t w e n t y s e v e n

820 67 14
                                    


Click the audio🔊⬆️










Sebenarnya jika aku bisa, aku hanya ingin bertanya perihal siapa kita. Bukan untuk menutut, bukan untuk meminta. Hanya sekedar ingin tau, siapa aku dimatamu?



▫️◽▫️◽▫️



Mila menggosok kedua lengannya perlahan. Ia menghembuskan napasnya, membuat sebuah asap terlihat keluar dari mulutnya. Cuaca malam ini terasa sangat dingin dari kemarin. Mila mendongak keatas, mendesah kecewa. Malam ini bintang-bintang tak menampakkan dirinya. Sepertinya akan hujan. Udara yang semakin mendingin mulai membuat Mila tak tahan untuk segera menghangatkan dirinya. Wanita itu kemudian meninggalkan balkon, kemudian masuk kedalam kamar, dan segera membawa dirinya meringsek masuk kedalam selimut tebalnya. Entah kenapa pikirannya saat ini malah tertuju pada,

Kevin.

Lagi-lagi pria itu. Mila mulai kehilangan gairah, dan ingin segera lupa tentang semuanya. Bahkan dengan perasaannya. Tak ingin munafik. Cinta itu masih ada. Masih tertanam didalam ruang hampa pada hatinya. Seperti ini memiliki cinta tapi bertepuk sebelah tangan. Punya raga, tapi tidak dengan cintanya. Keduanya hanya sebatas hitam diatas putih. Semuanya hanya berjalan biasa saja. Kevin menjalani kehidupannya seperti biasanya. Mila menginginkan cinta dan hadir Kevin. Tapi Kevin tak menginginkan keduanya. Saat itu ia masih belum menerima kenyataan kalau yang sekarang adalah istrinya, itu Mila. Bukan Kim.

Kalau saja Mila menolak permintaan Liana saat itu, mungkin setahun yang sudah lewat kemaren sudah dilaluinya dengan menyenangkan. Tidak menelan pil pahit tiap hari seperti ini. Kevin memang dekat. Tapi susah untuk menggapainya. Pria itu terlalu setia pada wanitanya.

Tapi sayang. Wanita itu bukan Mila.

Mila cukup menonton. Menonton dari balik sakit hatinya, bagaimana Kevin sangat mencintai Kim walaupun ia sudah menikah, dan resmi menjadi suami Mila. Tapi Kevin malah acuh, seolah pernikahan ini tak pernah terjadi dalam hidupnya. Sakit memang. Tapi Mila tahan. Mila juga sadar kok. Toh dia bukan siapa-siapa untuk Kevin. Bertemu juga baru sebentar. Dan akhirnya harus dinikahkan, apa itu adil buat keduanya?

Mila memang cinta. Tapi ia cukup sadar diri akan posisinya. Kevin bahkan nekat menjadikan Kim sebagai tunangannya tanpa diketahui kedua orangtuanya. Apa itu adil buat Kevin untuk harus dipisahkan dari Kim, untuk menikah dengan Mila yang sama sekali tidak dicintainya?

Mila sudah berusaha untuk melupakan, dan mengikhlaskan. Tapi Liana datang, dan memohon agar Mila menikah dengan Kevin, anaknya. Mila menolak, tapi akhirnya harus mengiyakan karena saat itu ia berada diposisi yang membuat dirinya dilema, dan akhirnya setelah menikah malah berakhir seperti ini. Apa itu juga adil buat Mila?

Ia sudah mengorbankan semuanya untuk Kevin. Setidaknya hanya untuk melihat Kevin bahagia, Mila pun bisa merelakan, dan mengikhlaskan cintanya pergi dengan pilihannya. Mila bisa melanjutkan semuanya lagi. Membawa dirinya untuk bisa melewati harinya tanpa harus ada Kevin yang biasanya sudah tertidur disampingnya saat ini.

"Benar kata Cara. Seharusnya aku hanya mengaggumimu. Bukan meletakkan perasaan padamu,"

Aneta melirik kearah jam tangannya. Sudah hampir jam 12. Nggak lama lagi tiba waktu jam makan siang. Ia terus menatap kearah lift yang berjarak beberapa meter dari samping kanannya, berharap orang yang ditunggu segera menampakkan batang hidungnya. Ia tak ingin berlama-lama ditempat ini. Karena walau bagaimanapun juga, Aneta masih memikirkan Mila dan Cara yang pasti tengah mencarinya sekarang. "Maafin mama, Mil. Maafin tante, Car. Tante keluar nggak ngomong-ngomong dulu sama kalian. Mama cuma nggak mau kalian menggagalkan rencana mama," Wanita itu membatin, sambil terus menatap kearah lift.

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang