42. Ginger tea

301 61 5
                                    

Ps....
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..

So, let's reading...

#…………….#

"Naru, perutku begah," keluh Sasuke.

"Hehe, maafkan aku, sayang," Naruto tertawa pelan, membuat wajah masam Sasuke semakin merengut.

"Lagian kenapa tidak pindah dulu, sih?!"

Sasuke betulan kesal saat ini. Bisa-bisanya mereka bercinta di dalam danau, apalagi memakan waktu hampir tiga jam. Sial, Uzumaki dan kekuatan fisiknya yang menjengkelkan saat salah sasaran. Dan Sasuke adalah sasaran nya tadi.

Salahkan saja si pirang mesum yang tak tau waktu itu. Iya sih, Sasuke tidak lagi terlalu takut. Tapi ya setidaknya ganti tempat dulu, lah.

Lagi-lagi Naruto hanya tertawa. Sambil berjalan, dia mengeratkan pelukan pada lelaki dalam dekapannya. Mereka berdua kini ada dalam perjalanan untuk kembali pulang ke desa. Waktu sudah mulai menjauh dari tengah hari.

Ngomong-ngomong, dia sudah berjalan selama hampir tiga jam. Bisa saja Naruto ber-shunshin, tapi kasihan kan Sasuke. Sudah mah sakit lelah nan capek, masa harus dipaksa bergerak cepat hanya untuk pulang.

"Naru, masih lama??" tanya Sasuke, dia menyandarkan wajahnya diantara dada bidang Naruto.

"Lumayan, sayang."

"Hnn, memang tidak bisa Hiraishin? Bukannya-- eh, kenapa berhenti??"

"Kenapa aku baru ingat?!"

"Apa?"

"Aku lupa kalau bisa Hiraishin ke rumah, sayang," Naruto terkekeh kikuk. Dia benar-benar lupa! Efek kesenangan dapat jatah itu pasti.

"Dobe pikun tua!"

"Hei hei, siapa yang kamu bilang tua??" Naruto berseru tak terima, "aku masih setampan ini, kok dipanggil tua??"  protes nya melanjutkan ucapan yang berhenti sejenak.

"Ck, berisik!! Cepat pulang!!"

"Hai'k-ha'ik, permintaan tuan putri akan segera hamba laksanakan."

"Panggil tuan putri lagi, penis mu itu ku kebiri saat itu juga!" ancam Sasuke dengan mata berkilat tajam, Naruto hanya cengengesan.

Segera keduanya hilang dalam kilatan berwarna terang. Dan dalam sekejap, keduanya telah berada di depan rumah.

Segera saja Naruto masuk, dia hendak segera merebahkan Sasuke, pemuda bersurai gagak itu sudah kelelahan.

"Kamu mau makan apa, Sasu? Biar aku buatkan," tanya Naruto sambil membenarkan letak pakaian nya yang miring ke kanan.

"Tidak mau, tidak lapar, nanti saja," tolak Sasuke. Yang benar saja perut sedang penuh-penuhnya kemasukan air malah ditanya makan. Bisa-bisa dia semakin begah nanti.

"Loh, betulan? Kamu tidak lapar?"

"Ck, iya. Lagian perutku kembung, ini salahmu," sahutnya jengkel.

"Hehe, baiklah kalau begitu. Kamu segera istirahat lagi saja."

Naruto yang tenggorokan yang terasa kering, keluar dari kamar. Tapi baru juga melangkah, cekalan Sasuke menahannya.

"Mau kemana?"

"Aku ke dapur sebentar, Sasu. Aku mau ambil minum,"

"Jangan lama-lama!"

"Iya sayang,"

Sambil menatap Naruto kala lelaki pirang itu hilang di balik pintu, wajah Sasuke berubah warna, sangat merah. Dia mengingat pergumulan mereka di dalam danau tadi pagi.

Semua terasa berbeda, kenapa ya? Kegiatannya tadi, dan waktu itu, bukankah sama saja? Tapi kenapa yang ini tidak--

Maksud Sasuke, yang ini rasanya menggairahkan.

'Astaga!! Apa yang kau pikirkan Uchiha Sasuke?! Sebentar, aku Uzumaki atau Uchiha sekarang??'

"Loh, kenapa wajahmu seperti tomat, merah sekali, Sasu??"

Sasuke terlonjak kaget, muka bingung Naruto tepat berada di depan matanya.

"Jangan mengagetkan, bisa?" seru Sasuke dengan tangan didepan dada, sungguh dia kaget karena Naruto yang tiba-tiba sudah ada di depan wajahnya.

"Eh, gomen gomen. Aku tidak tau kamu akan kaget begitu. Lagian kenapa kamu malah melamun? Ada yang kamu pikirkan? Coba bilang sini padaku."

Pertanyaan yang mirip balasan kebaikan, alias berkali-kali lipat, itu Sasuke jawab dengan sebuah gelengan kepala singkat. Mana mungkin kan, dia bilang kalau sedang membayangkan adegan panas mereka berdua tadi pagi? Mau ditaruh dimana mukanya nanti??

"Kamu mau minuman hangat, Sasu?" tawar Naruto yang memang tengah meminum minuman beruap.

"Hnn, apa??"

"Ini teh jahe dicampur madu, kamu mau??" Naruto menawarkan lagi. Di memang membawa dua gelas, tidak mungkin dia hanya membuat untuk dirinya sendiri tanpa mempedulikan pendamping hidup nya, kan.

Sasuke mengangguk, menerima cangkir yang disodorkan Naruto. Sensasi hangat jahe pada teh tersebut masuk perlahan lewat tenggorokan. Ternyata enak juga, tidak terlalu manis tapi tak pahit pula. Sasuke baru tau kalau Naruto bisa membuat teh dengan rasa yang pas.

"Sejak kapan kau suka minum teh?" tanya nya penasaran.

"Yah, sebenarnya sih aku tidak terlalu suka. Kalau bukan karena Sakura dan Neji yang dulu selalu mencekoki ku teh, mana aku mau. Tapi yaa, aku juga tidak bisa menolak. Repot urusannya. Akhirnya jadi kebiasaan juga minum teh."

Satu nama yang disebut Naruto membuat Sasuke terdiam. Dia tidak tau harus berkata apa. Wajahnya berubah muram walaupun tak kentara.

Tapi itu tak luput dari pandangan Naruto. Dia menyentuh pipi Sasuke dan tersenyum lembut saat onyx legam itu menatapnya. Sasuke ikut tersenyum, walaupun tipis. Ya, tidak perlu cemburu pada seseorang yang telah tiada. Toh dia kini sudah bersama Naruto.

Sasuke bergeser pelan.

Naruto tersenyum, tau kode tak terucap yang dimaksud. Lantas ia mendudukkan bokongnya di samping Sasuke, pemuda berkulit seputih porselen itu bersandar nyaman ke pelukan Naruto.

Entahlah.

Sasuke tidak tau, sejak selesai kegiatan panas mereka tadi, Sasuke tidak mau melepas Naruto. Dan hal baiknya, rasa takutnya juga ikut hilang. Walaupun Sasuke tau kalau itu belum sepenuhnya.

Mantra singkat yang diucapkan Naruto diikuti elusan hangat dan lembut segera saja mengantar Sasuke dalam tidur lelap.

"Tidurlah sayang, aku menemanimu."

#......#

Vote and comment please 💗

Please, Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang