Hyunjin menatap wajah dihadapannya tanpa menyadari sudah hampir dua puluh menit berlalu sejak ia melakukan itu. Pria itu sedang memikirkan bagaimana bisa dirinya berada di tempat seperti ini sekarang, menatap wajah laki-laki yang pernah ia benci begitu dalamnya hingga membuatnya hampir gila.Bagaimana Hyunjin bahkan berpikir kalau dirinya bisa melakukan segalanya untuk laki-laki itu, memberikan segalanya, sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan apalagi lakukan seumur hidupnya. Hyunjin tidak tahu apakah sosok itu yang mengubahnya atau perasaannya sendiri yang telah melakukan itu.
Berapa kalipun otaknya memikirkan apa yang sedang ia rasakan pada sosok itu, Hyunjin masih mencoba percaya pada pikirannya, seperti yang ayahnya sering katakan sejak ia bahkan masih terlalu kecil untuk memahami apa yang beliau katakan, bahwa perasaan adalah sesuatu yang akan menipumu, jadi satu-satunya yang harus di percayai untuk bisa bertahan dari kebohongan itu adalah percaya pada pikiran.
Hyunjin mempercayai semua yang ayahnya katakan, ia tidak pernah meragukan apa yang keluarganya wariskan, sampai ketika pikirannya tidak bisa lagi menjelaskan apa yang ia rasakan pada Felix. Tidak peduli sedalam apa Hyunjin memikirkan alasan kenapa Felix tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang harus ia miliki, ia tidak menemukan jawaban itu.
Tetapi perasaannya tahu, sosok itu membuatnya berdebar untuk pertama kali setelah dua puluh tujuh tahun, mengatakan bahwa ia harus memiliki Felix dan membuat laki-laki itu berada di sisinya dan dengan begitu ia bisa melindunginya.
Jika Felix tidak berada di dekatnya, Hyunjin tidak akan bisa berhenti memikirkan apakah laki-laki itu baik-baik saja, apakah ia makan dengan benar dan tidur dengan nyenyak. Hyunjin mencemaskan semua itu jika tidak menjaga Felix di sisinya.
Seharusnya ia membenci Felix, seharusnya hubungan mereka hanya berada diatas tempat tidur, seharusnya ia tidak berada disini menatap wajah tertidur Felix dengan keinginan untuk memberikan laki-laki itu segalanya.
Hyunjin tidak pernah tidur di ruangan sempit dan hanya beralaskan kasur tipis diatas lantai, ia tidak pernah tidur berdesakan seperti ini, tetapi untuk pertama kalinya ia merasa sangat hidup, bahkan memejamkan mata bisa terasa seindah ini.
"Apa ini? Apakah aku benar-benar jatuh cinta pada orang ini?"
Hyunjin menggumamkan hal itu dalam hatinya sementara tangan kanannya mengusap pipi dengan gugus bintang indah itu sangat lembut, Felix masih terlelap dan Hyunjin merasa itu adalah hal terindah yang pernah ia lihat.
Pria itu sedang mengingat semua hal yang telah dirinya lihat dan dengar dari film yang telah ditontonya di Jepang saat itu. Jika seseorang tiba-tiba menjadi begitu berharga dan hal sekecil apapun yang dia lakukan membuatmu tertarik, bahkan jika dia diam tanpa melakukan apapun, kau bisa hanya duduk dan menatapnya tanpa mengatakan apapun juga, hanya menatapnya saja dapat membuat perasaanmu terasa baik.
Hyunjin seperti bisa merasakan Felix, ia bisa menjadi tidak nyaman ketika melihat laki-laki itu sedih dan ia merasa lega jika melihatnya dalam keadaan baik-baik saja. Ketika bertanya apa yang terjadi ketika kau bahkan tidak merencakan untuk memiliki semua perasaan semacam itu, tidak memiliki alasan apapun untuk menjelaskan hal itu, kau hanya jatuh hati padanya, hanya jatuh cinta tanpa tahu apa dan siapa yang memulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours To Claim (Hyunlix)
Fiksi PenggemarJatuh cinta pada musuh tidak pernah menjadi agenda dalam hidup Hwang Hyunjin, tapi siapa memangnya yang bisa menolak Lee Felix? Simak perjalanan mereka dalam mencapai kebahagiaan bersama setelah saling membenci.