Mila menyantap makanannya perlahan, dengan mata yang diam-diam menatap Kevin dengan hati-hati. Keduanya hening tak ada yang ingin membuka suara. Yang terdengar bahkan hanya suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring. Mila seketika mengerutkan dahinya saat melihat raut tak sedap dari wajah Kevin.
"Kamu kenapa?" Tanya Mila khawatir.
Kevin hanya menggeleng, sambil terus meneruskan melahap makanannya.
"Aku..." Mila menyetop ucapannya saat ponselnya berdering di samping tangan kirinya. "Sebentar yah," Ia meraih ponselnya, beranjak dari tempatnya, mengambil jarak yang tidak cukup jauh dari meja makan.
Mila mengerutkan dahinya melihat nama kontak yang menyebabkan ponselnya berdering barusan. "Ya halo, Cara?"
"Halo, Mil? Maaf banget ya? Gue nggak ganggu kan?"
"Enggak kok. Emang kenapa? Kok tumben nelpon? Mama mana?"
"Nah itu dia, Mil. Sebenarnya udah dari kemaren gue pengen ngomongin ini ke lo,"
"Ngomongin apa?" Sekelebat rasa khawatir tiba-tiba memenuhi pikiran Mila.
"Ih lo pasti mikirin yang aneh-aneh ya? Ngaku. Nggak kok, Mil. Tante Aneta baik-baik aja. Cuma dari kemaren nyokap lo sering ngomong ke gue kalo dia mau nemuin lo. Kangen katanya,"
Mata Mila membulat sempurna. Ia reflek menggeleng kepalanya. "Ma-mama mau kesini?"
"Hm iya. Bareng gue juga. Gimana? Seneng nggak?"
"....I-iya..gue seneng. Seneng banget malah," Mila memaksakan senyumnya. Berusaha untuk mengontrol dirinya.
"Lo nggak papa kan, Mil?"
"Hah? ...ya--gue...gue nggak papalah. Aneh lo dasar,"
"Yakin lo?"
"Yakin lah,"
"Oke, besok sore gue sama nyokap lo otw kesana. Besok lo free kan?"
"Besok?! Aduh, besok gue sibuk, Car. Palingan gue pulangnya malem. Gimana kalo lusa aja? Kan weekend tuh,"
"Mil, lo kayak nggak tau nyokap lu aja. Sekalinya dia bilang A, ya tetep A. Gak boleh ada penolakan. Lo kalo mau pulang malem, yaudah. Gue sama tante bisa nungguin kok,"
"Ngga gitu, Car. Maksud gue..."
"Nggak gitu gimana? Udah deh, ini juga kemauan nyokap lo, Mil. Tega lo sama nyokap lo sendiri?"
Mila mendongakkan kepalanya keatas, membuang napas perlahan. Ia mengangguk perlahan. "Oke, sampe ketemu besok, ya?"
"Sipp dehh, bye. I lav u"
"Bye, love u too. Sampein ke mama juga,"
"Iyaiyaa,"
Mila menutup sambungan telponnya. Besok mamanya akan datang. Dan ia benar-benar takut sekarang. "Ya Tuhann..." Mila mengerang frustasi. Diliriknya Kevin yang baru saja selesai menghabiskan makanannya. Mila meremas pelan kepalanya. Ia bahkan belum siap jika mamanya akhirnya akan mengetahui nasib pernikahannya selama ini dengan Kevin.
Tepat pukul lima sore, Glenn akhirnya sampai dirumah sakit. Ia sedikit mempercepat langkahnya menuju ruang rawat wanita yang sampai saat ini belum ia kenal juga.
"Hey, maaf aku lama. Gimana keadaan kamu?" Glenn menarik kursi disamping ranjang pasien, kemudian duduk disana. Wanita dengan perban putih yang melingkar dikepalanya didepannya itu menoleh dengan raut cemas.
"Aku pikir kamu ninggalin aku," Ucapnya dengan suara yang terdengar parau.
Glenn tersenyum dan menggeleng, "Nggak mungkin aku ngelakuin itu. Bahkan cuma ninggalin kamu sebentar aja, aku udah khawatir. Maaf ya skali lagi," Glenn mengusap lembut puncak kepala wanita itu dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomanceKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
