Pagi itu, mungkin pagi yang cerah bagi ku tapi mungkin juga tidak. Badanku rasanya seperti ingin melayang karena pusing banget. Akupun melihat langit-langit di kamarku seperti berputar-putar. Terdengar ibuku memanggilku.
Ainda !!! cepat bangun sudah pagi... memang tidak sekolah.. ?
Iya bu bentar lima menit lagi ya.... ?. jawab ku.
Rasanya badan ku tidak mau di ajak kompromi mau nya tidur terus. Akhirnya pun aku tidur lagi. Tidak lama kemudian ibuku masuk kamar untuk membangunkan ku. Akupun kaget ketika ibuku menjerit dan ibuku bilang.
“Nda kamu demam, untuk saat ini kamu tidak usah sekolah ya kita ke dokter, takutnya ibu kalau kamu kenapa-napa soalnya ini kan musim demam berdarah” .Suasana rame.
Rasanya telingaku seperti berdengung mendengar ibuku ceramah. Akupun bangun sambil teriak heboh juga.
“ STOPPP...... ibu aku sehat dan aku mau pergi sekolah” akupun lari melewati ibu dan langsung ke kamar mandi.
Inilah yang paling aku takutkan yaitu pergi ke klinik dan bertemu dokter. Aku benci banget sama yang namanya dokter. Jadi ingat waktu dulu terakhir aku bertemu dokter yaitu kelas tiga sekolah dasar, karena pada saat itu ada tes kesehatan semua siswa harus di suntik. Aku pun juga di suntik setelah selang beberapa hari ada temanku yang sakit, katanya sakibat suntikan itu. tapi tidak tahu benarnya seperti apa. Setelah kejadian itu kalau sakit pasti cuma minum obat dari apotik saja dan harus bisa menghindari yang namanya dokter. Untuk saat ini aku harus bisa berekspresi kalau aku sehat biar tidak jadi ke klinik.
“Bu...... aku berangkat dulu ya .... ?”. Sambil mencium tangan ibuku dan langsung lari.
“Lho bukanya kamu sakit, tidak usah masuk biar ibu buatkan surat “. Kata ibu ku sambil berlarian mengejar ku yang sudah keluar pagar.
“YIPPPEEEIII........ aku berhasil ...!!!! “
Sesampainya di sekolah aku pun masuk kelas dua belas IPA dan langsung duduk di bangku kesayangan ku.
“Hei Nda kenapa kamu kok kelihatanya lesu banget ?” riri pun bertanya
“ ga papa kok ri Cuma capek aja tadi habis bersepeda. “
“ biasanya kamu juga begitukan kok sampai pucat banget muka mu, kamu sakit ? “ kata riri, sambil mengankat wajahku dari atas meja.
“ iya aku kurang enak badan”
“ O... aku tau pasti kamu tadi kabur dari ibu mu kan biar tidak di ajak ke dokter” riri pun menebak sambil tertawa.
“ IYA..... puas bertanya?? tolong kerjakan PR ku ya... pleasee... ??
“ la kemarin kam....” pembicaraannya aku potong.
“ sudah kerjakan saja, ini juga salah kamu kemarin pulang sekolah ngajak nonton dulu terus aku kehujanan deh, jadi nya tadi malem aku pusing langsung tidur deh lupa kalo ada PR fisika. Cepet kerjain Oma keburu datang” (oma panggilan guru fisika, di panggil Oma karena udah tua, galak lagi)
“ iya ... iya .... bawel.... “ kata riri sambil mengambil bukuku dari tas ku.
Jeng... jeng... jeng...
“Selamat pagi anak-anak ......??” kata oma sambil melihat ku yang sedang tidur di bangku.
“ Ainda ......!!!! pagi- pagi sudah tidur mana PR mu...? sambil mengeprak meja
“ iya bu .....” sambil menoleh kanan kiri. Malu banget rasanya.
“ riri mana buku fisika ku” sambil bertanya dengan suara lirih.
“ ini nda tapi Cuma dapet tiga soal, oma keburu datang” sambil ngasihkan buku ku, dan oma pun meliriknya.
“ ini bu ....” perasaan ku gak karuan.
“ kok Cuma dapat tiga ini kan soal yang ibu berikan kemarin, sekarang kerjakan yang belum kamu kerjakan di papan tulis.
Mampus deh.... aku yang namanya pelajaran fisika paling benci seperti aku benci sama dokter. Tapi kalau fisika ini aku tidak bisa kabur sama sekali. Akhirnya hukumannya di suruh ngerjain di depan kelas. Aku pun menulis soalnya dulu di papan tulis tapi rasanya kepalaku ingin pecah. Dan akhirnya pun aku langsung
“PRAAAKKK,....”
Aku tidak sadah kalau akau sudah di bawa ke UKS karena aku pingsan. Malunya lagi aku pingsan di depan teman satu kelas pas pelajaran fisika. Pasti semua ngiranya aku pingsan gara-gara tidak bisa ngerjain fisika deh.
Aku pun memutuskan untuk pulang di antar riri. Sesampainya di rumah ibuku langsung memelukku dan mengantarkan ku ke kamar. Riri pun tanpa duduk dulu langsung berangkat ke sekolah lagi.
“ Lho riri kok langsung berangkat lagi. Duduk dulu biar tante buatin teh dulu” sambil menggandeng tangan riri agar mau duduk dulu.
“ tidak usah tante habis ini ada jam lagi, jadi riri langsung pamit aja ya tante” sambil melepaskan tangan ibuku
“ O.... begitu ya udah. Makasih ya sudah nganterin Ainda pulang, hati-hati di jalan “ kata ibuku sambil tersenyum pada riri.
“ iya tante. Assalamualaikum” riri pergi keluar pintu.
Suasana hening dan kepalaku saat ini masih pusing. Ibu masuk kamar dan membawakan ku teh hangat dan kompres.
“ Apa ibu bilang kalau sakit tidak usah masuk, tapi tetap aja masuk kalau begini siapa yang repot. Kasian riri tadi pasti capek harus bolak-balik kesekolah” sambil mengompres dahi ku.
“ Ehmmmm.... la ibu sih mau ngajak aku ke dokter, kan aku benci banget ke dokter.” Aku pun berusaha mengelak .
“ ibu tidak mau tau kalau nanti sore belum turun juga panas kamu kita langsung ke dokter, ibu tidak mau mendengar alasan seperti anak TK itu lagi, sekarang kamu tidur” ibu marah sabil menyelimutiku.
Dalam hati aku bertanya “ gimana nasib ku kalau nanti sore panasku tidak turun juga” mampus deh aku. Sambil memikirkan hal itu kau pun perlahan tidur.
“ ya ampun Nda panas mu belum turun juga” sambil memegang dahi ku yang masih panas.
“ Emmmhhh... ibu ngapain ? “ sambil mengusap mata habis bangun tidur
“ habis ini kita ke dokter. Mama sama kak Gio yang nganterin kamu ke dokter biar kamu tidak kabur “ ibuku dengan wajah serius
Aku pun akhirnya memutuskan aku mau di antar ke dokter karena ada kakak ku yang terkenal galak di kampusnya. Aku pun takut tapi hati kak gio lembut dan sanyang pada keluarga. Mungkin keliatan galak karena kak gio sebagai ketua BEM kampus.
Aku pun bersiap dan masuk ke mobil di sampingku ada ibuku dan di depan ada kakak ku. Sesampainya di rumah sakit tanganku gemeteran dan dag dig dug rasanya hati ku. Untuk saat ini aku tidak bisa kabur karena di ruang tunggu ini aku, ibu ku dan kakaku duduk berdampingan jadi kalau bisa kabur ya mustahil banget.
Setelah lama menunggu namaku pun akhirnya di panggin juga untuk masuk keruangan neraka itu yang ada setanya itu ( ruangan dokter ) juga bisa di bilang begitu. Akhirnya aku dan ibuku masuk , kakak ku pergi dan menungguku di mobil. Inilah yang aku bilang kesempatan emas, akhirnya aku bisa kabur. Sebelum di periksa pasti di tanya-tanya dokternya la di situlah aku mulai beraksi. Tidak lama kemudian aku lari menuju pintu dan aku tidak melihat aku langsung menabrak seseorang.
“ Rendi tangkap..” kata dokter.
Ga yangkanya di sebelah pintu ada Asisten Dokter. “Ganteng tapi tetap aja kedepanya jadi dokter.” kataku dalam hati
“ iya pak ini “ kata rendi. Sambil memegang dua bahuku dengan kuat.
“lepasin – lepasin“ aku sambil berusaha nglepasin tangannya yang memegang tanganku dengan kuat.
Aku pun akhirnya kalah dan harus berbaring di tempat tidur untuk di periksa dengan cara tangan ku di pegang oleh Rendi yang tidak tau itu siapanya dokter dan kaki ku di pegang oleh ibuku. Akupun menjerit saat suntik itu di suntikkan di bahuku. Aku pun akhirnya lemes banget karena suntikan itu. Mungkin dalam suntikan itu ada obat biusnya.
Aku terdiam sejenak karena badanku masih lemas dan dokter berkata padaku
“ Ainda maafkan dokter kalau harus membuat mu lemes seperti ini kalau tidak begitu pasti kamu tidak akan diam saat pemerikasaan selanjutnya.” Sambil memeriksa suhu tubuhku dengan termometer.
Aku pun hanya melihat dan hanya terdiam dengan keadaanku yang lemas seperti ini. Karena dokter ini sudah mengenal ku sejak kecil sebelum aku ketakutan pada saat kelas tiga SD yang lalu. Jadi dia sudah tau kelemahanku yaitu Suntikan. Dokter itu pun mengajak ku ngobrol karena ibuku harus menunggu di luar.
“ O.... iya Nnda jangan takut kan sudah SMA apalagi habis ini sudah kuliah. Kamu tau tidak, tadi itu namanya Rendi dia magang di sini dia ngambil jurusan dokter dan sekarang masih kuliah semester satu. Rendi ganteng kan pasti kamu suka deh ?”
Aku pun menjawab dengan tegas walaupun aku masih lemes banget “ Ihhh.... males banget sama dia .... mana mungkin aku bisa suka sama Rendi, diakan calon dokter akukan benci sama dokter.”
Tiba tiba calon dokter ganteng itu datang dan berkata “ mungkin saja kamu suka sama aku, aku kan ganteng, tapi aku juga liat-liat lho masak murid SMA masih takut sama dokter apalagi sama suntik seperti anak TK aja” berusaha menang dari kata-kataku. Critanya sih debat.
Akupun langsung menjawab dan depat dengan dia “PEDE amat kamu sok banget sih” tangan ku sambil menggenggam. kalo aku bisa bangun pasti aku tonjok dia, sayangnya aku tidak bisa ngapa-ngapain sekarang. Setelah lama debat sama rendi tiba-tiba dokter pun bilang begini “ sudah jangan pada ribut nanti kalau jodoh gimana ?” sambil tertawa kecil.
Sekian lama menunggu akhirnya dokter sudah selesai memeriksa dan aku boleh pulang. Tapi hati ku masih jengkel banget gara-gara Rendi yang sok itu. Semoga saja aku bertemu dia Cuma sekali ini saja. Sesampainya di rumah aku langsung minum obat dan tidur supaya besok bisa beraktifitas seperti biasa.
Bel.... istirahat berbunyi. Smua siswa di suruh pergi ke Uks untuk tes kesehatan rutin. Apa yg terjadi...&&&&&
Follow dulu ya biar aku ada Inspirasi buat nulis. Jangan lupa komenya terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Doctor
LosowePerjalanan kisah Cinta seseorang yg benci terhadap dokter dan menjadi Cinta pertama dan sejati