How if..

67 5 2
                                    




Ia menatap nasi yang tinggal sedikit di mangkuknya. Matanya hanya terpaku pada nasi.

'Apa yang dia pikirkan? Apakah terjadi sesuatu pada dirinya?'

Ingatannya kembali saat ia menemukan gadis itu berada di depannya di tengah derasnya hujan. Gadis itu mengenakan seragam sekolah yang tampak bersih namun tidak pada tubuhnya. Tampak beberapa luka biru yang tertutup kapas yang basah akibat kehujanan di beberapa bagian termasuk di sudut bibir dan pipinya.

Lalu ia menyadari bahwa luka-luka itu sama sekali belum diganti oleh gadis itu sampai terakhir ia keluar Kamar.

Ia pun menurunkan kedua kakinya membawa nampan dan menaruhnya di meja lalu keluar Kamar.

'Kemana dia?' Tanyanya menyusuri sudut Rumah untuk mencari gadis itu.

Matanya menemukan sebuah mobil sedan hitam terparkir di samping pagar Rumah gadis itu.

'Bukankah itu mobil Chae Won?' Ia pun langsung melangkah keluar dan menghentikan langkahnya ketika telinganya mendengar suara gadis itu.

"Apa nggak bisa dia dikasih kesempatan..."

'Kesempatan? Siapa yang dikasih kesempatan?' Tanyanya kaget sambil menerka siapa yang dibicarakan gadis itu dengan Chae Won.

"Jangan. Dia punya masa depan yang baik. Gue nggak mau masa depannya berantakan karena dia berteman sama gue"

'Masa depan baik? Berteman? Mungkinkah...'

"Chorong..."

"Gue nggak mau ada lebih banyak orang lagi yang terluka karena gue. Udah cukup pertemanan mereka yang rusak karena gue, jangan ditambah lagi"

Chae Won terdiam. Gadis itu meneruskan ucapannya.

"Gue cuma pengen mereka kembali ke jalan mereka tanpa pernah ada gue di dalam hidup mereka. Biarkan gue menjalani apa yang harus gue jalani tanpa mereka ada di hidup gue juga"

Gadis itu menarik nafas. Ia pun ikut terdiam dan merenungi ucapan gadis itu.

"Seandainya gue bisa tau apa yang terjadi. Mungkin sejak awal gue memilih untuk nggak ambil beasiswa ini. Sekolah yang lama masih bisa nerima keadaan gue yang begini" Ucap gadis itu lagi.

'Dan aku tidak akan bertemu denganmu jika kau memilih itu'

Kepalanya terangkat dan matanya menatap ke arah punggung gadis itu. Chae Won merangkul dan memeluk gadis itu.

"Seberat apapun masalah yang lo hadapi gue mohon jangan disimpan sendiri Rong. Inget, ada gue yang selalu ada disamping lo. Gue nggak peduli sama apa anggapan anak-anak tentang gue, bagi gue gue seneng bisa berteman sama lo. Hidup gue jadi lebih bisa gue jalani sejak gue kenal lo"

Chorong hanya terdiam dan terisak dalam diamnya. Ia menyandarkan dirinya di tembok sambil menunduk.

Tangannya mengepal menahan amarah yang memuncak.

---
Chorong berhasil membujuk Chae Won untuk pulang dan tetap masuk Sekolah keesokan harinya. Ia berdiri di pagar mengantar Chae Won yang pulang dengan mobil pribadinya.

"Lo serius nyuruh gue masuk besok?" Tanya Chae Won untuk kesekian kalinya.

Ia mengangguk. "Demi kebaikan lo. Lagipula sasaran Bomi kan gue. Jadi lo aman, gue nggak mau temen gue jadi ninggalin sekolah karena masalah sepele gue"

Chae Won menghela nafas. "Baiklah. Gue pikir-pikir punya temen kayak lo kadang bisa nyebelin juga. Susah diajak bolosnya" Ia tertawa.

"Udah gue beliin salep sama obat yang lainnya. Jangan lupa dipake atau gue bakal langsung kesini dan nggak mau balik ke Sekolah kalau nggak bareng sama lo!"

Chorong mengangguk lagi. "Iya-iya gue bakal rutin pake kok"

"Daahh" Chae Won melambaikan tangannya pada Chorong.

"Kau dengar ucapannya? Ayo ganti kapasmu yang mulai menguning" Ucapan Chanyeol membuatnya kaget saat membalikkan badannya.

"Sejak kapan kau berdiri disitu?"

"Tidak perlu tau. Yang jelas kau harus menuruti apa yang sudah Chae Won suruh padamu. Kau tidak mau ia bolos sepertimu kan?"

"Ya! Apa kau tidak berkaca dulu sebelum bicara? Kau juga tidak Sekolah!"

Chanyeol mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah sebuah luka lebam yang terbuka lebar di pipinya.

"Aku masih sakit. Tidak mungkin aku pergi dengan kondisi wajahku begini"

Ia hendak membalas namun tangannya lebih dulu ditarik oleh Chanyeol masuk ke dalam Rumahnya dan menyuruhnya duduk di sofa.

Matanya menatap Chanyeol yang membuka sebuah kotak berisi obat-obatan lengkap beserta beberapa salep dan juga kasa pemberian Chae Won.

Pria itu mengeluarkan salep dan juga kasa yang bersih lalu melangkah dan duduk di sebelahnya.

Matanya menatap Chorong sejenak lalu berpindah ke sebuah kapas yang sudah menguning hampir di semua bagiannya.

Tangannya perlahan membuka perekat kapas lalu kapasnya sehingga terlihat sebuah luka yang masih memerah dan lebam akibat pukulan Bomi.

Chanyeol berhenti sejenak menatapi luka itu. Chorong yang merasa sungkan segera memalingkan wajahnya.

"Kau mau mengobatiku apa tidak?" Tanyanya menyadarkan pria itu.

Chanyeol pun segera mengambil salep mengeluarkan isinya dengan jarinya lalu perlahan mengoleskannya di luka lebamnya.

Ia meringis. "Bertahanlah sebentar. Ini hanya perih diawal saja. Setelahnya tidak apa" Ucap Chanyeol masih mengoles lukanya dengan salep.

Namun salep itu benar-benar membuatnya perih sampai ia menggerakkan seluruh tubuhnya sehingga tanpa sadar saat ia membuka mata tampak wajah Chanyeol begitu dekat padanya.

Matanya mendongak keatas menatap mata Chanyeol yang juga menatapnya.

Tangan Chanyeol yang masih berada di pelipisnya perlahan bergerak turun menuju pipinya yang terdapat goresan luka.

Dan mengolesnya lembut dengan jempolnya yang masih ada sisa salep.

"Kenapa bisa ada luka sebanyak ini di wajahmu? Aku tidak menyukainya" Ucap Chanyeol lalu mengoles lukanya lagi di bagian lain.

"Siapa yang tega membiarkan wajah cantik ini jadi jelek dengan luka-luka menyebalkan ini?"

Chanyeol..kumohon berhenti bersikap...

Lalu kedua tangan Chanyeol merengkuh wajahnya menariknya pelan ke depan wajah pria itu.

"Jangan lakukan ini lagi atau kau akan kena akibatnya"

Matanya membulat lalu berkedip beberapa kali sambil berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Chanyeol melepaskan tangannya dan segera ia menarik tubuhnya yang mendadak terasa panas.

"Se..sekarang giliranmu.." Ucapnya tanpa melihat Chanyeol.

*TBC*

A Story About You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang