sebelas (+)

23.1K 303 8
                                        

BAB 11 (+)

Rosela melangkah keluar dari ballroom hotel. Kepalanya terasa berputar, ia memijit pelipisnya berulang. Sudah tak sempat lagi memikirkan keadaan Roman. Tubuhnya terasa tak nyaman, ia berjalan sambil memegang dinding lorong. Denyutan di kepalanya semakin menusuk, namun bukan hanya itu yang membuatnya tak nyaman, rasa panas yang menjalar diseluruh tubuhnya.

Jangan katakan, jika obat perangsang itu berbalik menjadi senjata makan tuan. Rosela tak sempat berpikir jernih, keadaannya terlalu memusingkan. Ia merasakan tangannya ditarik, hingga tubuhnya memasuki sebuah kamar hotel yang luas. Rosela mengerjap, mencoba memfokuskan pandangannya. Tubuhnya terasa dihimpit, sebuah tangan mengunci pergerakannya. Tatapan Rosela naik, melihat pelaku tersebut. Aroma musk yang familiar tercium, Rosela memicingkan matanya, menyadari jika sosok tersebut adalah orang yang membencinya.

Luke, pria dengan wajah merah terlihat urat lehernya menonjol. Kemarahan tak terbendung saat mengetahui tindakan Rosela yang akan menjebak Roman. Gadis miskin dan bodoh didepannya berniat merusak hubungan saudarinya. Tak akan Luke biarkan. Ia sendiri yang akan memberi pelajaran pada gadis yang tak tau diri tersebut.

"Lu.... Luke...." ucap Rosela yang terbata.

"Kanapa? Kamu berharap Roman yang ada disini." Seringai mengejek tersungging di bibir Luke.

"Gadis murahan dan miskin sepertimu berani sekali memiliki niat untuk merusak hubungan Amaryllis, dengan gak tau diri kamu berniat menjebak Roman menggunakan obat perangsang, huh! Apa kamu berpikir kamu layak bercinta dengan Roman, apa kamu berpikir kamu merasa hebat jika sudah bercinta dengannya, menjebak pria baik seperti Roman! Hanya akan ada didalam mimpimu saja!" Luke membentak Rosela.

Tak peduli, Rosela sudah merasa tak nyaman dengan suhu tubuh yang mulai tak teratur. Luke bisa melihat efek obat perangsang itu mulai bekerja dengan baik.

Rosela merasa tertohok dengan semua kalimat Luke. Ia memang berniat jahat untuk merusak pertemanan dan hubungan percintaan sahabatnya.

"Gimana rasanya? Apa tubuhmu mulai gak nyaman, sepertinya obat itu telah bekerja dengan baik." Luke mengusap pipi Rosela yang terasa hangat, wajah gadis itu terlihat merona. Laju nafas Rosela terlihat tak beraturan.

"Lo merusak rencana gue!" Bentak Rosela. Mencoba mengontrol dirinya. Meski tanpa sadar ia menikmati setiap sentuhan kulit Luke pada wajahnya. Sial, ia tak boleh terhanyut.

Luke mencengkram dagu Rosela, menariknya hingga jarak wajah keduanya hanya bersisa sedikit. Bibir ini memang harus dibungkam dengan miliknya, agar tak berbicara semau gadis itu.

"Mmpphhh....."

Pria itu menyatukan bibir mereka, membungkam segala umpatan yang ingin Rosela layangkan. Luke mendesah, merutuki rasa bibir Rosela yang lembut dan memuaskannya.

Rosela mencoba berontak, namun kewarasan yang memang tersisa sedikit, membuatnya malah membalas permainan Luke. Tangan yang semula memukul bahu Luke kini beralih melingkar di leher pria itu, menekan Luke agar terus bermain. Jemari Rosela meremas surai hitam Luke yang terasa lebat. Setiap pergerakan bibir keduanya terasa menggelitik perut Rosela. Ia tak ingin mengakhiri kegiatan ini.

Luke terlihat bersemangat, memangut bibir Rosela, lidahnya dengan mudah masuk mengajak lidah Rosela bertukar saliva. Membuat gadis itu kewalahan mengimbangi permainan bibirnya.

Ciuman Luke mulai turun ke area dagu hingga leher Rosela. Memberi ruam merah sepanjang bekas sapuan bibirnya. Luke semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Aroma mawar yang menguar dari tubuh Rosela terasa menggelitik hidungnya. Rasanya ia ingin terus menjilat dan mencium tubuh Rosela.

Rosela kehilangan kontrol penuh akan tubuhnya. Obat perangsang yang tanpa sengaja dikonsumsinya kini menguasai kewarasannya. Semua tindakan Luke terasa nikmat, setiap sapuan lidah pria itu menghantarkan rasa sejuk di tubuhnya. Rosela terus menekan Luke untuk bertindak lebih, tak ingin kesenangan itu cepat berakhir.

Rosela (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang