e l e v e n.

2.8K 134 6
                                        

"Setidaknya hanya untuk mama, saya akan menunjukkan yang terbaik,"

Mila meremas pelan kepalanya. Setengah gelas kopinya yang tersisa ia teguk habis, menyisakan ampasnya. Semalaman memikirkan ucapan Kevin ternyata cukup menguras pikirannya. Monitor komputernya ia biarkan menyala, menampakkan gambar design minimalis untuk kamar bayi yang akhirnya bisa ia selesaikan semenit yang lalu.

"Cie, udah kelar aja tuh kerjaan. Ada yang cairan nih ntar," Goda Nania yang tiba-tiba masuk ke ruangan Mila. Kebiasaan.

Mila hanya menoleh sebentar, kemudian menoleh ke arah lain lagi. Nania membuang napas kecewa. "Lo masih marah ye ama gue?" Ucap Nania lesu. Bibirnya mengerucut sebal karena yang ditanya hanya memasang mode silent.

"Mil," panggilnya. "Iyadeh, gue minta maaf lagi. Gue janji nggak bakalan kayak yang kemaren lagi. Kapok gue didiemin lo kayak gini," lanjutnya.

Mila mengangkat sebelah alisnya, kemudian menoleh ke arah Nania. "Beneran ya?" Tanya Mila memastikan.

"Iya beneran sumpah. Gue nggak tahan diginiin sama lo," Nania menundukkan kepalanya.

"Gue butuh jaminan biar bisa ikhlas maafin lo," Ucap Mila sambil melihat-lihat ke arah kuku-kuku jari tangannya.

Nania mengangkat kepalanya, "Gue rela nggak lo traktir sebulan," dan kemudian menunduk lemas kembali.

Mila menggembungkan kedua pipinya menahan tawanya. Namun saat Nania hendak mengangkat kepalanya, Mila kembali dengan wajah cueknya.

"Gimana?" Tanya Nania dengan wajah menyedihkannya.

Mila menarik napas sebentar, kemudian membuangnya perlahan. "Oke," Jawab Mila singkat.

"Oke doang?" Tanya Nania kecewa.

"Iya gue maafin," Jawab Mila lagi.

Senyum Nania mengembang, dan langsung memeluk Mila dengan erat. "Makasih ya, Milll. Gue nggak tahan tau nggak kalo nggak bicara sama lo?! Jangan marah lagi ya sama gue," Cerocos Nania sambil lebih mengeratkan pelukannya, tanpa memperdulikan Mila yang hampir kehilangan oksigennya.

"Ud...dah..Nannn..." Ucap Mila pelan, sambil berusaha melepaskan diri dari dekapan Nania.

Kevin melangkah masuk ke ruangannya. Seharian penuh meninggalkan kantor membuat Kevin sangat merindukan singgasana kebesarannya. Bukan karena ia sangat terobsesi dengan jabatannya. Hanya saja Kevin terlalu mencintai pekerjaannya, sampai ia lupa bahwa ada seseorang yang setiap hari setiap saat selalu menunggu kedatangan cintanya. Seseorang yang ia yakin saat ini sedang khawatir dengan kedatangan mamanya nanti sore.

"Lo harus bisa, Vin. Demi mama," Kevin menguatkan hatinya, menyiapkan diri untuk menghadapi hari yang ia tau akan datang juga. Apa lagi kalau bukan soal kedatangan orang tua mereka? Ia sangat yakin kalau orang tua dan mertuanya tau keadaan rumah tangganya selama ini, mereka pasti akan sangat marah dan kecewa. "Makanya lo harus bisa," batinnya lagi.

"Makasih ya, Mil," Ucap Nania sambil mengelap sisa makanan yang menempel di mulutnya dengan tisu.

"Iya sama-sama," Jawab Mila tersenyum.

"Padahal tadi gue udah bilang kalo gue rela gak lo traktir sebulan,"

Mila memutar malas kedua bola matanya. "Trus lo pikir gue percaya sama omongan lo gitu? C'mon...Seorang Nania Natalie bisa hidup tanpa traktiran gue? Nggak mungkin!"

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang