48. The Collapse Of The Real World and Ambue Yvora

14 7 0
                                    

"Agatha..." batin Steve setelah melihat wanita dengan rambut pirang itu tengah bersiap diruang rias pengantin. Dia mengatupkan rahangnya kuat setelah melihat Agatha yang terus menitikkan air mata dari wajah cantiknya.

"Maaf, Tuan Putri... Tapi jika kau terus menangis seperti ini rias wajahnya akan---"

"Aku ingin cari angin segar dulu." potong Agatha seraya bangkit dari kursi dengan gaun pengantinnya yang berwarna putih dan sangat cantik itu.

"Tuan Putri, tapi acara pernikahannya akan dimulai tak lama lagi!" seru wanita yang ditugaskan untuk merias pengantin.

Agatha tak mendengarkan, ia terus melangkah keluar dari ruangan itu. "Biarkan saja, masih ada waktu sekitar satu jam lagi sebelum pernikahannya dimulai." batin Agatha sembari membuka pintu yang sudah tak tertutup rapat itu.

Saat itu, ia tak sengaja berpapasan dengan Steve yang tengah berdiri di depan pintu. Mereka hanya saling bertatap-tatapan sejenak sebelum Agatha mulai melangkah ke arah lain.

"Tunggu sebentar, Agatha..."

Agatha berhenti melangkah. Ia lalu menggigit bibir bawahnya karena kesal pada Steve, namun ia masih berusaha untuk mengendalikan emosinya. Steve pun menghampirinya.

"Aku... Sudah terlambat, ya?" bisiknya dari belakang, tepat di telinga Agatha.

Agatha tak bergerak sedikit pun, ia terus berdiri membelakangi Steve. Air matanya kini kembali menetes.

"Aku tak pernah menginginkan ini, Steve! Apa kau mengerti?!" seru Agatha sembari membalikkan badannya menjadi menghadap Steve.

Ia hanya terdiam sejenak untuk menatap wajah lelaki itu lalu memejamkan matanya. "Tapi sekarang sudah tak ada gunanya lagi, waktuku untuk mencintaimu sudah habis..." gumamnya.

Steve sontak mendelik. "K-kau... Mencintaiku?!" lanjut Steve terkejut.

Agatha menghela nafasnya kasar lalu memalingkan wajah. "Apakah selama ini matamu buta, Steve? Apakah kau tak dapat melihat betapa aku mencintaimu selama ini?" Agatha memukul dada bidang Steve dengan kuat.

Kini ia meluapkan seluruh emosinya kepada Steve yang tak pernah menyadari perasaannya pada pria itu. Steve masih terlihat kebingungan, ia berusaha mencerna semua perkataan Agatha. Semuanya terasa begitu tiba-tiba untuknya. Teman satu kelasnya di akademi yang dahulu kerap kali ia ganggu setiap harinya itu ternyata mencintainya.

Sejak awal, Steve memang mencintai Agatha juga. Ia bahkan rela mengganggu Agatha di kelas hanya untuk mendapatkan perhatiannya. Tapi kini Steve tak tahu apakah ia harus merasa senang atau sedih disituasi seperti ini? Cepat atau lambat, Agatha akan menjadi istri dari pria lain. Jadi, semua jawaban yang dapat Steve katakan pada Agatha hanya akan sia-sia saja. Ia tak memiliki kesempatan untuk dapat mencintai Agatha seperti yang selalu ia inginkan.

"Apakah kau tak pernah membalas rasa cintaku pada---"

"Tuan Putri?"

Perkataan Agatha terhenti seketika setelah ia mendengar suara wanita periasnya. Wanita itu melirik Steve dan Agatha, ia terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja ia saksikan. Agatha menatap manik Steve sekali lagi.

"Selamat tinggal, Steve."

Itu adalah kata-kata terakhir yang Agatha katakan pada Steve sebelum ia berlari ke arah lain, meninggalkan Steve maupun wanita yang ditugaskan untuk meriasnya itu.

"Tuan Putri!"

"Agatha!" seru mereka bersamaan setelah melihat Agatha yang pergi.

Steve ingin mengejarnya, namun kakinya rasanya berat sekali. Ia tak ingin menyakiti hati gadis itu lagi, keberadaannya mungkin hanya akan memperburuk keadaan saat ini.

THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang