f o u r.

3K 167 3
                                        

Kevin perlahan memutar posisinya setelah menunggu Mila tertidur. Wajah cantik yang tengah pulas itu adalah pemandangan pertama setelah ia membalik posisi tidurnya. Kevin terkesima melihat wajah teduh Mila, dan alhasil membuat Kevin sedikit gugup.

"Aku minta maaf untuk semuanya, Mil. Semua yang udah terjadi di antara kita. Kamu nggak seharusnya berada di posisi ini. Aku masih sangat mencintai Kimberly. Dan selamanya akan begitu. Asal kamu tau, selama ini aku bersikap dingin ke kamu, itu bukan karena aku benci sama kamu. Justru akulah yang ingin kamu membenciku. Perasaanmu itu salah, Mil. Cintamu itu bukan buat aku. Aku nggak mau kamu terlalu dalam menikmati perasaanmu itu. Sedangkan aku tau selama ini kamu tersiksa menjadi istriku. Aku hanya ingin kamu menyerah. Menyerah dengan pernikahan ini. Rasa bersalah itu terus muncul menghantuiku. Aku nggak mungkin bisa mencintai kamu sebagai istriku, karena aku masih sangat sangat mencintai Kimberly. Dan aku yakin kamu tau itu,"Ucap dewi batin Kevin saat ia kini menatap Mila dengan rasa bersalah yang seolah tak ingin berhenti menghantui Kevin.

Tangan itu terulur membelai surai rambut indah Mila. Ini yang kedua kalinya setelah ia melakukannya saat ia mencoba untuk menenangkan Mila yang tengah khawatir dengan keadaan mamanya yang saat itu tengah mendapat penanganan medis akibat kecelakaan yang di alami mamanya itu. Kevin ingat betul. Senyum hangat Mila saat itu sangat mengintimidasinya, membuat Kevin gugup untuk yang pertama kalinya saat berada di dekat Mila.

"Aku sadar. Seharusnya kita nggak pernah bertemu. Seharusnya kita nggak berada di posisi ini. Aku hanya akan membuatmu lebih terluka, Mil.
....Maafin aku," Sadar tidak sadar, tangan Kevin mulai turun mengelus pipi tomat Mila. Kevin tersenyum sumbang. Bahkan hanya dengan menyentuh pipinya saja, sudah membuat Kevin merasa sangat bersalah. Ia terlihat seperti seorang pengecut. Pengecut yang tega-teganya merenggut kebahagiaan wanita yang kini tengah tertidur pulas didepannya. Ia tau betul, bahwa Mila sangat menginginkan keharmonisan rumah tangga keduanya. Tapi Kevin malah melakukan yang sebaliknya. Membuat Mila seakan tengah didekam didalam penjara.

"..Sekali lagi maafin aku, Mila," Lanjutnya, setelah akhirnya Kevin memutuskan untuk menyusul Mila ke alam bawah sadarnya.

Mentari telah menampakkan dirinya, bersinar dengan angkuhnya. Mendengar suara air yang berjatuhan dari shower, Mila mulai membuka matanya perlahan. Silau terpaan cahaya yang masuk melalui jendela transparan di kamarnya membuat Mila susah untuk membuka lebar matanya. Ia kemudian berbalik arah, melihat ke arah yang tak terkena terpaan sinar matahari.

Baru saja ingin bangkit dari tidurnya, Kevin tiba-tiba keluar dari kamar mandi, dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Mila tersenyum, dan hendak menyapa Kevin. Namun Kevin malah mempercepat langkahnya menuju ruang ganti. "Huh, selalu aja gitu!" Protes Mila, saat kemudian ia berdiri dari tempat tidur, kemudian mulai merapikannya.

Lima menit setelah selesai mengganti baju, Kevin keluar dengan menggunakan kemeja batik kesayangannya, juga celana kain hitam yang juga dipadukan dengan pantofel hitamnya. Rambutnya sudah rapi. Hanya tinggal menggunakan parfum saja.

Sudah berkali-kali Mila melihat Kevin dengan penampilannya yang seperti saat ini. Decak kagum seolah tak henti dirasakan Mila saat melihat Kevin, suaminya yang kini sudah terlihat tampan dengan setelannya saat hendak ke Gereja.

"Kamu ke Gereja-nya kok nggak pernah mau bareng sama aku?" Kalimat pembuka Mila, setelah sejak saat tadi keduanya hening tak bersuara.

Kevin yang tengah memakai jam tangannya, hanya menoleh sebentar lalu menggeleng pelan. "Nggak papa," Jawabnya.

Mila tak ingin kembali berbicara. Ia tak mau memancing emosi Kevin. Ia sangat tau, kalau Kevin sangat membencinya yang banyak bicara. Jadi, keputusan tepatnya adalah diam.

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang