enam

771 39 1
                                    

Bab 6

Rosela merapikan kembali tampilannya, sebuah dress berwarna putih berlengan panjang, dengan rok berbahan tile, ada hiasan mutiara kecil. Lalu dibagian leher terdapat tali yang ia ikat berbentuk pita. Tak lupa ia meraih sling bag berwarna putih, sebuah sepatu berwarna cream. Rambutnya ia gerai dengan ujung dibuat curly. Tampilannya terlihat manis, tangannya meraih parfum dengan wangi butter cream yang terasa manis. Menyemprotkan pada seluruh tubuhnya. Rosela sudah siap mengunjungi rumah Amaryllis untuk pesta ulang tahunnya.

Sebelum keluar ia meraih totebag hadiah diatas ranjang. Lalu keluar dari kamar kosnya. Rosela melangkah menuju halte bus, ia menunggu di kursi halte, sambil bersenandung. Cuaca sore ini terasa hangat, sesuai dengan suasana hatinya yang baik.

Bus berwarna biru terhenti didepannya, ia berdiri lalu masuk bersama penumpang lainnya. Rosela memilih duduk di kursi ujung yang kosong, ia menatap luar jendela melihat lalu lalang pengendara.

Rosela turun dari bus di pemberhentian yang dituju, ia masih harus berjalan kaki untuk menuju kediaman Canavaro, untung saja jaraknya hanya memakan waktu 15 menit. Rosela bersenandung riang, menikmati jalanan yang nyaman.

Tin.

Tin.

Suara klakson menghentikan langkah Rosela. Sebuah mobil terhenti di bahu jalan. Kaca mobil tersebut terbuka, menampilkan Roman yang kini melambaikan tangan padanya.

"Ayo, naik."

Rosela dengan senang hati menerima tawaran Roman, ia kemudian berjalan menuju pintu penumpang samping.

"Gue kira lo udah disana," ucap Rosela sambil memasang sabuk pengaman.

"Tadi gue mampir dulu ambil kue buat Amary," balas Roman, yang kini kembali melajukan mobilnya. Tunjuk Roman pada bangku belakang yang kini penuh dengan box kue, buket, dan beberapa kotak hadiah.

Rosela mengangguk saja, ia menatap iri pada hadiah tersebut. Namun segera ditepis, Amaryllis memang layak dicintai, bukan? Ia seharusnya ikut bahagia, kenapa selalu saja ada rasa iri yang tanpa sadar hadir di hatinya tanpa permisi.

Menatap kesamping, tepatnya pada Roman, pria itu selalu mencintai pasangannya dengan sepenuh hati. Kenapa bukan dirinya yang mendapat pasangan seperti Roman? Ayolah Rosela, berhenti meratapi takdirmu yang malang.

"Rosela," panggil Roman, pria itu bahkan mengguncang bahu Rosela agar kembali mendapat kesadarannya.

"Eh, apa? Kita udah sampai, ya?" Rosela menatap sekitar, mereka sudah memasuki kediaman Canavaro. Ternyata ia terlalu larut dalam lamunannya.

"Lo ngelamun dari tadi. Ayo turun." Roman membuka pintu mobilnya, Rosela juga mengikuti hal tersebut, pria itu meraih barang yang dibawa, tentu saja Rosela ikut membantu, ia mengambil kotak kue yang Roman beli.

Kedatangan mereka bebarengan dengan mobil Luke. Pria itu terlihat keluar dari mobilnya dengan tangan yang penuh totebag, Rosela tebak itu adalah hadish untuk Amaryllis. Pandangan mereka bertemu sebentar, Rosela segera mengalihkan tatapannya, seperti biasa Luke menatap Rosela dengan benci. Pasti pria itu sudah memikirkan hal-hal buruk melihat kedatangan keduanya yang bersamaan.

"Oh, hai Bang," sapa Roman. Tak lupa memberi salaman ala pria.

Luke terlihat mengangguk, "Baru datang?"

"Iya, kebetulan banget kita bareng."

"Oh, ya, Rosela. Sini biar gue nyalain lilinnya." Roman meminta Rosela untuk mendekat, ia yang semula hanya menjadi patung kini ikut berpartisipasi.

Rosela membantu Roman dengan memasangkan lilin angka 22, api mulai dinyalakan untuk menyulut sumbu. Mereka kompak memasuki rumah, Rosela berada didepan karena ia yang bertugas membawa kue. Mereka memasuki area pintu samping rumah yang berpotongan dengan taman.

Rosela (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang