dua

10.7K 266 2
                                    

BAB 2

Rosela bleu, gadis yang merupakan mahasiswi biasa. Tak ada yang menarik di hidupnya, bahkan kehidupannya tergolong sulit. Tinggal di sebuah kosan bebas dan kecil, Rosela menjalani kehidupan sebagai mahasiswi dengan membanting tulang demi membiayai kehidupan perkuliahannya. Orang tua? nanti saja Rosela ceritakan tentang mereka, menceritakan keluarganya akan memakan waktu panjang.
 

Dirinya tak memiliki banyak teman, jika kenalan lumayan banyak. Ia memiliki sahabat, yakni Amaryllis Oddesa Canavaro, gadis dari keluarga kaya raya yang entah mengapa mau berteman dengannya, Rosela sering merasa iri dengan kehidupan Amaryllis, sudah cantik, terlahir dari keluarga kaya dan menyayanginya. Satu hal yang tambah membuat Rosela iri adalah, Amaryllis berpacaran dengan Roman. Pria yang kemarin mengantar Rosela pulang ke rumah.

Roman Noah Mattias, dia juga terlahir sebagai keluarga kaya, pria itu sudah tampan, cerdas, baik dan entah bagaimana Rosela bisa menjadi sahabat pria itu. Benar tebakan kalian, jika Rosela diam-diam menyukai Roman, sementara Roman berpacaran dengan Amaryllis yang merupakan sahabat Rosela juga. Memang tak pantas bagi Rosela untuk merasa iri pada Amaryllis yang sudah baik padanya. Namun, ia tak bisa bohong jika terkadang ia sangat merasa iri dengan kehidupan Amaryllis.

Kenapa semua kebahagiaan sangat mudah Amaryllis dapatkan, sementara Rosela harus merangkak menuju kebahagiaan yang diimpikannya.

Rosela tinggal di sebuah kosan bebas, kenapa ia memilih kosan bebas, ia bisa pulang dengan senang hati, kosan tertutup tidak cocok utuk dirinya yang harus bekerja paruh waktu, terkadang pekerjaannya harus lembur dan ia baru bisa sampai kosan pukul satu dini hari. Meski tempat tinggalnya hanya satu petak kamar tidur, sebuah kamar mandi dan dapur kecil. Rosela tetap merasa nyaman. Tak ada yang spesial didalam kosannya, uang bulanan harus selalu dirinya hemat agar tak kelaparan untuk hari esoknya.

Setelah mengisi perutnya dengan sarapan yang sederhana, sebuah nasi dan orek tempe, Rosela keluar dari dalam kamar indekosnya.

"Mau beraangkat kampus, Rose?" tanya Avaluna Kirani. Terlihat wanita muda itu baru saja pulang bekerja. Pekerjaan sebagai perawat membuatnya pulang tak menentu.

"Iya, Kak. Kak Ava baru balik sift malam?"

"Iya, nih. Ngantuk banget, jangan lupa belajar yang rajin biar bisa dapat kerja di kantor yang bagus," balas Avaluna menyemangati Rosela.

"Pasti dong! selamat istirahat Kak, mau titip makanan buat nanti siang? kebetulan gue libur kerja jadi bisa balik cepat."

"Gak deh, udah sana pergi, nanti telat."

Rosela mengulurkan tangan, Avaluna yang sudah hafal dengan tingkar Rosela menerima uluran tangan tersebut. Rosela menyalimi tangan Avaluna, lalu pergi menuju luar kos. 

"Rose berangkat."

Avaluna menatap punggung Rosela yang kecil, tubuh itu menyimpan banyak beban. Avaluna adalah saksi perjuangan Rosela semenjak gadis itu menginjakkan kakinya di kosan mereka. Rosela sudah menganggap Avaluna seperti saudari, Kakak perempuan yang harus Rosela hormati.

"Semoga kamu selalu bahagia Rose kecilku," ucap Avaluna dengan tulus, wanita berusia 28 tahun itu selalu kagum dengan kuatnya Rosela menjalani hidup. Mungkin jika ia menjadi Rosela ia tak akan sekuat gadis muda itu.

***

"Lo mau ke kantin, gak?" tanya Amaryllis, kali ini mereka berada di kelas yang sama. Memang beberapa jadwal mereka tak sama, karena Rosela mengambil cakupan kelas yang bisa meyesuaikan pekerjaan paruh waktunya.

"Boleh," balas Rosela.

"Ayo, Roman sama teman-temannya juga ada disana." Amaryllis menatap ponselnya, terlihat gadis itu tengah membalas pesan dari kekasihnya. 

Rosela (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang