Bab 10
Suara gedoran pintu terus menggema, Rosela yang masih terlelap seketika bangun dengan jantung yang berdebar. Ia menatap arah pintu yang seolah akan dijebol. Rosela segera berdiri dan membuka pintu tersebut. Kepalanya terasa sakit, bangun dengan terkejut dan tidak siap membuat siapapun merasa ingin memaki.
Rosela bangun dan melangkah menuju pintu sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, ia membuka pintunya dan sudah mendapat todongan.
"Uang," ucap pelaku penggedoran pintu indekos Rosela.
Rosela menatap dengan tak percaya, siapa lagi pelakunya jika bukan salah satu anak ibu angkatnya. Bagaimana orang ini tau lokasi kosnya. Tiba-tiba datang dan seperti biasa meminta uang.
"Lo! Gue gak ada duit, sana balik," usir Rosela pada Arvan. Rosela berniat menutup kembali pintu kos miliknya, namun Arvan jauh lebih gesit menahannya.
"Bagi duit, lo gak merasa hutang budi sama keluarga gue. Buruan! Gak usah bertindak gak tau diri, tinggal kasih gue duit apa susahnya!" Arvan menatap Rosela dengan tampang tajam. Tak akan ia biarkan dirinya pulang tanpa hasil.
"Gue gak bakal balik sebelum lo kasih duit. 3 juta buruan, gue perlu duit buat bayar utang."
Rosela menatap Arvan tak percaya, jangan bilang Arvan mengikuti jejak ayah angkatnya yang penjudi itu.
"Lo main judi! Masih bayi banyak tingkah! Gue gak bakal ngasih lo duit! Kalau lo butuh duit cari sendiri, dipikir gue gudang duit apa!" Teriak Rosela.
"Gue cuma kalah taruan sialan!! Oh, gue bisa lakuin hal buruk sama lo. Lo lupa gue bisa bertindak lebih bejat daripada Bapak! kalau lo gak mau nambah luka dikulit lo lagi mending kasih gue duit sekarang." Arvan meriah tangan Rosela dan mencengkramnya. Ia melanglah mengikis jarak Rosela. Tatapan bencinya tak lepas mencoba mengintimidasi Rosela. Keuntungan bagi Arvan memilki tubuh yang besar dibanding Rosela.
Rosela mencoba menyentak lengan Arvan, kekuatannya tak sebanding dengan remaja laki-laki tersebut. Arvan malah dengan mudah membuat keduanya masuk kedalam kosan. Ia mengurung Rosela membuat tubuhnya terjepit.
"Kalo lo teriak gue bakalan lebih gila lagi."
Rosela yang baru bangun tidur dan masih pusing, menjadi kalah. Ia tau Arvan pasti bertindak gila. Pemuda itu sama brengseknya dengan bapaknya.
"Gue bisa buat lo digebukin satu kosan."
"Yakin? Sebelum lo teriak gue pastiin lo gue buat babak belur." Kepalan tangan Arvan sudah naik keatas, urat lengannya terlihat tegang dan menonjol. Arvan terlihat kuat dan mampu membuat sisi takut Rosela bangkit, Arvan menyeringai saat menyadari getaran halus pada lengan Rosela.
Tindakan yang jelas membuat Rosela terdiam, jauh didalam lubuk hatinya ia takut akan kekerasan, meski ia sudah sekuat tenaga melawan, rasa takut itu masih saja ada dan mampu menggoyahkan rasa percaya dirinya.
"Takut, kan, lo! Buruan kasih gue duit!" Bentak Arvan.
"Oke, gue kasih! Lepasin tangan gue." Arvan melepas tangan Rosela. Gadis itu terlihat segera meraih ponselnya.
Arvan terlihat senang, ia segera mengeluarkan ponselnya. Menunjuk nomor rekening yang harus Rosela transfer uang.
"Udah! Puas lo! Sana balik!" Teriak Rosela mengusir Arvan.
Pemuda itu terkekeh, ia menepuk pipi Rosela beberapa kali membuat Rosela semakin berang.
"Makasih, lain kali gak perlu kayak gini. Udah tau lo bakalan kalah. Bersikaplah berguna anak pungut!" Ucap Arvan lalu pergi meninggalkan Rosela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rosela (On Going)
Short Story#MINNIESERIES2 BLURB Rosela, sebuah nama yang indah. Namun tidak seindah kisahnya. Rosela terjebak dengan kejahatannya sendiri. Rasa iri memang hanya akan membakar diri kita sendiri. Begitupula dengan yang Rosela alami. Selalu iri melihat hidup sah...