Please..

89 5 7
                                    

Chanyeol memandang langit yang kini berawan dari kasurnya. 

Ia berusaha mencari nafas yang tidak menyesakkan berulang kali namun tetap saja dadanya terasa begitu sesak dan juga sakit. 

Ia menahan air matanya yang hendak keluar namun rasanya sulit untuk menahannya. Hatinya tidak bisa menerima kenyataan mengenai dirinya. 

'Untuk apa aku ada jika dia membenciku?'

'Untuk apa aku dibesarkan jika dia tidak memperdulikanku?'

'Apa aku ini hanyalah alasan untuknya mendapatkan uang?'

Chanyeol memejamkan kedua matanya mengeluarkan air matanya yang otomatis mengalir. 

'Kau tidak pantas kusebut Ibu..'

'Kau tidak pantas!'

Tangannya mengepal keras melampiaskan rasa sakitnya. 

'Aku membencimu..'

'Sangat membencimu..'

Ia mengangkat kepalanya menatap ke sebuah figura foto kecilnya bersama Ayah dan Ibu yang tengah tersenyum sambil memegang mobil-mobilan. 

"Bahkan kau saja tidak tersenyum sama sekali. Itukah yang kau sebut 'sakit gigi'?! Pembohong!" 

Matanya menatap tajam Ibu yang tidak memberi ekspresi apapun di foto itu. Tampak ekspresi kebencian dari sorot matanya. 

"Kau hanya bisa menyuruh tanpa tau apa yang sebenarnya kulakukan..Kau berakting di depan semua orang seolah kau memang benar-benar memperlakukanku sebagai anakmu.."

"..padahal kenyataannya tidak! Kau menganggapku alasan kegagalanmu kan?"

Tiba-tiba ia bangkit dari tempatnya menuju ke lemari dan mengambil jaketnya kemudian melangkah keluar dari Kamarnya menuju lantai bawah. 

Suasana lantai bawah sedang sepi. Para Pelayan kembali ke mess masing-masing setelah membereskan sajian makan siang. Mobil Ibu sudah tidak ada di garasi. Ia sudah pergi. 

Pergi entah kemana. 

Ia meraih gagang pintu dan keluar dari Rumahnya berjalan menuju pagar kecil dan pergi dari Rumah mewahnya menuju jalan raya. 

'Aku tidak bisa bertahan disana lagi. Lebih baik aku pergi'

---

Pelayan Yoo datang menghampiri Suho dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari di Dapur. 

"Kenapa kau berlari? Ada apa?" 

"No..Nona Chorong..sudah pergi Tuan" 

"Apa?!" Ia tidak bisa menahan kekagetannya. 

Pelayan Yoo mengangguk. "Nona sudah pergi lima menit yang lalu. Saya sudah berusaha mencarinya untuk menawarkannya pulang tapi Nona sudah tidak ada" 

Suho hanya bisa terdiam memandang ke arah belakang Pelayan Yoo yang merupakan pintu belakang menuju Halaman. Ia pun berlari keluar menuju jalan lalu ke arah jalan masuk namun matanya tidak menemukan sosok Chorong dimanapun. 

Ia menghentikan larinya untuk mengatur nafasnya sekaligus berfikir kemana perginya Chorong. 

'Kenapa kau tiba-tiba pergi Chorong?'

Matanya menatap sekeliling namun hanya ada beberapa pengendara mobil dan motor yang melewatinya. 

'Kau masih belum sembuh. Bagaimana bisa kau berjalan sendiri?'

Ia kembali berlari menuju jalan masuk lain dan lainnya namun tetap tidak ditemukan sosok Chorong sama sekali. 

"Kau sebenarnya pergi kemana Chorong?"

A Story About You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang