"Aku Lee Felix. Aku yang sangat kau cintai dan kau rindukan. Aku satu-satunya Lee Felix milikmu, bukan orang lain."Hyunjin seolah baru saja tersadar dari mimpi buruknya. Ia menatap Felix yang berdiri di hadapannya sambil berpikir bagaimana laki-laki itu bisa berada disini. Rasanyapun masih seperti mimpi, apalagi wajah Felix yang terlihat sedih bercampur marah.
"...Lee Felix?"
Pria itu bertanya dengan ragu untuk memastikan kalau sosok di hadapannya bukan halusinasi."Aku Lee Felix."
Hyunjin langsung memeluk laki-laki itu sangat erat. Hanya lima hari berada di rumah bersama ayahnya dan Aeri tanpa bisa melihat Felix saja membuat Hyunjin merasa kalau ia sudah melewatkan waktu selama berbulan-bulan.
Ia tidak diperbolehkan pergi kemanapun bahkan untuk memegang ponsel. Lima hari itu seperti mimpi paling buruk dalam hidupnya dan Hyunjin tidak akan bisa melewati hari-hari seperti itu tanpa Felix lagi dimasa depan.
Felix memeluk pria yang terlihat sangat berantakan itu. Seperti hidupnya sudah tidak berarti. Untuk pertama kalinya ia melihat Hyunjin begitu frustasi dan itu membuatnya sedih. Hanya dengan melihat bagaimana keadaan pria itu membuat Felix sadar betapa dirinya sangat berarti bagi Hyunjin.
Felix menahan dirinya untuk tidak menangis dan terus memeluk Hyunjin untuk memberinya rasa tenang lalu ia mendengarnya berbisik bersamaan dengan tangan yang memeluk tubuhnya semakin erat.
"Jangan tinggalkan aku."
"Aku tidak akan meninggalkanmu."
Felix membenamkan wajahnya pada ceruk leher Hyunjin, mengusap punggung lebar pria itu dan tetap mengeratkan pelukanya."Paman."
Aeri keluar dari kamar Hyunjin dan bertemu pria baya itu yang masih berdiri didepan pintu."Aeri, kau bisa menyingkirkannya dengan mudah jika mau."
Wajah gadis itu mengeras lalu tanpa mengatakan apapun ia berjalan melewati Ayah Hyunjin. Pria paruh baya itu kemudian berbicara pada asistennya.
"Aku berniat mengusirnya dengan cara yang baik seperti ini tapi... - bawa laki-laki itu keluar dan jangan biarkan Hyunjin mengikuti."
Baru saja ia berbicara seperti itu. Hyunjin dengan penampilan berantakan dan wajah lelah karena tidak bisa tidur dengan benar selama tiga hari terakhir muncul dari dalam kamarnya sambil menarik Felix dengan wajah marah.
"Hyunjin!"
Ayahnya berseru. Tetapi pria muda itu terus berjalan tanpa menghiraukan siapapun yang dilaluinya sementara Felix hanya diam dan mengikuti. Ia juga ingin segera keluar dari rumah ini. Asistennya hendak bergerak untuk menyuruh anak buah mereka menahan si tuan muda tetapi majikannya menahan."Biarkan."
"Tuan Muda!"
Salah satu pengawal menahan mereka di pintu depan. Yong yang sedang bersiaga didepan menyadari kehadiran majikannya itu langsung menghampiri."Tuan Muda."
Pria itu mengerti hanya dengan melihat tatapan Hyunjin. Lalu Yong segera memberikan kunci mobil padanya. Pria itu berkata sebelum meninggalkan rumah.
"Aku akan kembali, jadi bilang padanya untuk tidak mencariku."
Beberapa pengawal yang menjaga bagian depan rumah ingin menghalangi pria itu untuk pergi tetapi bagaimana Hyunjin berbicara dan menatap satu per satu membuat mereka ragu sampai ia membawa sendiri mobilnya. Yong yang melihat adegan itu masih dengan perasaan tidak menyangka segera masuk untuk menyampaikan pesan itu pada si tuan besar.
Hyunjin ternyata membawa Felix pulang. Pria itu tidak mengatakan apapun selama di perjalanan. Setelah mereka sampai di kamar, Felix baru bisa berbicara berhadapan dengan Hyunjin yang tidak berhenti memeluknya.
"Aku tidak akan kemana-mana. Biasakah kau melepaskannya sebentar? Aku ingin berbicara dan melihat wajahmu."
Kata Felix sambil menepuk punggung Hyunjin yang terus memeluknya.Felix tidak tahu apa yang terjadi pada Hyunjin selama mereka tidak bertemu lima hari terakhir. Tetapi melihat keadaan pria itu yang sangat berantakan dan terlihat seperti orang linglung, Felix tidak bisa memikirkan sesuatu yang baik selain bahwa ayahnya telah melakukan apapun yang membuat putranya begitu terlihat menyedihkan seperti ini.
Setiap kali Felix mengatakan untuk melepaskannya, Hyunjin justru memeluknya semakin erat.
"Biarkan aku melihat wajahmu dengan benar."
Felix membujuk. Setelah ia mengatakan kata-kata yang sama tiga sampai empat kali, barulah Hyunjin mendengarkan dan melepas pelukannya.Felix menatap wajah pria itu dengan benar kali ini. Lalu ingatannya tentang adegan beberapa saat yang lalu terbayang di kepalanya. Ia mengusap bibir Hyunjin.
"Bagaimana bisa kau mencium seseorang selain aku."
"Kupikir itu kau."
Selanya begitu cepat dan Felix menekan bibir Hyunjin."Jadi saat mabuk kau tidak bisa membedakan mana aku dan orang lain? Mana laki-laki dan perempuan?"
Hyunjin langsung menangkap jemari Felix. Ia tahu Felix sedang marah meskipun beberapa saat yang lalu laki-laki itu nampak tenang. Ia sudah bosan menjadi seseorang yang selalu menyakiti Felix. Tidak peduli seberapa mabuk atau frustasi dirinya, tidak seharusnya dirinya mencium Aeri seperti itu.
Mencium gadis lain sementara Felix berdiri disana dan melihat. Jika posisi mereka diubah, Felix yang mencium gadis lain, Hyunjin sudah pasti akan mencekik dan melempar gadis itu keluar. Lalu akan memarahi Felix sampai laki-laki itu menangis dan memohon maaf.
Mungkin Hyunjin akan terdengar seperti membela diri. Tetapi ia tetap mengatakannya.
"Karena aku sangat merindukanmu. Aku tidak bisa tidur selama lima hari. Aku tidak bisa menemuimu dan itu membuatku seperti orang gila. Gadis itu memanfaatkan keadaanku...-"
"Dia menyukaimu."
Felix menyela sebelum Hyunjin menyelesaikan kalimatnya."Tidak mungkin."
Hyunjin jelas terkejut, Felix menatapnya dalam."Ya. Dia menyukaimu. Aku bisa melihat dari matanya. Dia tahu aku melihat kalian tapi tetap menciummu."
"Tapi aku sama sekali tidak menyukainya."
Kata Hyunjin menangkup wajah kecil dihadapanya. Raut wajah Felix perlahan melembut namun tetap terlihat cemas."Kau sangat berantakan. Jangan seperti ini lagi. Tidak peduli berapa lama kau tidak bisa bertemu denganku, kau harus menjaga dirimu sendiri."
Katanya mengusap rambut hitam Hyunjin."Aku tidak bisa jika kau tidak ada."
Jawab si jangkung menahan telapak tangan yang jauh lebih kecil darinya itu agar tetap di pipinya.Felix terdiam tidak tahu harus memberikan balasan seperti apa, lalu ia mencium Hyunjin. Itu adalah ciuman yang lembut pada awalnya, tetapi bayangan Hyunjin berciuman dengan Aeri beberapa saat lalu membuatnya ingin menghapus semua jejak yang ditinggalkan gadis itu pada prianya.
Felix tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika tidak ada Hyunjin, jika pria itu tidak bersamanya. Apakah ia akan sama seperti Hyunjin yang hampir gila karena tidak bisa melihatnya? Felix tidak tahu, ia tidak ingin mengalami hal buruk apapun lagi.
Ia berharap bisa terus bersama Hyunjin untuk waktu yang sangat lama. Jika tidak bisa, ia berharap diberikan kesempatan untuk setidaknya membuat pria itu bisa hidup tanpanya.
Jika suatu hari nanti mereka memang terpaksa harus berpisah, entah dengan cara seperti apa. Felix ingin dirinya tidak menyesali apapun dan berharap Hyunjin bisa hidup dengan baik tanpanya.
========================
TBC
========================
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours To Claim (Hyunlix)
FanfictionJatuh cinta pada musuh tidak pernah menjadi agenda dalam hidup Hwang Hyunjin, tapi siapa memangnya yang bisa menolak Lee Felix? Simak perjalanan mereka dalam mencapai kebahagiaan bersama setelah saling membenci.