah tidak sabar untuk menjelajahi semuanya!” kata Fiorella sambil mengamati sekeliling dengan mata berbinar. “Kamu sudah mengambil banyak foto?”

“Belum banyak. Aku lebih suka menikmati suasana sebelum menangkapnya. Tapi kita bisa menjelajahi bersama,” saran Marco, merasakan kesenangan yang sama di dalam hatinya.

Mereka berjalan menyusuri jalanan yang dikelilingi oleh kios-kios seni. Fiorella terlihat terpesona dengan setiap karya seni yang mereka lewati. “Lihatlah lukisan ini! Bagaimana menurutmu?” dia berhenti di depan sebuah lukisan minyak yang menggambarkan suasana malam Roma yang penuh bintang.

Marco mendekat, memeriksa karya tersebut. “Ini luar biasa. Cara seniman menangkap cahaya membuatku merasa seperti berada di bawah langit itu sendiri.”

Fiorella mengangguk setuju. “Aku ingin menulis tentang perasaan yang muncul saat melihat karya seni seperti ini. Mungkin aku bisa mengaitkan dengan perasaanku tentang cinta dan harapan.”

“Lanjutkan saja,” Marco mendorong, merasa terinspirasi oleh kata-katanya. “Aku akan memotret momen ini. Siapa tahu, mungkin foto ini bisa menjadi bagian dari ceritamu.”

Setelah menghabiskan beberapa waktu di sana, mereka berlanjut ke sebuah panggung kecil di mana beberapa musisi lokal tampil. Suara gitar akustik dan vokal merdu memenuhi udara, mengundang perhatian kerumunan. Marco dan Fiorella berdiri di dekat panggung, terpesona oleh pertunjukan tersebut.

“Cobalah untuk menulis tentang ini. Suasana di sini begitu hidup,” Marco berkata, menoleh kepada Fiorella.

“Bagaimana jika aku menulis puisi? Musik dan kata-kata bisa menyatu dengan baik,” jawab Fiorella dengan semangat.

“Puisi? Bagus! Aku ingin melihat bagaimana karya itu nantinya,” jawab Marco, merasa semakin dekat dengan Fiorella.

Ketika malam semakin larut, suasana festival semakin ramai. Mereka menikmati makanan ringan khas Italia yang dijajakan di kios, seperti arancini (bola nasi) dan gelato yang lezat. Fiorella memutuskan untuk mencoba gelato rasa pistachio, sementara Marco memilih rasa stroberi.

Delicious!” Fiorella berteriak dengan gembira, menjilat es krimnya. “Ini adalah gelato terbaik yang pernah aku coba!”

“Kalau begitu, kita harus sering ke sini,” ujar Marco, tertawa. “Aku tidak keberatan datang ke festival setiap minggu jika ada gelato sebaik ini.”

Fiorella menatap Marco, kemudian dengan wajah serius dia berkata, “Aku sangat senang bisa berbagi momen ini denganmu. Rasanya seperti kita sedang menjalani petualangan bersama.”

Marco merasakan kehangatan yang tidak bisa dia ungkapkan. Dia sudah lama tidak merasakan kedekatan seperti ini dengan orang lain. “Aku juga, Fiorella. Sepertinya kita mulai menciptakan kenangan yang tidak terlupakan.”

Setelah menikmati malam yang penuh gelak tawa dan cerita, mereka berjalan menuju area tenang di festival, di mana ada bangku-bangku kayu menghadap ke arah langit. Mereka duduk, mengamati bintang-bintang yang berkelap-kelip.

“Wow, lihatlah bintang-bintang itu,” kata Fiorella, terpesona. “Malam ini sangat indah.”

“Iya, dan kita bisa melihatnya dengan jelas dari sini. Satu-satunya yang kurang adalah secangkir vino,” Marco menambahkan, membuat Fiorella tertawa.

“Tentu, cangkir vino akan menyempurnakan suasana,” balasnya.

Saat mereka berbicara, Fiorella mengeluarkan buku catatannya. “Aku ingin menulis sesuatu tentang malam ini. Aku merasa ada sesuatu yang spesial.”

“Bagaimana jika aku mengambil fotomu saat kau menulis? Itu bisa jadi momen yang berharga,” usul Marco.

Fiorella mengangguk antusias. “Itu ide bagus! Aku ingin mengabadikan momen ini.”

Dengan penuh semangat, Marco mengatur kameranya dan mulai memotret Fiorella saat dia menulis dengan tekun. Setiap kali klik kamera terdengar, Marco merasakan kebahagiaan yang mengalir di antara mereka.

“Dapatkah kau bayangkan jika kita membuat proyek bersama, menggabungkan tulisanmu dan fotoku?” tanya Marco sambil mengedit pengaturannya.

“Wow, itu ide yang menarik! Kita bisa menciptakan buku seni yang mengisahkan perjalanan kita,” Fiorella menyahut dengan bersemangat.

Malam itu, di bawah cahaya bintang yang bersinar cerah, Marco dan Fiorella mulai membangun persahabatan yang erat, yang mungkin akan membawa mereka ke petualangan dan eksplorasi lebih jauh. Mereka berdua menyadari bahwa, di tengah keramaian dan keindahan festival, mereka tidak hanya menemukan inspirasi, tetapi juga satu sama lain.

---

Bersambung

Because Of You (Short Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang