Chapter 44

26 3 0
                                    

KEMBALI

🧸🧸🧸

Semakin hari, hubungan Alana, Brian dan Noah semakin dekat dan intens. Ketiganya sering menghabsikan waktu bersama, tidak ada momen yang tidak mereka lalui bersama. Ketiganya selalu bersama dalam hal apapun tanpa terkecuali. Setiap harinya Brian mengantar dan menjemput Alana sekolah. Sesekali, Alana menemani Noah belajar di playgroup begitu juga dengan Brian. Walaupun Noah meminta kepada Alana dan Brian agar tidak perlu meneminya. Tapi, yang namnya anak kecil harus ditemani dan diperhatikan, apalagi saat mengambil keputusan.

Tidak terasa, satu minggu lagi Alana akan melaksanakan berbagai macam tes kelulusan sekolah. Kelas dua belas diliburkan oleh pihak sekolah selama satu minggu untuk belajar di rumah dan mempersiapkan apa yang perlu disiapkan agar siap saat menghadapi ujian yang datang secara bertubi-tubi.

Hari-hari libur itu Alana memanfaatkan dengan baik untuk belajar. Alana tidak menyiksa dirinya untuk terus belajar tanpa henti. Sesekali, ia meluangkan waktu untuk berolahraga, belanja dan bertamu ke rumah Brian untuk main dengan Noah.

Hampir satu bulan yang lalu. Karisma ingin makan malam bersama ayah dan ibunya Alana agar bisa lebih akrab dan saling mengenal antara satu sama lain. Akhirnya, keinginan itu akan terpenuhi, nanti malam, Veri dan Kania memiliki waktu luang untuk datang ke rumah Brian untuk makan malam bersama.

 Akhirnya, keinginan itu akan terpenuhi, nanti malam, Veri dan Kania memiliki waktu luang untuk datang ke rumah Brian untuk makan malam bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, di dapur rumah Brian. Alana dan Karisma sedang asik memasak menu untuk makan malam nanti. Selama proses memasak, keduanya saling berbagi cerita dan bercanda, membuat gelak tawa keduanya menghiasi suasana dapur beriringan dengan suara irisan pisau menyentuh talenan.

"Wahhhh enak banget wanginya..." Puji Brian, ia mencium aroma sedap dari makanan yang sedang dimasak saat ia baru saja melangkah masuk melewati pintu dapur.

"Iya donk, aku yang masak." Balas Alana.

"Kalau kamu yang masak, pasti rasanya bakalan asin." Brian meledek.

"Enak aja!" Alana memberikan pelototan kepada Brian. Sedangkan yang dipelototi hanya terkekeh tidak berdosa.

"Brian, kamu gak boleh berkata seperti itu sebelum mencobanya." Tegur Karisma.

"Tau tuh, bu! Memang kadang suka nyebelin!" Sambung Alana, ia memutar malas matanya.

"Iya-iya, ampun deh, si paling belain calon mantu." Alana terkekeh malu mendengar perkataan Brian.

"Iya donk, calon mantu yang cantik dan baik seperti ini, wajib untuk dibela." Karisma mengusap lembut pundak Alana.

"Dih dih, pipinya merah!" Tunjuk Brian ke pipi Alana yang saat ini sedang merah merona.

"Apa an, sih! Gak, ya!" Alana mengelus kedua belah pipinya. "Ihhh, kamu salting, ya, dipuji calon mama mertua cantik dan baik. Cieee, kiw kiw!" Brian terus menggoda Alana, membuat wajah Alana semakin memerah.

CONNECT ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang